Dengan santai diraihnya botol parfum yang kini hanya berisi ½ botol. Tanpa ragu disemprotkan parfum itu ke arah pria dengan sebuah pistrol ditangannya itu. Aroma citrus langsung semerbak sesaat sebelum pudar kembali. Tindakan yang ia lakukan ini memancing ciuman dari pucuk pistol di pelipisnya
"Kukira ada penyusup seperti apa, rupanya hanya lelaki bodoh yang bermain dengan sebotol parfum," sinis pria lain yang datang dari arah tangga.
"Pantas saja saat aku baru masuk tercium kuat aroma citrus . Hey, nak, mengapa kau memakai masker gas disini?" tanya pria yang mengacungkan pistol ke arah Kevin.
"Apa kalian tidak menyadari sesuatu?" bukannya menjawab, Kevin malah bertanya balik.
Suaranya terdengar sedikit samar dari balik maskernya. Meskipun terdengar samar dan sampai pada telinga kedua pria itu seolah seperti bisikan, keduanya masih mendengar dengan jelas apa yang Kevin katakan. Untuk sesaat kedua pria berbadan besar itu saling berpandangan sebelum akhirnya menatap Kevin dengan tajam.
BRUK
Pria dari arah tangga itu langsung jatuh berlutut. Kedua tangannya menekan kuat dadanya. Senyum merkah Kevin langsung tercetak dibalik masker hitam kehijauan yang ia kenakan saat menyaksikan ekspresi kesakitan pria jangkung itu. Tak begitu lama, pria dihadapannya juga mengalami hal serupa. Darah segar menetes keluar dari hidung keduanya. Mata mereka memerah. Tubuh keduanya menegang sesaat sebelum terkulai lemas tak bernyawa di atas lantai.
"Harusnya kalian sadar jika parfumku itu spesial. Dasar payah," monolog Kevin yang kini memasukkan beberapa lembar kertas yang telah ia sisihkan ke dalam tasnya. Juga beberapa buku catatan tipis yang ia ambil dari rak.
Kevin langsung berjalan menuruni satu per satu anak tangga menuju basement rumah itu. Matanya mengerjab saat menyadari beberapa pria sedang mengalami kejang-kejang hebat di atas lantai. Masker yang menutupi wajahnya mampu menyembunyikan senyuman lebar yang kini terukir di wajahnya. Tak begitu lama, pria-pria itu meregang nyawa.
Dokter itu berjalan mengelilingi basement yang tidak memiliki sekat itu. tidak ada apapun disana selain beberapa kardus kosong yang tertumpuk di sudut ruangan, meja usang, lukisan, dan sebuah foto kecil yang terselip di atas sebuah buku tua di atas meja. Langkahnya mundur. Dibacanya isi buku itu sekilas sebelum memasukkan buku kecil itu ke dalam tasnya.
Suara siulan menggema di lantai atas saat Kevin menyusuri lorong-lorong sempit rumah itu. kepalanya menoleh ke kanan kiri memastika tidak ada yang terlewat olehnya. Hanya ruangan-ruangan kosong yang sedikit berantakan. Langkah ringannya terhenti saat telinganya menangkap sebuah suara dari salah satu ruangan yang berada beberapa meter didepannya. Dengan cuek, ia lebih memilih untuk tetap mengabsen satu per satu ruangan sesuai rute yang kini ia lewati.
Sesampainya di pintu asal suara, dibukanya langsung pituh bercat putih dihadapannya kini. Ia memicing saat melihat seorang wanita yang duduk terikat dengan dua orang pria yang sedang berkutat dengan sebuah suntikan, infus, dan sebuah obat dalam botol kaca kecil berwarna kecoklatan. Keduanya masih tidak menyadari kehadiran Kevin yang kini berjalan mendekat dengan santai.
BUGH
Sebuah tinjuan yang cukup kuat dilayangkan Kevin pada jakun seorang pria yang membawa suntikan dan botol kaca kecoklatan. Pria itu langsung jatuh tersungkur. Ia hanya mengerang sambil terus menekan bagian yang baru saja mendapatkan sebuah pukulan. Nafasnya berubah menjadi pendek dan terputus-putus. Pria lain yang melihat rekannya tumbang begitu saja tanpa perlawanan hanya dapat menatap Kevin yang berjalan santai ke arahnya dengan tatapan takut.

KAMU SEDANG MEMBACA
The (Psyco) Godfather
CasualeJangan mencari masalah denganku. Jika tidak aku yang akan datang membantaimu dengan tanganku sendiri - Alexandro Alvaro