III

167 11 0
                                    

"Aaarghh," erangan yang cukup kuat akhirnya terlepas dari mulut sang agen saat Alex melayangkan kepalan tangannya memukul dan menekuk siku kanannya berlawanan dengan arah yang seharusnya. Alex tersenyum simpul lalu berjalan kearah kopernya mengambil beberapa pisau lempar hitam lalu memasukkannya kedalam saku kemejanya.

Pria tegap itu kini berdiri diam beberapa langkah dari tempat sang agen terduduk lemas dengan wajah yang mulai memucat. Cairan kental berwarna merah segar pun terus mengucur keluar dari sejumlah luka yang menghiasi kulit mulus lelaki itu. Agen muda yang sedari tadi memejamkan kedua kelopak matanya mulai terkekeh pelan. Matanya membuka perlahan dan langsung menatap kedua netra Alex dengan tajam. Untuk beberapa saat keduanya saling adu tatap.

"Monster sepertimu seharusnya dirantai di neraka," sinis sang agen dengan kedua lengan terkulai. Ia tertawa, "apa hanya ini kemampuanmu?"

Alex tertawa ringan sebelum menancapkan pisau medium di tangan kirinya pada paha kiri pria yang menantangnya barusan. Alex berjalan memutar dan berhenti dibelakangnya. Kedua tangan atletis Alex langsung menyentuh bagian perut sang agen dimana diafragmanya berada. Keempat jari Alex langsung menyeruak masuk ke arah atas menampakkan tulang rusuk agen yang terangkat secara paksa. Bukan perkara yang mudah untuk mematahkan 2 tulang rusuk melayang di masing-masing sisi, namun bagi seorang Alexandro Alvaro hal seperti itu tidak begitu sulit dilakukan.

Suara erangan kembali terdengar saat Alex menarik dengan kuat kedua tangannya mengakibatkan kedua sisi tulang rusuk yang tadi patah. Alex menunduk lalu mencabut pisau yang masih tertancap dengan kasar lalu tanpa ragu memotong daun telinga kiri pria berambut hitam lurus dihadapannya yang membuatnya langsung menunduk.

"Kuharap kaau tidak keberatan kehilangan daun telinga kirimu, Sims," ucap Alex saat meletakkan daun telinga agen itu di atas pangkuan pemiliknya.

Alex tersenyum lebar saat lelaki dihadapannya itu hanya menunduk dalam diam dengan tubuh yang bergetar pelan. Diangkatnya dagu lelaki itu dengan telunjuknya. Mata tajam Alex kini mengamati dengan lekat setiap inchi wajah sang agen yang kini semakin memucat akibat kehilangan cukup banyak darah yang kini justru menggenang membasahi lantai dibawah keduanya.

Sebuah tinjuan yang dilayangkan Alex pada tulang rusuk Sims yang patah memacing umpan balik berupa erangan tertahan. Tinjuan kembali alex layangkan di tempat yang sama. Alex merogoh pisau lempar yang ada sakunya lalu menancapkannya pada luka memar yang mulai muncul akibat tinjuannya. Darah segar langsung mengalir keluar menuruni kulit kekuningan pria yang kini terkulai lemas di kursi. Rasa nyeripun menjalar ke seluruh bagian tubuhnya, terutama pada bagian atas.

JLEB

Alex kembali menancapkan dua pisau lempar lain pada sela kedua tulang selangka sang agen. Disusul dua pisau lainnya pada sisi kanan dan kiri perut ratanya. Tak lupa sebuah pisau lain pada tulang rusuk lainnya yang patah. Ia lalu mengeluarkan pisau bedah kecil dari dalam sakunya kemudian menyayat lurus tubuh bagian depan sang agen mulai dari pusar hingga tulang dadanya.

Darah pun tiada berhentinya menyeruak keluar dari luka-luka pada tubuh sang agen. Kulitnya semakin memucat karena kehilangan begitu banyak darah yang kini menggenang pada lantai beton kelabu dibawahnya. Alex tersenyum puas melihat mata-mata yang 6 tahun ini mengaamatinya. Senyuman lebar Alex berubah menjadi sebuah senyuman miring saat sang agen menatapnya. Ia mengarahkan pisau bedah di tangan kanannya pada lubang di pipi kiri agen kemudian menyambungkannya hingga ke bibir pucat agen berusia 32 tahun itu. Lapisan otot, kulit, dan jaringan dalam agen yang terputus itu nampak jelas. Darahpun menetes deras dari luka yang menampakkan dengan jelas deretan gigi graham bagian kirinya.

The (Psyco) GodfatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang