"Di balik semangat serta keyakinan, selalu ada bayangan seseorang yang tak pernah sadar bahwa dirinya sudah menjadi alasan kebahagiaan orang lain."
🐇🐇🐇
Semenjak mengenal Tania, Alta jadi malas untuk pergi ke sekolah. Baginya, pagi adalah petaka. Tak ada yang istimewa di paginya kala ia mengingat akan bertemu Tania di sekolah.
Kakinya terasa berat untuk turun dari motor, masuk ke dalam gedung sekolah dan berdesakan dengan anak-anak lain di tangga.
"Alta!"
Teriakan itu sangat tak asing untuknya, Alta menoleh ke belakang, menemukan Vega berdiri di sana dengan Tania di sampingnya.
Alta membuang napas pelan, lihat saja gadis itu yang sudah cengengesan tidak jelas.
"Hai, Kak Sirius!"
Sapaan itu. Cih, Alta benci sapaan itu. Sudah ditegaskan berkali-kali bahwa ia tidak suka dipanggil Sirius!
"Gue mau ngomong masalah Tania yang chat lo semalem," ucap Vega pelan namun tak bisa menyembunyikan suaranya yang terdengar sangat ketus itu.
"Lo ngasih ke bocah ini?" tanya Alta sambil menunjuk Tania dengan dagunya.
"Bukan, dia nyolong." Jawab Vega ketus. Tania menyengir tak berdosa, membentuk huruf V dengan jarinya.
"Nggak peduli sih gue," Alta mengibaskan tangan cuek. Pemuda itu langsung berbalik, hendak melangkahkan kaki menuju gedung sekolah yang mulai ramai.
Tapi seorang gadis yang tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingnya membuat Alta seketika menghentikan langkah dengan dahi mengernyit.
"Ngapain lo?" tanyanya sinis pada Tania yang tengah mendongak menatapnya polos.
"Ngikutin lo lah, Kak!"
"Ngapain ngikutin gue? gue bukan Kakak lo!"
Tania mengernyit, "siapa yang bilang lo Kakak gue?"
"Gila," maki Alta pelan. Ia kembali melanjutkan langkahnya dengan Tania yang selalu berusaha menyamakan langkah pendeknya dengan langkah panjang Alta.
"Adik lo galak banget," ucap Tania tiba-tiba, membuat Alta seketika menoleh padanya.
"Tapi nggak gila kayak lo," jawab Alta cuek.
Tania cemberut, heran kenapa orang-orang cool seperti Alta selalu punya mulut yang pedasnya lebih dari cabai rawit.
"Nggak ketus juga kayak lo!" balas Tania.
"Nggak ketus?" Alta menghentikan langkahnya, menunduk untuk menatap Tania yang terlalu pendek untuknya. "Lo dikatain jelek sama dia."
"Dia-nya aja sok cantik!"
Alta tersenyum sinis, "dia memang cantik."
"Adek lo, wajar lah lo puji gitu."
Lama-lama, bukan Alta yang sebal, melainkan Tania. Nih ya, moodnya sudah hancur saat Papa memintanya untuk berangkat ke sekolah bersama Vega. Dan Tania pikir, mengganggu Alta akan sedikit memperbaiki suasana hatinya. Tapi nyatanya, pemuda itu menyebalkan sekali pagi ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius Altair
Teen FictionEs itu sudah mulai mencair, tak lagi dingin dan keras. Perlahan, Titania Shaula mampu mengubah seorang Sirius Altair menjadi seperti yang dikenal oleh orang-orang terdekatnya dulu. Dengan segala sikap kekanakan dan keras kepalanya, Tania membawa Alt...