Edgar
Jam di pergelangan tangan gue menunjukan pukul 19.15. Sudah hampir setengah jam gue menunggu tapi makanan yang kami belum datang.
Kami? Ya, kami. Gue dan Anneke, bukan gue dan Althea.
Semenjak Anneke memberitahukan kehamilannya pada gue, dia meminta gue untuk bertemu dengannya seminggu sekali. Mau tidak mau gue pada akhirnya mengabulkan permintaan dia. Sejak saat itu, setiap akhir pekan gue selalu menyempatkan diri untuk menemuinya di saat gue tidak sibuk.
Kenapa gue akhirnya sepakat untuk menemui Anneke setiap akhir pekan? Seperti yang gue bilang sebelumnya, ini menyangkut kehamilan dia. Ini menyangkut nasib bayi dia dan gue. Ya, anak gue. Terdengar aneh, bukan?
Aneh bin bejat. Edgar dengan kehidupan kelamnya yang bejat. Hidup gue seakan-akan berbalik 180° setelah kejadian itu. Hingga saat ini gue masih tidak mengerti kenapa nasib gue bisa berakhir mengenaskan seperti ini?
Iya, mengenaskan. Karena kebodohan gue, gue harus menerima akibat dari keteledoran yang gue perbuat. Mendapati orang lain, wanita lain, yang belum menjadi pasangan sah gue, hamil di luar pernikahan. Hal yang selama ini gue anggap tabu terjadi begitu saja dalam waktu satu malam yang bodoh.
Seandainya waktu itu kontrol diri gue lebih besar. Dan seandainya waktu itu gue tidak minum terlalu banyak, mungkin kejadian seperti ini tidak akan terjadi. Gue tidak bisa menyalahkan alkohol seratus persen. Itu karena kesalahan diri sendiri gue juga.
Gue masih tidak mengerti dengan kejadian yang sebenarnya. Yang gue ingat gue hari itu sedang bertengkar hebat dengan Althea dan gue mengalihkan pikiran gue dengan minum-minum. Lalu gue menerima panggilan telepon dari seseorang—salahnya gue juga tidak melihat ID caller saat itu—dan terakhir saat gue sadar sepenuhnya dari pengaruh alkohol, gue berakhir di ranjang yang sama dengan Anneke dan dalam kondisi yang sangat buruk.
Gue kira akan selesai sampai di sana. Karena gue juga tidak menerima kabar lagi dari Anneke setelah itu. Dia tiba-tiba menghilang tidak meninggalkan jejak.
Dari kejadian itu gue menyadari bahwa sebenarnya gue mulai mencintai Althea. Dan gue merasa gue sudah berbuat dosa besar padanya dan sangat bersalah melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya gue lakukan, bermain dengan wanita lain sedangkan status gue sendiri sudah memiliki pasangan di belakang.
Gue bermain api di belakang pasangan gue sendiri.
Setelah kejadian one night stand itu, gue berjanji pada diri sendiri untuk bersikap lebih baik dan memperlakukan Althea selayaknya gue memperlakukan pasangan yang seharusnya. Gue tidak boleh menyia-nyiakan Althea yang sudah begitu baik terhadap gue. Bahkan gue bersumpah pada diri sendiri, kejadian beberapa waktu lalu akan gue kubur dalam diri gue sendiri. Gue akan fokus mencintai Althea dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Tidak tahunya dua bulan setelah itu, di saat hubungan gue dan Althea semakin baik, Anneke muncul kembali ke kehidupan gue dan membawa kabar yang tidak terduga. Dia datang sambil memberitahukan bahwa dia saat ini sedang mengandung anak gue. Seketika hidup gue rasanya hancur berantakan mendengar berita itu.
Siapa yang tidak hancur? Ketika lo sedang merencanakan sesuatu untuk masa depan lo yang lebih baik, ketika lo merasa kehidupan lo mulai tertata kembali, dalam sekejap mata—bahkan bagi gue hanya dalam hitungan detik—akibat ulah yang gue perbuat, sekarang gue dihadapi dalam situasi yang suatu saat bisa menjatuhkan gue ke lubang paling dalam.
Gue mendapati diri gue menghamili wanita lain di saat gue sendiri sudah bertunangan dengan orang lain. Gue akan menjadi bapak dari jabang bayi yang dikandung oleh wanita lain, yang gue dapat akibat hubungan terlarang yang kami berdua lakukan. Bukan karena hubungan pernikahan yang sah dan dengan pasangan yang sah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Kalian
Fanfiction(COMPLETED) Hidup bak putri raja, yang tinggal di istana nan megah dan bergelimang harta tidak membuat Althea menjadi pribadi yang tamak. Justru ia merasa sebaliknya. Gadis itu merasa hidupnya itu tidak sepenuhnya seperti apa yang telah dibayangkan...