June, 2014
Seorang pria tampak duduk santai di teras sebuah rumah megah yang berdiri di atas pulau pribadi miliknya. Sejumlah orang sibuk berlalu lalang memindahkan sejumlah kardus. Pria itu hanya menatap datar pada pemandangan didepannya. Tidak ada pergerakan apapun dari pria yang kini hanya berpangku tangan menyangga dagunya dengan tangan kanannya itu.
"Tuan, maafkan jika saya mengganggu. Ada seorang pria yang ingin bertemu dengan Tuan," ucap seorang berpakaian serba putih yang langsung pergi setelah mendapatkan lambaian dari pria itu.
"Alan, ada hal penting yang harus kukatakan kepadamu," ucap pria itu dengan tegas. Pria berambut pirang yang ia panggil Alan itu langsung menoleh setelah mendengar suara pria itu. Ia menghela nafas sesaat sebelum kembali membuka mulutnya.
"Ada dua ekor tikus menyelinap di rumahmu. Aku melihatnya tadi," ucap pria pirang itu dengan senyum miring, "selain itu, ada yang mengincar Alex. Aku tidak tahu siapa mereka, tapi mereka sudah mengincarnya sejak lama. Sampaikan pada sepupumu untuk berhati-hati,"
"Terima kasih atas peringatanmu, Val,"
"Kalau begitu, aku pamit. Ada yang harus kuurus di kantorku,"
Sepeninggal pria pirang itu, pria berambut hitam itu hanya diam memandang ke arah laut yang menjadi latar belakang pemandangan dari teras. Alex tahu jika dirinya sedang diawasi. Dua orang agen intel yang menyamar sebagai salah satu anak buahnya dan sebagai salah satu tukang kebunnya. Ia bangkit, lalu berjalan santai keluar. Senyuman ramah beberapa pria yang berlalu lalang di dekatnya pun ia balas seadanya. Kini, fokusnya tertuju pada satu hal. Mencari tikus yang sudah cukup lama ia biarkan hinggap mengawasi gerak-geriknya.
Langkah tegasnya yang santai membawanya menuju taman belakang rumah megahnya yang sepi. Netra pria itu bergerak mengelilingi taman seluas 400 meter persegi itu dengan jeli. Kakinya terus bergerak mengikuti batu-batu alam yang telah disusun sedemikian rupa oleh seorang arsitektur lanskap terkemuka hingga membentuk sebuah jalan setapak yang tentu saja memiliki nilai seni yang setara dengan uang yang harus ia keluarkan. Sebelah alisnya terangkat saat matanya menangkap sosok yang kini ia cari sedang menyiram sebuah tanaman hias yang berada di dekat sebuah air mancur dengan model kontemporer bersama dua pria lainnya.
Sosok itu kini berbalik dan berjalan santai meninggalkan kedua rekannya. Alex yang tahu akan hal ini langsung bersembunyi dibalik sebuah pot tanaman hias berukuran sangat besar yang ada di sampingnya.
BUGH
Alex memukul tengkuk seorang tukang kebun yang melintas di dihadapannya hingga pingsan kemudian meyeretnya meninggalkan area taman menuju garasi belakang rumahnya dan masuk ke sebuah mobil mewah yang langsung ia kemudikan meninggalkan rumah megah itu. Hanya deru mesin pendingin yang terdengar didalam mobil selama perjalanan hampir sejam mereka sebelum tiba di sebuah pesisir tebing sisi lain pulau yang cukup luas itu. Dua orang penjaga tangan kanannya yang menjaga sebuah pondok kecil langsung berlari menghampiri tuannya yang baru tiba bersama seorang 'tamu'.
Alex langsung menginstruksikan sesuatu kepada dua pria berusia pertengahan 20 tahun itu sebelum meninggalkan keduanya masuk ke dalam pondok kayu itu.
"Ah, akhirnya agen kita sadar," ucap Alex dengan datar.
"Maksud tuan Alan? Saya tidak mengerti," tanya tukang kebun itu sambil menunduk. Alex menyadari pergerakan tersembunyi dalam mulut pria dihadapannya. Ia hanya menggeleng pelan saat mengetahui kelakuan pria itu.
"Jangan khawatir, aku sudah menggeledahmu. Jika kau mencari pil sianida yang terselip di gigi belakangmu, ku beritahu padamu jika pil itu ada didalam sakuku sekarang," Alex tersenyum ramah kepada tukang kebun itu. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan santai menuju ke tempat tukang kebun itu berdiri dengan tangan terantai keatas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The (Psyco) Godfather
RastgeleJangan mencari masalah denganku. Jika tidak aku yang akan datang membantaimu dengan tanganku sendiri - Alexandro Alvaro