IV

148 7 0
                                    

Dua minggu berlalu. Alex yang berjalan kaki tanpa tujuan pasti kini berada di sebuah desa kecil di wilayah Guangxi. Ia memutuskan untuk membeli seekor kuda, beberapa helai pakaian dan celana, jaket, roti, tali, air mineral, dan beberapa perlengkapan lain denggan uang yuan yang sebelumnya ia peroleh dengan menukarkan uang dollar miliknya di wilayah Guangdong beberapa hari sebelumnya.

Matahari semakin meninggi saat Alex memutuskan untuk berhenti di sebuah sumber mata air di wilayah Yunnan. Ia mengikatkan kuda yang menemani perjalanannya selama 2 bulan terakhir ini di sebuah padang rumput. Ia sendiri memilih mengisi tiga kantong airnya yang terbuat dari kulit sapi di mata air itu. Setelahnya, ia memilih untuk mandi dan mengenakan beberapa helai pakaiannya sekaligus mengingat musim gugur yang mulai menyingsing.

Secepat yang ia bisa, langsung dilanjutkannya perjalanan yang tertunda sesaat tadi mengingat hari yang mulai sore. Rute pegunungan yang ia tempuh untuk menghindari orang-orang yang kemungkinan mengincarnya mengakibatkan waktu tempuh menjadi lebih lama. Alex yang mengejar waktu musim gugur terpaksa memilih dan menggunakan jalur dataran rendah. Hasilnya positif karena pada awal bulan November dirinya telah menginjakkan kaki di provinsi Xinjiang.

Pria setinggi 176 cm itu kini hanya terduduk diam di atas sebuah batu besar tak begitu jauh dari sebuah desa kecil. Ia hanya memegang tali kudanya yang ikut berteduh di sampingnya dari hujan lebat yang mengguyur wilayah itu sejak 2 jam lalu. Matanya mengamati beberapa orang dan kendaraan yang masih berlalu-lalang dibawah hujan. Ia menoleh kepada seorang wanita tua dengan payung hijau berdiri didepannya. Wanita itu tersenyum lalu menawarkan kepada Alex untuk singgah dirumahnya.

"Ayolah, jangan sampai aku menyeretmu hanya untuk mengikutiku," desak wanita itu dengan senyuman ramah yang membuat Alex diam termenung, "hey, Jangan melamun di saat hujan seperti ini,"

Wanita itu menyodorkan sebuah bungkusan kain kepada Alex. Melihat Alex yang hanya diam membuat wanita itu kesal sendiri. Dengan paksa di tariknya tangan atletis Alex dan diberikan padanya bungkusan kain tadi. Wanita itu berbalik dan mengambil beberapa kresek bawaannya yang ia letakkan di bawah sebuah kanopi kecil sebuah telepon umum.

"Cepatlah, nak. Kau membuatku gemas," cebik wanita berusia lanjut itu melihat Alex yang masih tidak beranjak dari tempatnya.

Alex sendiri justru termenung melihat sosok nenek itu. Ia teringat akan neneknya yang dahulu membesarkannya. Nenek yang direnggut darinya. Ia tersentak kaget saat merasakan sebuah tarikan pada tangannya. Alex tersenyum lalu bangkit dan menarik kudanya mengikuti sang nenek.

Sisi kemanusiaan Alex kembali nampak walaupun sangat tipis. Ia menetap dan tinggal bersama nenek itu untuk menemaninya yang tinggal bersama keluarga kecilnya, seorang suami dan seorang pemuda yang ia anggap cucunya sendiri. Tinggal cukup jauh dari peradaban manusia lainnya. Didunia yang seolah seperti terlupakan dan tidak terdampak oleh hiruk pikuk lalu kemajuan peradaban manusia.

Maret, 2018

Alex yang baru bangun dari tidur siangnya langsung beranjak keluar dan berkuda dengan kuda yang menemani perjalanan panjangnya 3 tahun lalu menuju sebuah padang rumput luas dimana ratusan ekor domba dan puluhan sapi dilepaskan. Ia membantu seorang pemuda yang menunggangi kuda lain menggiring gembalaan kembali ke sebuah bangunan dari kayu yang terletak tak begitu jauh dari lumbung dan rumah tempat Alex beristirahat.

Keduanya lalu berkuda menuju ke arah barat menuju sebuah ladang buah. Disana mereka segera membantu sang nenek dan suaminya yang sedang memanen buah-buahan yang nyaris masak. Sang nenek kemudian pamit pulang terlebih dahulu ditemani sang kakek meninggalkan Alex dan pemuda yang sudah akrab dengannya.

Lelaki berusia awal 20 tahun itu tersenyum saat Alex memotong seekor ulat bulu yang merambat ditangannya dengan gunting yang ia gunakan memotong tangkai buah. Ya, lelaki itu tahu latar belakang Alex dan ia bersyukur karena sudah 3 tahun ini tidak merobek daging dan kulit manusia. Bukanlah sebuah masalah bagi Alex sendiri untuk berpuasa dari hobinya. Bahkan, baginya 3 tahun adalah waktu yang singkat.

The (Psyco) GodfatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang