Landry
Hubungan Edgar dan Evelyn kelihatannya jauh lebih baik dari sebelumnya. Sebelumnya memang terlihat baik, tapi gue merasa akhir-akhir ini jauh lebih baik. Mereka juga sekarang tidak terlihat kagok memperlihatkan kemesraan di depan umum. Meskipun ya hanya sebatas pegangan tangan--tapi sesekali gue tidak sengaja mendapati mereka sedang berpelukan, lebih tepatnya Edgar yang memeluk Evelyn duluan.
Kedua orangtua gue juga senang melihat perubahan dari keduanya. Tidak jarang juga Evelyn main ke rumah. Meskipun Edgar sedang tidak ada di rumah, Evelyn tetap mampir. Nyokap bilang Eve datang karena nyokap yang minta supaya Eve menemani beliau. Dan nyokap mengelak bahwa Eve sendiri juga yang menyanggupi.
Sama seperti hari ini. Dengan alibi minta ditemani masak, Evelyn datang pagi-pagi ke rumah membawa dua kantung belanja besar. Untung hari ini hari Sabtu dan keluarga hampir semuanya kumpul di rumah. Begitu juga Edgar yang tumben sekali weekend kali ini dia mau menghabiskan waktu di rumah.
"Pagi semuanya!" Sapa Evelyn sambil kesulitan membawa kantung belanjaan di tangannya.
Buru-buru Edgar bangkit dari tempat dia duduk dan membantu Eve membawakan kantung-kantung belanjaan itu.
"Kamu kok gak hubungi aku dulu mau ke sini?" Tanya Edgar yang dibalas dengan kekehan oleh Evelyn.
"Bunda yang minta Althea datang kemarin," nyokap datang dari arah dapur menuju tempat kami berkumpul lalu memeluk Evelyn hangat. "Pagi, Sayang. Duh, maafin Bunda ngerepotin kamu minta datang pagi-pagi kemari."
Evelyn menggeleng, "Nggak kok, Bunda. Pekerjaan di rumah juga sudah selesai jadi Thea bisa langsung kemari. Tumben yang lainnya pada di rumah. Biasanya Mas Edgar tetap pergi ke kantor meskipun hari libur juga."
"Iya nih, tumben. Biasanya susah banget minta mereka buat kumpul itu. Edgar dengar kamu mau datang ke sini, langsung batalin semua jadwalnya." Cibir nyokap.
"Apaan sih, Bunda? Kan hari ini akhir pekan. Sudah jelas dong aku menggunakan waktu libur aku buat istirahat." Elak Edgar sambil menyimpan barang belanjaan di atas kitchen counter.
"Halah, kamu. Biasanya juga kamu tetap pergi ke kantor meskipun tahu hari ini akhir pekan." Timpal nyokap sambil berjalan menuju wastafel lalu memberikan sebuah celemek untuk dikenakan Eve. "Ini, Sayang. Biar baju kamu gak kecipratan bumbu nantinya."
Evelyn menerima celemek pemberian nyokap sambil tersenyum, "Hari ini mau makan apa, Bun?"
Nyokap terlihat berpikir, "Hmm... apa ya enaknya? Bunda juga gak kepikiran hari ini mau masak apa."
"Kalau aku buat udang asam manis dan cah kangkung bagaimana? Menu sederhana, sih. Maafin Thea gak bisa masak yang bagus." Usul Evelyn.
Nyokap mengangguk dengan semangat. "Boleh, Sayang. Boleh banget masak itu. Waduh sudah lama juga Bunda gak makan masakan rumahan seperti itu."
"Waduh ini menantu sama camer akur banget. Mau ngapain sih anteng banget berduaan di dapur?" Gue yang baru saja selesai mandi jalan menuruni anak tangga menghampiri nyokap dan Evelyn yang sedang asik memilah bumbu dan bahan masakan di dapur.
"Ah, morning, Dry. Tumben kamu sama Mas Edgar ada di rumah." Evelyn mendongak sekilas menyapa gue lalu kembali memilah bumbu yang akan dia gunakan hari ini untuk memasak.
"Iya, nih. Tumbenan makhluk-makhluk yang biasanya kasat mata di rumah ini pada menampakan diri di akhir pekan seperti ini." Celetuk nyokap yang otomatis membuat gue tanpa sadar memutar bola mata.
"Bukan mau Landry dipilih buat menyelesaikan proyek penggarapan musik kali ini, Bun. Jangankan Landry, seluruh anggota timku juga jarang pulang ke rumah akhir-akhir ini." Sahut gue sambil mengambil sebuah apel yang berada di keranjang buah dan memakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Kalian
Fanfiction(COMPLETED) Hidup bak putri raja, yang tinggal di istana nan megah dan bergelimang harta tidak membuat Althea menjadi pribadi yang tamak. Justru ia merasa sebaliknya. Gadis itu merasa hidupnya itu tidak sepenuhnya seperti apa yang telah dibayangkan...