28

478 71 48
                                    

Landry

"Jadi, akhirnya dia mengakui bahwa anaknya itu beneran bukan putri kandung lo?" tanya gue pada Edgar yang dibalas anggukan kepala oleh saudara gue itu.

"Anying! Jadi anaknya itu sebenarnya hasil hubungannya dengan orang lain, dan itu manusia tidak tahu siapa bapak dari bayi yang dikandungnya. Dan dia memanfaatkan lo untuk bertanggung jawab atas anak yang dikandungnya karena dia mengetahui lo masih menyukai dia sebelumnya. Dan dia mendapat kesempatan itu ketika melihat lo tewas?" Tewas maksud gue di sini benaran mabuk sampai tidak mengingat apa pun. Bukan dalam artian sebenarnya.

Edgar mengangguk lagi mengiyakan semua pertanyaan gue. Mungkin dia juga masih shocked pasca mengetahui kebenaran tentang anaknya.

"Syukurlah kalau gitu, Gar. Lo sekarang bisa fokus dengan diri lo," gue menghela nafas lega. "Terus ke depannya lo mau bagaimana?"

"Gue akan membantu Anneke membesarkan anaknya. Maksud gue di sini adalah bantu membiayainya. Bagaimana pun juga membesarkan anak seorang diri itu sulit," terang Edgar.

"Terus gue sedang memikirkan caranya meminta maaf pada Althea dan mengupayakan dia agar mau kembali sama gue."

Setiap nama Evelyn disebut hati gue masih belum sanggup sebenarnya mendengarnya. Masih ada kretek-kretek ambyarnya gitu.

"Ya semoga semua masalah lo bisa selesai secepatnya ya, Gar. Gue sebagai adik lo mendoakan yang terbaik untuk semuanya." ujar gue tulus sambil menepuk bahu abang gue itu.

Edgar tersenyum sambil mengangguk, "Thankyou so much, bro." katanya.

"Don't mind about it."

Pasca kelahiran anaknya Edgar, sudah berapa lama ya kira-kira gue tidak datang menghampiri Evelyn? Dua bulan? Atau lebih?

Pekerjaan gue juga akhir-akhir ini padat sekali. Gue lebih banyak menghabiskan waktu di studio dan benar-benar gak bisa bergerak.

Ada untungnya tidak melihat Evelyn setidaknya gue bisa move on lebih cepat. Tapi rasa penasaran terkadang masih menggelitik gue. Gue takut malah menjadi obsesi terhadap Evelyn.

Seperti yang sekarang ini gue lakukan. Diam-diam gue memperhatikan Evelyn dari dalam mobil gue. Evelyn baru saja keluar dari dalam restorannya. Sepertinya dia hendak makan siang di luar. Apa gue harus buntuti dia makan di mana?

Kapan gue bisa benar-benar move on dari Evelyn kalau begini caranya, Ya Tuhan?

Saat gue sedang sibuk memikirkan haruskah gue ikuti Evelyn atau tidak, gue mendapati pemandangan yang cukup mengejutkan. Evelyn tidak masuk ke dalam mobilnya tapi menghampiri mobil yang cukup asing bagi gue.

Tidak sepenuhnya asing sih. Gue pernah melihat mobil itu beberapa kali. Mercedes-Benz tipe G65. Mobil dengan tipe sama yang dimiliki laki-laki bernama Pascal itu.

 Mobil dengan tipe sama yang dimiliki laki-laki bernama Pascal itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di Antara KalianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang