XXVII

22 3 0
                                    

BUGH

Diluar dugaan, Alex kembali melayangkan tinjuannya dengan kekuatan penuh menuju rahang pria yang selama ini menjadi tangan kanannya. Steve nyaris tidak bergeming saat kepalan tangan itu mendarat di rahangnya.

BUGH BUGH

"Brengsek, apa yang kaulakukan," umpat Steve yang kini menangkis segala tinjuan yang Alex layangkan kepadanya.

"Aku yang harusnya bertanya seperti itu, Steve? Apa yang kau lakukan dengan mencoba membunuhku!"

Steve jatuh tersungkur ke tanah yang tertutupi oleh dedaunan kering. Alex kini berdiri diam ditempatnuya. Tangannya merogoh saku dalam jaketnya, mengeluarkan selinting cerutu lalu mulai menghisapnya.

"Kau mau paket kilat atau paket lengkap, Steven-san," Tanya Alex setelah ia mengosongkan volume udara dalam dadanya.

"Maksudmu?" Steve yang masih tidak mengerti kembali bertanya. Tangannya bergerak berusaha meraih kembali pistol yang tadi terjatuh saat Alex memukulnya pertama kali.

"Steve, kau tidak perlu berpura-pura seperti ini terus menerus. Aku sudah muak dengan segala yang kau lakukan," ucap Alex yang menatap lurus pada pria yang kini tertawa ringan itu. Ekspresi takutnya hilang dan berganti dengan tawanya yang kini kian mengeras, "Tak kusangka jika kau yang akan melakukan hal seperti ini kepadaku. Harusnya aku tidak pernah membawamu waktu itu!"

"Bukankah penyesalan selalu datang terlambat?," ucap Steve yang masih tertawa.

"Apa hanya ini kemampuanmu? Payah sekali," lanjutnya

Tawa pria berambut hitam cepak itu masih terus berderai. Dipegangnya rahang bawahnya yang kini sudah ia yakini bergeser, lalu diarahkannya ke posisi semula. Darah pun kini membasahi sudut bibirnya pula dengan hidungnya. Pria itu meludahkan darah yang memberikan rasa anyir dalam mulutnya itu ke tanah.

"Kini giliranku,"

BUGH

Sebuah tendangan sabit mendarat tepat di sisi kiri tubuh Alex. Nyaris terlambat, tetapi Alex masih dapat menahan serangan itu dengan sangat baik menggunakan tangan kirinya. Cerutu yang terselip di bibirnya kini padam setelah jatuh terjatuh ke tanah yang lembab.

BUGH

Tendangan kembali mendarat pada tempat yang sama. Alex dapat menerka jika kekuatan fisik pria yang kini menjadi lawannya sama dengan kekuatan fisik Jason, 9 tahun yang lalu. Jika Jason yang berada di posisinya sekarang, ia tak akan kesulitan untuk menghancurkan tengkorak Steve. Bahkan tendangan kuat yang membuat Alex harus memasang kuda-kuda mungkin terasa seperti sebuah tendangan remeh bagi pria itu.

"Kenapa? Kurasa fisikmu masih lemah," ejek Steve yang melihat Alex sedikit kewalahan menerima pukulan dan tendangan yang ia hujankan kepada tubuh atletis pria berjaket itu.

DOR

Sebuah tembakan yang meleset jatuh menembus pinggang kiri Alex. Darah langsung merembes membasahi kaus dan jaket hitamnya. Pria dengan pistol ditangannya itu kembali melayangkan sebuah tendangan, dan kali ini sasarannya adalah bagian leher pria yang begitu ingin ia habisi.

JLEB

Alex yang melihat pria itu mendekatinya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk langung mengunci pergerakan pria yang kini begitu menyebalkan di matanya itu setelah scalpelnya berhasil menikam lutut kanannya. Lengan kokoh Alex langsung mengapit dengan kuat leher pria itu, hingga ia keslitan bernafas.

DOR

Alex mengerang saat pinggangnya tertembak dari samping. Ia melupakan jika pria itu masih memegang pistol HnK. Alex yang membalik tubuh pria itu langsung menghadiahkan sebuah sayatan memanjang pada dada pria yang hanya mengenakan kemeja putih polos. Cairan merah langsung merembes keluar membasahi kemeja putih itu.

"Apa kau tahu betapa sulitnya menghilangkan noda pada pakaian putih?" Tanya pria itu setelah mengusap luka sayatan yang cukup dalam pada dadanya itu. Perih terasa begitu jelas menghampiri dadanya.

BUGH BUGH

Dua buah pukulan keras melayang dan bersarang tepat di mana pinggang Alex terluka akibat tembakannya. Darahpun mengalir makin deras dari daging yang berlubang itu.

