Ken hanya melirik Kevin yang jalan pikirannya benar-benar tidak bisa ditebak. Ia hanya bisa menghela napas sejenak sebelum menatap langsung Kevin yang masih memperhatikan wajah pucat pria yang keadaannya masih benar-benar lemah itu.
"Matt, bagaimana caranya?" protes Ken yang ikut mengamati keadaan pria itu.
"Helikopterku akan tiba tak lama lagi. Kita akan membawanya dengan jet pribadi kakakku," penjelasan Kevin membuat Ken mengangkat sebelah alisnya, "percayalah padaku. Aku juga ingin dia selamat, bodoh,"
Dengan ambulance, keduanya kini duduk di samping Alex yang masih betah memejamkan matanya. Baru saja Kevin mendapat panggilan dari Jason yang memberitahunya jika ruang rawat darurat dengan fasilitas yang baru saja dipasang dari beberapa peralatan yang dibawa oleh helicopter Kevin. Tidak begitu banyak yang perlu ditambahkan sebab pada dasarnya fasilitas rawat di ruang rawat jet itu memang sudah sangat lengkap.
"Terima kasih karena membawa kakakku ke rumah sakit dengan cepat. Katakana padaku jika kalian membutuhkan sesuatu," ucap Kevin dengan ramah pada Mark dan Mia yang mengantarkannya dan Ken ke bandara.
"Jangan terlalu dipikirkan. Aku senang bisa membantu,"
Kevin hanya mengangguk dan berjalan menuju landasan pacu dimana jet mewah Jason berada setelah mendengar jawaban dari wanita yang seingatnya bernama Mia itu. Alex yang didorong oleh beberapa perawat rumah sakitnya mengikutinya di belakang. Ken pun tak lupa mengucapkan terima kasih pada kedua rekannya lalu bergegas menyusul Kevin yang sudah masuk kedalam Jet.
"Hei, tenangkan dirimu. Dia akan baik-baik saja. Sebaiknya kau suruh anak buahmu memastikan orang itu benar-benar mati," ucap Jason kepada seorang lelaki lain yang baru saja masuk ke dalam jetnya. Lelaki itu hanya merespon dengan anggukan lemah.
"Sudah kulakukan. Alan memiliki begitu banyak orang suruhan, bahkan di sini," jawab lelaki itu yang membuat Jason mengerutkan keningnya.
"Sepertinya sekarang kau yang menjadi bodoh. Apa kau lupa siapa bosku dan apa pekerjaannya?" pertanyaan lelaki itu membuat Jason hanya menggeleng.
Di ruangan lain, lebih tepatnya di ruang rawat, tampak dua orang dokter muda dengan paras diatas rata-rata yang masih setia berkutat memasangkan sejumlah alat bantu pada tubuh pria yang terbaring disana.
"Panggilkan Jae dan Sandy, suruh mereka mengawasi kondisinya. Ikut denganku meracik penawar racunnya," ucap Kevin yang berjalan meninggalkan ruangan yang tidak begitu luas itu.
Ia langsung masuk ke sebuah ruangan lain yang berisi beberapa rak zat kimianya. Ia langsung duduk dan mulai membuat sebuah resep zat kimia untuk menawar racun yang kini tersebar dalam tubuh Alex. Kevin tidak asing dengan jenis racun yang tadi diucapkan oleh Ken di tepon karena ia dahulu pernah membuat racun serupa disertai dengan penawarnya. Perasaannya tidak nyaman saat mengingat salah satu komposisi zat kimianya cukup sulit untuk diperoleh.
"Ada apa dengan wajahmu, Matt?" Tanya Ken yang baru saja memasuki ruangan itu dan mendapati wajah masam dari Kevin.
"Ah, tidak. Aku hanya mendapat sedikit masalah dengan penyusun penawarnya," jelas Kevin yang membuat sebuah kerutan muncuk di kening Ken.
"Masalah apa?"
"Salah satu unsurnya adalah gabungan dari reaksi pendidihan sebuah logam langka dan arsen. Aku tidak bisa mendapatkan zat itu disini, bahkan dalam waktu seminggu,"
Ken hanya tersenyum melihat mata dokter yang selalu tenang itu memerah. Ia tahu dan memiliki unsur yang dimaksud Kevin, bahkan ia membawanya sekarang.
"Pertama kalinya kau kalut dan benar-benar ingin pria itu hidup," ucap Ken yang kini mengambil satu per satu botol dengan label unsur yang ditulis Kevin pada selembar kertas, "Siapa dia?"
"Dia sahabatku sejak kecil. Bahkan pria bodoh itu sudah kuanggap seperti kakakku sendiri. Aku tidak ingin kehilangan seorang kakakku lagi," lirih Kevin.
"Ini bahan yang kau butuhkan. Siapkan campurannya, bodoh. Aku akan kembali sebentar lagi," Ken pun berjalan keluar meninggalkan Kevin yang langsung menyiapkan bahan kimia yang menjadi campuran di resepnya.
Sebuah botol kaca bening yang disodorkan oleh sebuah tangan kehadapannya membuat lelaki yang terfokus pada zat kimia itu melotot. Dengan segera ia mendongak menatap wajah mulus Ken yang mengulas sebuah senyuman. Kevin masih bergetar saat ia menyentuh botol kaca berukuran kecil itu.
