12. Kabar Duka

1.6K 118 1
                                    

"Cerita penuh luka disimpan oleh pemiliknya untuk dijadikan saksi bahwa ia bisa bertahan seorang diri."

🐇🐇🐇

Kiriman cinta pertama sudah selesai. Anak-anak panti asuhan mengaku mendapatkan banyak cinta dari Alta dan Tania. Mereka juga berharap jika nanti Alta dan Tania akan kembali.

Semakin banyak kalimat manis yang keluar dari mulut anak-anak itu, semakin besar pula nilai tambahan untuk Tania dan Alta.

Hari kedua, sejak pagi sekitar jam 8 mereka sudah dikirim ke sebuah panti jompo yang letaknya tak jauh dari rumah Papa Tania.

Tania mematung di gerbang. Ia paling tidak suka berhadapan dengan orang tua. Tania tiba-tiba akan merasa kehilangan semua kekuatannya. Ia akan menjadi sangat lemah.

"Lo mau ajak orang tua di sini main kejar-kejaran kayak anak panti kemarin?" tanya Tania seiring dengan langkah keduanya menuju ruangan pengurus panti jompo ini.

"Kalau lo mau mereka patah tulang, gue sih nggak masalah." Jawab Alta dingin. Tania mencibir, tidak menyangka jawaban Alta akan terdengar sangat ketus untuknya.

Langkah Alta terhenti di tengah halaman, matanya memandang fokus seorang wanita tua yang duduk di kursi roda.

"Lo aja yang nemuin pengurus panti," ucap Alta tanpa mengalihkan pandangannya dari wanita tua itu.

Tania memelotot, "ih ogah! berdua lah! nggak adil kalau cuma gue sendiri."

Alta mengendikan bahu, "nggak ada penolakan."

Tania menekuk wajahnya, melihat tatapan tajam Alta seakan menusuknya, gadis itu langsung menghentakkan kaki dan berjalan menuju sebuah ruangan yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.

Sepeninggalannya Tania, Alta langsung berjalan ke arah wanita tua itu.

Cara wanita tua itu tersenyum, membuat Alta teringat pada Omanya--pemilik Dataliash--.

Alta tak ingin membuka luka lama. Alta tak ingin mengenang hal yang sudah ia lupakan walau berat. Dan sekarang, wajah wanita tua itu membuat pintu kenangannya kembali terketuk.

"Selamat pagi," ucap Alta seraya berjongkok dan menyalami wanita tua yang duduk di kursi roda itu.

Wanita tua itu--Sora--tersenyum tipis, membiarkan punggung tangannya dicium oleh Alta.

"Saya Altair," Alta memperkenalkan diri sambil tersenyum. "Dari Dataliash, Nenek tahu kan acara tahunan sekolah kami?"

"Tahu," Sora mengangguk penuh semangat. "Saya senang sekali dengan acara tahunan di sekolah kalian."

Alta tersenyum lagi, "Nenek sudah makan?" tanyanya manis dan penuh perhatian.

Sora mengangguk, "sudah kenyang cuma lihat senyum kamu." Wanita tua itu terkekeh, membuat kerutan di wajahnya semakin kentara.

Alta ikut terkekeh, "nenek pinter gombal juga." Katanya tanpa bisa menahan tawa.

"Waktu muda dulu, Nenek kan mantannya banyak." Ucap Sora bangga, ia begitu bersemangat sampai sesekali terbatuk.

Sirius AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang