"Lo sama tuyul nggak ada bedanya. Sama-sama jelek dan suka bikin kaget."
🐇🐇🐇
"Lo mau pulang ke rumah Papa lo?"
Tania dibuat terkejut kala mendengar suara Sekar dari arah belakang. Gadis itu menolehkan kepalanya, menatap Sekar yang kini sudah nyaman di atas motornya.
"Iyalah, Mama kan lagi di Bandung." Jawab Tania cukup ketus. Sekar menarik gas motornya, membuat posisi motornya kini sama dengan posisi berdiri Tania.
"Gue nggak bisa nebengin lah kalau ke sana, beda arah." Ucap Sekar sambil terkekeh.
Tania cemberut. Kalau ada Mama, sih, enak. Tania bisa pulang ke rumah bersama Sekar karena rumah mereka berada di satu komplek yang sama. Tapi kan di rumah sedang tidak ada orang. Tania mana berani di rumah sendirian.
"Udah tahu mau pulang sama siapa?"
Tania menggeleng. Sejak bel pulang berbunyi sekitar 10 menit lalu, Tania langsung berlari ke arah gerbang dan berdiri di sana. Padahal, ia belum tahu akan pulang bersama siapa.
"Kenapa nggak bareng Kak Vega aja, sih?" tanya Sekar sebal.
"Idih," wajah Tania langsung berubah menjadi jijik. "Gengsi gue tinggi, sori aja nih ya kalau gue yang harus minta bareng sama dia."
"Lah terus lo ngapain berdiri di sini?"
"Ya, nunggu tebengan, siapa tahu Kak Sirius mau nebengin." Jawab Tania sambil menyengir, menunjukkan barisan giginya yang rapi.
"Minta tebengan ke Kakak sendiri mah gengsi digedein," cibir Sekar.
"Sana lo pulang!" Tania memukul pelan jok motor Sekar.
"Siapa juga yang mau nungguin lo?!" balas Sekar yang langsung menarik gas dan pergi meninggalkan Tania di depan gerbang.
Oke. Tania kembali merasa seperti orang gila. Berdiri di depan gerbang tanpa tujuan yang jelas, tengok kanan-kiri berlagak seperti sedang menunggu jemputan. Padahal, mah, ia sendiri tidak tahu harus pulang naik apa.
"Minta jemput Papa?" Tania mulai berpikir. "Ah, nggak! gengsi tuh digedein! kalau bukan karena takut sendirian di rumah, gue juga ogah nginep di rumah Papa."
20 menit berlalu setelah bel pulang berbunyi. Murid-murid mulai mengendarai kendaraan masing-masing keluar dari gerbang setelah cukup lama menunggu hingga keadaan sekolah sepi. Hanya tersisa Tania dan beberapa motor yang masih terparkir di dalam lingkungan sekolah.
"Dih, sebel gini!" gadis itu berjongkok, menumpu dagunya.
Ayolah Tania, berpikir! naik angkutan umum atau apalah yang penting bisa segera pulang ke rumah.
"Tania?"
Sapaan yang terdengar dari arah samping membuat Tania segera menoleh. Gadis itu berusaha mengingat wajah lelaki di hadapannya ini.
Siapa, ya?
"Kak Dora?"
Ekspresi Rido langsung berubah menjadi datar kala Tania memanggilnya 'Dora'. Jujur, ia benci panggilan itu!
"Tadinya gue mau nanya kenapa lo belum pulang, terus kalau nggak ada yang jemput mau gue tebengin. Tapi berhubung lo manggil gue Dora, nggak jadi deh gue berbuat baik."
"Eh," Tania berdiri di depan motor Rido. "Jangan dong, Kak. Gue lagi butuh tebengan pulang, nih."
"Kakak lo mana sih? bukannya pulang bareng dia."
![](https://img.wattpad.com/cover/176649945-288-k781904.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius Altair
Teen FictionEs itu sudah mulai mencair, tak lagi dingin dan keras. Perlahan, Titania Shaula mampu mengubah seorang Sirius Altair menjadi seperti yang dikenal oleh orang-orang terdekatnya dulu. Dengan segala sikap kekanakan dan keras kepalanya, Tania membawa Alt...