Althea
Aku baru saja landing dari pesawat ketika menerima pesan yang memberi tahukan bahwa Edgar meminta maaf tidak bisa menjemputku di bandara dan sebagai gantinya dia meminta Landry yang menjemputku.
Kalau aku boleh jujur, sebenarnya aku sedikit kecewa dengan isi pesan tersebut. Kenapa? Sudah sekian lama, lebih tepatnya hampir satu setengah bulan aku tidak bertemu dengan Edgar, tapi tunanganku itu malah--kembali--membatalkan janjinya. Kedua kalinya Edgar membatalkan janji denganku.
Setelah sekian lama tinggal di Surabaya, rasanya agak asing kembali menginjakkan kaki di ibu kota. Meskipun sama-sama kota besar, tapi aku merasakan perbedaan antara Jakarta dan Surabaya. Mungkin dari cara orang berinteraksi satu sama lain. Yang biasanya aku selalu mendengar dua orang berinteraksi menggunkan 'gua-elu', tapi tidak terdengar hal seperti itu saat di Surabaya.
Selama tinggal di sana juga aku tidak terlalu memerhatikan keadaan Kota. Aku disibukan dengan membenahi restoranku yang baru buka. Yang kuingat Surabaya dan Jakarta sama-sama macet. Tapi macet di Surabaya masih bisa dimaklumi dibandingkan macetnya Jakarta. Hampir seperempat abad aku hidup di Jakarta dan bermacet-macet ria di jalanan merupakan makanan sehari-hariku.
Kembali pada Edgar yang membatalkan janji sebelah pihak untuk menjemputku hari ini. Awalnya aku juga tidak mau dia jemput, aku sudah bilang pada Edgar sebelum take off bahwa aku akan pulang ke Jakarta hari ini dan Edgar langsung menjanjikan bahwa dia akan menjemputku di Bandara. Sebelumnya juga aku sudah bilang bahwa aku akan meminta supirku untuk menjemput, tapi Edgar bersikeras biar dia saja dan jangan menyulitkan orang di rumahku.
Tapi sekarang dia sendiri yang membatalkan janjinya dan malah menyulitkan Landry untuk datang. Dengan rasa kecewa akhirnya aku mencoba memaklumi kenapa ia tiba-tiba membatalkan janjinya.
Edgar tidak bilang padaku kenapa dia tidak bisa datang. Aku menyimpulkan pasti berhubungan lagi dengan pekerjaannya. Posisi Edgar di perusahaan bukan posisi yang bisa meninggalkan tempat seenak jidat. Tanggung jawabnya sebagai direktur keuangan sangat besar jadi bagaimana pun juga aku harus memaklumi bahwa perhatian Edgar pada pekerjaan akan sangat banyak menyita waktu.
Baru saja aku mengambil koper-koperku dan berjalan menuju pintu keluar, aku melihat sosok yang tidak asing yang juga sedang menatap pintu keluar. Sosok itu mengamati satu persatu orang-orang yang baru saja keluar dari pintu keluar, dan saat ia melihat sosokku berjalan keluar sambil mendorong trolley berisikan koper-koper, dia langsung melambaikan tangan ke arahku.
Aku segera berjalan mendekati sosok Landry yang berdiri menungguku. Dengan sigap dia langsung mengambil alih trolley yang sedang kudorong.
"Cepat juga sampainya ternyata, gue kira pesawatnya bakalan delay." ujarnya sambil mendorong trolley berisikan koper-koper milikku.
"Aku kira juga bakalan begitu. Ditambah tadi cuaca sempat buruk, aku kira bakalan delay. Tahunya nggak, syukur deh." ucapku mengiyakan perkataan Landry. Tadi memang cuaca sempat buruk, mendung ditambah sedikit gerimis dan terdengar suara petir memungkinkan pesawat untuk tidak terbang tepat waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Kalian
Fanfiction(COMPLETED) Hidup bak putri raja, yang tinggal di istana nan megah dan bergelimang harta tidak membuat Althea menjadi pribadi yang tamak. Justru ia merasa sebaliknya. Gadis itu merasa hidupnya itu tidak sepenuhnya seperti apa yang telah dibayangkan...