"I.. ini,"
"Ya, itu yang kau berikan padaku beberapa tahun lalu. Campuran aneh yang kini menentukan hidup mati kakakmu, dok," jelas Ken yang membuat Kevin tersentak.
"Sialan, aku lupa jika harus meracik penawar,"
Dengan cekatan, kedua lelaki itu meracik penawar yang dapat menetralkan racun yang kini berusaha mereka tekan dengan melakukan cuci darah pada Alex menggunakan mesin yang sudah dimodifikasi untuk menyerap habis racun yang tersebar di dalam darahnya. Kurang dari satu jam, penawar yang mereka butuhkan sudah siap. Ini bersamaan dengan selesainya serangkaian proses cuci darah yang harus Alex terima.
"Apa kau yakin dosisnya tidak terlalu tinggi?" Tanya Ken yang ragu dengan tingginya dosis yang Kevin gunakan.
"Tidak,"
Disuntikkan cairan berwarna biru itu ke dalam tubuh Alex yang membuat aktivitas vital tubuh Alex pada monitor langsung menurun. Keadaannya menjadi tidak stabil kembali saat Kevin selesai menyuntikkan penawar yang baru saja ia buat.
Jet milik Jason mendarat di Boston. Ambulance milik rumah sakitnya sudah bersiaga di tepian landasan pacu bandara. Alex yang kembali memasuki fase kritis langsung dibawa menuju rumah sakit elite milik Kevin. Jason lebih memilih untuk pulang menuju hotel miliknya, dan memberikan perintah mutlak kepada lelaki itu untuk tetap tinggal disana. Sedangkan Kevin dan Ken sendiri langsung menuju Rumah Sakit bersama ambulance.
"Pasien sudah jauh lebih baik dan sudah lewat masa kritisnya, dok," jelas seorang perawat kepada Kevin yang menatap Alex yang kembali menjalani cuci darah.
Beberapa hari setelah pernyataan perawat akan keadaan Alex yang membaik, Kevin harus bisa menerima keadaan Alex yang kini berada dalam fase koma. Bahkan, Jason menghadiahkan sebuah tinjuan yang mengakibatkan dengung pada telinganya selama 3 hari saat ia memberitahukan keadaan Alex kepada kakaknya itu.
Diletakkannya scalpel bedah milik Alex yang ia peroleh dari Ken di atas nakas. Pandangan sendunya ia alihkan dari wajah Alex yang nampak pucat. Dengan langkah panjang ia melangkah meninggalkan lelaki itu dalam kamar rawat VVIP saat ia teringat ada jadwal operasi beberapa menit lagi.
'Cepatlah sadar, bodoh,'
October, 2019
Sepuluh jam. Setidaknya itulah selisih waktu pada jam tangan olahraga yang melingkar di pergelangan tangan lelaki berambut coklat yang kini mengambil langkah pendek di atas hamparan rerumputan hijau dengan tugu batu menghiasi bak pohon di perkebunan yang tertata begitu rapi. Semilir angin membawa aroma khas rerumputan yang sudah cukup lama tidak dihirup oleh lelaki itu.
Langkah santai lelaki itu terhenti di depan sebuah tugu batu dengan tanah yang belum ditumbuhi rumput. Lelaki itu melepas kacamata aviator yang menutupi iris hazel matanya. Di tatapnya tugu berukuir nama dengan marga yang sama dengan marga lelaki sipit yang kini sedang menunggunya bersama Kevin di depan gerbang pemakaman.
Francis Stevenson
Matanya masih menatap lekat ukiran nama yang tertera pada tugu berwarna kelabu itu. Sebuah smirk pun muncul di bibir tipis lelaki itu.
"Akulah pemenang game yang kau lakukan, Francis. Fisikmu memang serupa dengan Steve, tetapi sikap kalian bertolak belakang. Tidak ada satupun manusia yang sempurna sama dengan yang lain, bahkan untuk kembar identic seperti kalian yang memiliki fisik deperti hasil kloning. Aku tidak sebodoh itu untuk tidak mengenali kau yang menyamar menjadi ajudanku sejak di China,"
Tanpa mengucapkan apapun lagi, Alex berbalik. Ia berjalan meninggalkan tempat peristirahatan saudara kembar Steve itu dengan langkah santai. Selinting tembakau kini telah terselip di antara bibirnya. Dihisapnya dalam-dalam asap yang membuat rasa sesak di dadanya kembali muncul, namun ia tepis rasa itu jauh-jauh. Dipandanginya langit barat yang kini berhias semburat jingga. Gumpalan putih disana nampak seperti gumpalan permen kapas dengan gradasi warna yang begitu indah.
'Sekarang, aku hanya perlu mencari keberadaan pria yang menjadi bos mu. Lama aku tidak bertemu dengannya,'
![](https://img.wattpad.com/cover/157477999-288-k806110.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The (Psyco) Godfather
AcakJangan mencari masalah denganku. Jika tidak aku yang akan datang membantaimu dengan tanganku sendiri - Alexandro Alvaro