December, 2018
Sebilah pisau fillet bergerak menyayat daging yang masih menempel pada tulangnya. Darah segarpun mulai berhenti menetes ke dalam sebuah ember hitam yang berada di bawah leher yang telah buntung itu. Diletakkannya daging segar tadi kedalam sebuah boks plastik yang nyaris terisi penuh dengan potongan-potongan daging berukuran besar lainnya. Pergerakan tangan itu terhenti saat ekor matanya menangkap kedatangan seseorang.
"Alex, apa kau sudah selesai?" tanya pria yang baru datang itu.
Alex mengangguk kemudian kembali beralih pada secuil otot yang masih menempel pada tulang sapi berjenis Limousin yang kini teah bersih. Dengan sebuah gerakan kecil pisau fillet itu memisahkan daging terakhir itu. Dilemparkan daging dari bagian kaki yang sedari tadi ia urus kedalam boks plastik berukuran besar itu.
"Jason, rusuknya apa sudah kau masukkan ke dalam pendingin?"
Jason hanya mengangguk. Diturunkannya sapi yang kini hanya tersisa tulang-belulangnya dari tiang besi yang mengait pada keempat kaki makhluk berbobot 500 kg itu. Alex sendiri langsung menarik trolley yang mengangkut 4 peti plastik berukuran besar berisi daging yang belum dibersihkan yang tertutup rapat, meninggalkan Alex yang kini bangkit dan menyeret sekantung besar organ dalam sapi itu kemudian ia tumpahkan isinya kedalam sebuah lubang yang tadi pagi digali Kevin.
"Kevin," panggil Alex dengan nada seperti berbisik. Heningnya suasana sekitarnya membuat Kevin masih bisa mendengar suara rendah milik rekannya itu.
Kevin yang duduk diam dihadapan beberapa bak berisi daging yang baru saja ia bersihkan mendongakkan kepalanya menatap Alex yang berdiri beberapa meter darinya. Tangannya sendiri masih terus bergerak mencuci beberapa potong daging sapi yang ia terima dari Alex lalu memasukkannya ke dalam peti plastik yang berisi daging bersih lainnya.
"Apa?" tanyanya dengan malas, "apa kau tidak melihat aku yang sedang mencuci daging darimu?"
Udara dingin di pertengahan bulan terakhir ini terasa menyengat kulitnya yang hanya terbalut sweater yang digulung lengannya hingga ke siku. Suara gesekan dari dedaunan pohon pinus yang melingkupi wilayah itu terdengar dengan sangat jelas. Redupnya sinar matahari tidaklah membantu untuk meningkatkan suhu permukaan yang kini hanya berkisar pada suhu 2°C. Tidak adanya pesanan dari klien Jason yang membuatnya mendapatkan sedikit hiburan membuat moodnya semakin buruk.
Alex yang mendengar nada malas dari Kevin hanya bisa menghela nafas. Dengan sedikit kesal ditariknya tulang sapi yang masih terhubung satu dengan lainnya itu dan memasukkannya ke dalam tanah. Ia kemudian berjalan mengambil sekop yang tergeletak di atas tanah tak begitu jauh dari tempat dimana lubang itu berada. Perlahan, dipindahkanlah gundukan tanah lubang itu kembali ke tempatnya semula.
Otot bisep milik pria berambut coklat itu tercetak jelas saat ia memindahkan gundukan tanah itu sedikit demi sedikit. Dinginnya suhu atmosfer tidak menghalangi keringat untuk membasahi kulit putihnya. Jahitan yang nampak di kulit yang tidak tertutupi kaus tanpa lengan itu seolah hendak kembali membuka.
Sebuah pergerakan samar menghentikan langkah Alex untuk mengambil selang air. Kening pria itu berkerut karena tidak hanya satu pergerakan, melainkan beberapa. Ia memilih mengabaikan hal itu dan melanjutkan tugasnya untuk membuang seember besar darah ke dalam lubang bipori. Rasa nyeri kembali menghujani punggung dan lengannya saat ia menyeret ember berukuran besar itu. Selang air yang telah menyala ia raih untuk mengencerkan darah itu sehingga mempercepat proses penyerapannya oleh tanah. Selesai, ia memberikan isyarat kepada Kevin yang telah selesai dengan tugasnya unuk bergantian membuang air cucian dagingnya ke lubang yang sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
The (Psyco) Godfather
SonstigesJangan mencari masalah denganku. Jika tidak aku yang akan datang membantaimu dengan tanganku sendiri - Alexandro Alvaro