"Kau tau, senjata kuno seperti pisau bedah yang kau bawa itu tidaklah sebanding dengan pistol yang kubawa," hina pria yang kini mencengkram erat kedua bahu Alex yang masih berdiri dengan tegap.

"Gaya bertarungmu mengingatkanku pada seseorang," Alex tertawa.

BUGH

Sebuah tendangan kuat mendarat pada perut Alex. Tendangan sepatu militer dengan alas besi rupanya masih belum cukup hanya sekedar untuk merobohkan Alex. Meski sempat terhuyung, keseimbangan dapat kembali didapatkan oleh pria itu dengan cepat.

Begitu banyak luka memar yang kini bersarang di kulit putih pria berambut coklat itu. Kedua lengannya kini rasanya begitu sulit untuk digerakkan. Organ dalamnya pu nkini ia yakini sudah mengalami luka pula, tak jauh berbeda dengan kondisi fisiknya saat ini.

BUGH

"Uhuk uhuk,"

Alex tiba-tiba saja terbatuk saat sebuah tendangan kembali mendarat pada perutnya. Keningnya berkerut saat ia terbatuk, darah pun ikut keluar dalam batuknya. Rasa perih kini mulai mendera bagian dalam tubuhnya, terutama pada bagian perut dan pinggangnya.

"Kenapa? Apa kau sudah menyerah?" ledek Steve yang kini berjalan mendekati pria yang berdiri dengan menumpukan kedua tangan pada lututnya, "Lihatlah dirimu sekarang, Alan. Kau tampak begitu menyedihkan. Aku tak menyangka jika salah seorang pilar penting organisasi bawah tanah dunia selemah ini. Harusnya jika seperti ini aku membunuhmu sejak dahulu,"

"Kau begitu banyak bicara. Jadi, bagaimana?" Tanya Alex dengan nada menantang. Ia seolah tidak memperdulikan keadaannya saat ini.

"Bagaimana apanya? Bagaimana dengan nasibmmu setelah ini?" Tanya Steve yang kini saling beradu sorot mata.

"Dasar bodoh. Berikan nyawamu kepadaku. Kau sendiri yang mengatakan itu kepadaku, jika aku menagih nyawamu, kau bersedia mengantarkannya kepadaku dengan tanganmu sendiri. Lakukanlah!"

Suasanya kembali menegang. Dari tubuh Alex yang kini nampak begitu lemah masih dapat menguar hawa yang mencekam. Rasa haus akan darah yang dapat terasa dengan jelas dari sorot manik hazel itu sama sekali tidak memudar bahkan setelah keadaan tubuhnya memburuk.

Tawa pria itu berderai sebelum ia kembali berdiri tegak dengan tangan yang bergerak mengusap darah yang membasahi sudut bibirnya dengan ibu jari miliknya sendiri. Sedari tadi bukan keinginannya sendiri untuk terus berada dalam posisi bertahan dan memilih menerima serangan dari Steve.

Pria itu masih sangsi untuk menyerang lelaki dihadapannya itu. Bukan karena rasa kasihan, namun karena sesuatu yang lain. Ada sesuatu yang masih menahannya untuk tidak menghabisi lelaki itu, bahkan walau hanya sekedar menyerang balik.

"Aku tidak sebodoh itu untuk memberikan nyaku kepadamu begitu saja, Alan! Akan kuberikan nyawaku kepadamu setelah aku ambil nyawamu itu terlebih dahulu!" ucapnya dengan penekanan pada setiap kata yang ia ucapkan.

BUGH BUGH

"Kekuatan fisikmu sama dengan seorang pembunuh bayaran berusia 14 tahun," diusapnya darah yang mengalir menuruni hidung mancungnya, pula disudut bibirnya, "Tak kusangka seorang Black Thunder selemah ini,"

Rahang Steve gemertak menahan emosinya yang terpancing akan ucapan Alex. Alex hanya tersenyum tipis saat pria sipit itu mengentakkan tubuhnya ke salah satu pohon yang menjulang tinggi. Tangan berotot pria itu mencengkram leher Alex hingga nampak kukunya memutih.

Kedua manik berbeda warna itu saling bersitegang dalam jarak yang begitu dekat. Dari jarak ini Alex baru dapat merasakan hawa kebencian yang begitu sangat dari lelaki dihadapannya itu.

Tubuh Alex yang kehabisan napas kini mulai melemas. Kulit wajahnya yang putih kini memerah akibat merendahnya suplai oksigen yang beredar dalam tubuhnya. Kedua tangannya hanya bisa mencengkram lemah lengan pria dihadapannya. Scalpel yang sejak tadi ia genggam kini terjatuh tepat ke samping kakinya.

BRAK BRAK BRAK

The (Psyco) GodfatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang