"Ada rasa yang ingin aku lenyapkan, tapi sayangnya aku belum yakin bisa mengikhlaskan."
🐇🐇🐇
Langit mendung, tak ada cerah yang ditampilkan. Tiap kali Tania mendongak, yang ia temukan hanya kumpulan awan hitam. Tangannya melingkar di pinggang Alta, berpegangan erat seakan takut angin sore mampu menjatuhkannya dari motor besar ini.
Tania tak bisa menahan bahagianya saat Alta mengijinkannya berpegangan, Tania tak bisa menahan histeris saat Alta mengatakan mamanya ada di rumah.
Puluhan kembang api seakan meletup-letup di dadanya, bahagia yang ia rasakan seimbang dengan gugup yang kini melandanya. Tania tak bisa berpura-pura feminim, Tania tak bisa berpura-pura kalem. Ia takut mama Alta tak bisa menerima dirinya.
Motor Alta berhenti di halaman rumah. Suara motornya membuat pintu rumah langsung terbuka, disusul oleh kepala Dara yang mengintip dari sela pintu. Melihat Tania duduk di atas motor Alta membuat Dara langsung membuka pintu lebar dan berkacak pinggang.
Tania turun dari motor, diikuti oleh Alta setelah pemuda itu melepas helmnya.
"Sekarang Dara nggak boleh marah-marah lagi sama Kak Tania," ucap Alta sambil mengacak rambut Dara.
Dara cemberut, "kenapa?!"
"Gue udah jadi pacar kakak lo sekarang," jawab Tania dengan bangga.
Mata bulat Dara memelotot, pipinya menggembung membuat bibir kecilnya seakan tenggelam. Dara beralih menatap Alta, meminta penjelasan.
"Bener kok," sahut Alta yang langsung membuat Dara merengek tidak jelas. Anak itu tiba-tiba berlari ke arah Alta dan memukuli lengannya.
"Aku nggak mau Kak Alta pacaran sama Nenek Lampir ini! aku maunya Kak Alta sama Kak Aluna!"
"Dara sayang, calon adik iparku yang tersayang, kamu harus menerima kenyataan kalau kakak kamu udah luluh sama bidadari ini." Ucap Tania sambil terkikik. Gadis itu tersenyum miring, membuat kekesalan Dara bertambah.
"Dara kenapa mukulin Kakak?"
Pertanyaan tiba-tiba itu keluar dari mulut Portia yang baru datang. Tania langsung menghapus senyum miringnya, lalu berdiri setenang yang ia bisa. Matanya memandang lekat seorang wanita paruh baya yang tampak sangat cantik, ada beberapa kemiripan dengan Alta. Tania yakin jika orang itu adalah mamanya Alta.
"Sore, Tante." Sapa Tania sopan sambil menyalami Portia. Portia tersenyum hangat, membalas sapaan Tania dengan ramah.
"Temen kamu?" tanya Portia pada Alta.
Alta menyingkirkan Dara dari hadapannya, kemudian menggeleng sebagai jawaban untuk Portia.
"Pacar," jawab Alta.
Satu kata itu membuat Portia melongo. Dengan penuh keterkejutan, Portia memandangi Tania dari atas sampai bawah.
"Aku Tania, Tante. Baru aja ditembak sama Kak Alta tadi siang," ucap Tania cengengesan.
Portia menggeleng menghilangkan keterkejutannya, wanita itu kembali tersenyum. Ia memandangi Alta sekali lagi, memasang senyum paling hangatnya untuk Alta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius Altair
Teen FictionEs itu sudah mulai mencair, tak lagi dingin dan keras. Perlahan, Titania Shaula mampu mengubah seorang Sirius Altair menjadi seperti yang dikenal oleh orang-orang terdekatnya dulu. Dengan segala sikap kekanakan dan keras kepalanya, Tania membawa Alt...