11. Suara Aluna

1.5K 102 0
                                        

"Hanya rindu yang bisa mengubah manusia menjadi tidak sabaran."

🐇🐇🐇

"Kejar Fairus!"

Teriakan Alta membuat Tania tersenyum tipis. Di bawah pohon rindang Tania duduk bersama anak-anak perempuan, mengamati Alta yang tengah bermain kejar-kejaran dengan anak-anak lelaki.

Mata Tania seakan disuguhkan pemandangan paling indah kala bibir Alta melengkung sempurna dengan suara tawa yang terdengar sangat renyah.

Tania pikir, Alta akan diam saja seperti patung. Atau parahnya, Alta akan ketus pada anak-anak di sini. Tapi yang Tania lihat sekarang mampu membantah semua pemikirannya tentang Alta.

Alta sangat berbeda. Tak ada lagi triplek ataupun manusia es nan ketus.

"Aku gambar bunga boleh?" tanya seorang anak perempuan yang tengah tengkurap di atas rumput dengan pensil warna di tangannya.

"Gambar apa aja, nanti Kakak simpen di kamar buat kenang-kenangan." Jawab Tania dengan senyum manis.

Anak itu kembali melanjutkan gambaran bunganya yang belum selesai.

"Kakak pacarnya Kak Rius?" tanya seorang anak lainnya yang posisinya sangat dekat dengan Tania.

Tania menoleh, kemudian tertawa. "Masih calon," jawabnya.

"Kak Rius cocok banget sama Kakak,"

Tania tertawa, gadis itu tak menanggapi lagi ucapan Rara. Ia kini masih fokus menatap Alta yang tengah berlari karena dikejar oleh salah satu anak panti.

"Kak Sirius! awas batu--Aw!" Tania ikut meringis ketika melihat tubuh Alta terjatuh akibat tersandung batu.

Anak-anak laki yang tengah bermain bersama Alta langsung mengelilingi pemuda itu.

"Kalian lanjutin aja gambarnya, ya." Ucap Tania pada anak-anak perempuan. Mereka semua mengangguk kompak, membuat Tania langsung berlari ke arah Alta.

"Semangat banget sih larinya," ucap Tania sambil berjongkok di samping Alta.

"Kalian lanjutin aja mainnya, nanti kalau udah selesai diobatin, Kak Rius gabung lagi sama kalian." Ucap Tania manis kepada anak-anak yang menatap Alta khawatir. Mereka semua mengangguk walau terlihat sangat enggan.

"Sana, gue nggak apa-apa." Alta menepis tangan Tania.

"Masih aja ngelak! liat nih siku lo lecet!"

Alta melirik sikunya, terdapat beberapa goresan yang mengeluarkan darah di sana.

"Nanti diobatin di rumah aja sama Al--" Alta terdiam.

"Sama siapa? Al siapa?" tanya Tania ketika Alta tak melanjutkan ucapannya.

"Nggak," Alta menggeleng. Tania menatap curiga, sebelum akhirnya kembali mengamati siku Alta.

"Pasti sakit kalau lukanya di siku, " ucapnya sedih. Alta mendengus, kemudian menjauhkan tangannya dari Tania.

"Ini nggak sakit,"

Sirius AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang