August, 2019
Matahari baru saja muncul dari peraduannya di langit timur saat kelopak mata itu terbuka. Pupil hitam matanya yang sebelumnya membesar kini menciut setelah bisa menyesuaikan dengan intensitas cahaya di tempat ia berada. Kelopak itu kembali memejam saat terasa sebuah rasa nyeri kuat yang menyerang kepalanya, pula seluruh bagian badannya. Coba digerakkannya jemarinya yang kaku, namun gagal.
'Sial, apa aku lumpuh?'
Setelah percobaannya untuk menggerakkan tubuhnya gagal, ia kini mencoba mengeluarkan suaranya. Namun suara itu tidak mau keluar dari bibirnya yang bergetar. Cukup keras ia mencoba hingga akhirnya suaranya yang terdengar begitu serak dan rendah terdengar oleh telinganya sendiri. Ia mendesah lega saat ia tidak kehilangan suaranya.
Matanya yang bergerak menatap sekelilingnya yang nampak begitu asing. Aroma kuat obat yang menyergap penciumannya melalui celah masker oksigen yang ia kenakan. Aroma khas rumah sakit. Pria yang kini berbaring di atas ranjang dengan pakaian serba hijau itu kembali memejamkan matanya saat ia mendengar suara derap langkah mendekat.
"Aku tidak tahu, Jas. Racun dalam tubuhnya itu bukan sesuatu yang mudah untuk dihilangkah. Aku sendiri tidak tahu kapan Alex akan tersadar!" bentak seseorang sesaat pintu ruangan itu terbuka, "Aku bahkan tidak tahu kapan Alex akan siuman. Dia masih bisa bertahan hidup saja sudah merupakan sebuah anugerah,"
"Kau itu seorang dokter, Kevin. Dua minggu dia terbaring koma disana!" dengan penuh penekanan pria lainnya mengucapkan kalimat itu dengan begitu dingin, "Akan kutanggung semua biayanya!"
Kerutan samar sempat menghampiri kening Alex. Ia mengenali suara dua pria yang kini saling beradu. Kevin dan juga Jason. Kini ia mengerti alasan dibalik kekakuan pada seluruh sendinya. Ia hanya menghabiskan waktu dengan tidur selama 14 hari, bahkan mungkin lebih. Suara derap langkah lain kembali terdengar mendekat.
"Persetan denganmu, Jason!" sinis seseorang lainnya dengan suara yang tidak begitu berat.
Mendengar suara itu, Alex membuka kembali kelopak matanya. Ia memicing dan menatap ketiga pria yang masih beradu. Kevin yang tidak sengaja mengalingkan pandangannya kearah pria yang masih terbujur kaku di atas ranjang itu kini hanya bisa berdiri membeku. Tatapan kedua pria itu beradu.
Jason dan lelaki bermata sipit itu langsung mengikuti arah pandangan Kevin yang kini bungkam. Keterkejutan nampak begitu nyata di ekspresi keduanya. Alex yang menyadari itu kini memilih kembali memejamkan matanya yang kembali memberat. Setitik beban di pikirannya terangkat saat tangan kanannya berada di ruangan yang sama dengannya, setidaknya Jason melakukan tugasnya dengan baik untuk menjaga lelaki sipit itu.
'Senang mengetahui kau baik-baik saja, Edward Stevenson,'
October, 2019
Matahari nampak menyinari bumi di langit yang sebagian tertutupi selimut tipis awan berwarna putih. Jalanan di pinggiran kota itu masih sepi saat sebuah mobil sport berlabel logo banteng melintas. Deru kuat mesin mobil itu membelah kesunyian jalanan yang berada di tengah perkebunan dengan pepohonan yang tinggi menjulang. Keluar dari wilayah perkebunan, padang rumput yang menyelimuti hamparan luas perbukitan siap memanjakan mata.
Dua orang pria yang duduk dalam seat mobil sport itu hanya diam dalam pikirannya masing-masing. Pria berkulit putih kekuningan bermata sipit yang duduk dibalik kemudi hanya terfokus pada jalanan didepannya sedangkan pria berambut coklat yang duduk disampingnya hanya menatap lurus keluar jendela, membiarkan dirinya larut kedalam pikirannya yang sudah mengembara jauh diluar nalar manusia biasa. Dibelakang keduanya ada seorang pria pirang yang terlelap dalam duduknya bahkan sejak mereka baru saja meninggalkan Boston.
![](https://img.wattpad.com/cover/157477999-288-k806110.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The (Psyco) Godfather
DiversosJangan mencari masalah denganku. Jika tidak aku yang akan datang membantaimu dengan tanganku sendiri - Alexandro Alvaro