"Yang lama memang selalu disingkirkan. Yang baru selalu diperhatikan. Tak apa. Saat ia tersesat, yang lama selalu jadi tempat tujuan. Itu jauh lebih istimewa daripada hanya menjadi obek perhatian."
🐇🐇🐇
"Jadi lo nggak bisa dateng?"
Nada suara Tania terdengar begitu kecewa. Embusan napas terdengar dari seberang telepon, menandakan bahwa orang itu pun menyesal tak bisa datang di hari ulang tahun Vega.
Vega jarang sekali merayakan ulang tahunnya. Bahkan, selama hidupnya, ini baru keduakalinya Vega mau merayakan ulang tahunnya. Ya, walaupun hanya kecil-kecilan di sebuah kafe. Tapi, hari ini tetap istimewa. Itu artinya, ada perubahan kecil pada Vega. Vega mulai mau keluar dari dunia gelapnya.
Dan biasanya juga, Sekar akan selalu membantu Tania untuk merayakan ulang tahun Vega atau sekadar memberi kejutan walaupun akhirnya mereka berdua berakhir menangis karena didorong Vega keluar dari kamar.
"Gue masih di rumah nih sama Kak Sirius. Mama lo kan udah berangkat ke kafe dari tadi, lo barengan aja sama gue sama Kak Sirius." Tania masih berusaha membujuk Sekar untuk datang.
"Gue lagi sakit, nggak bisa, Tan." Jawab Sekar terdengar sedih. Tania melirik jam di di dinding ruang tamu. Hanya 30 menit tersisa sebelum acaranya dimulai. Dan Alta juga ingin menjemput Dara dulu di rumah sakit.
"Sakit apa? kok Mama lo nggak bilang?"
"Cacar, aduh gue malu banget kalau harus keluar."
"Coba lo ke balkon, gue mau liat lo cacar beneran atau bohongan!"
Sekar mendengus sebal, "Mana ada cacar bohongan Taniaku sayang~"
"Jadi bener nih nggak bisa dateng?" tanya Tania sekali lagi, berharap Sekar berubah pikiran.
"Nggak bisa, maaf ya, tapi bilang deh sama Kak Vega ada salam dari gue gitu. Bilangin sama dia kadonya nanti nyusul."
"Oke--"
Tut....
Tania memandangi ponselnya kesal. Dia bahkan belum menyelesaikan kalimatnya, tapi Tania sudah memutus sambungan telepon secara sepihak, tanpa salam pula.
"Gimana?" tanya Alta sambil bangun dari posisi duduknya. Tania meraih tas selempang miliknya di atas sofa, lalu memasukkan ponselnya.
"Sekar nggak bisa ikut, yaudah kita berangkat aja."
"Oke," jawab Alta. Tangannya tiba-tiba menggenggam tangan Tania, berjalan bersamaan menuju mobil yang terparkir di halaman rumah.
Tangan besar Alta sangat pas dengan tangan Tania yang begitu mungil. Tania merasa hangat seketika, ia merasa begitu aman hanya karena Alta ada bersamanya.
"Masuk," ucap Alta sambil membuka pintu dengan tangan kanannya. Tania melirik tangan mereka yang masih saling menggenggam.
"Lepasin dulu!" ucapnya sambil memukul tangan Alta. Alta tertawa, lalu melepaskan tangan Tania dan kemudian menutup pintu mobil.
"Jadi jemput Dara dulu?" tanya Tania ketika mobil sudah keluar dari halaman rumahnya.
"Iya, nanti dia ngamuk kalau nggak dijemput."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius Altair
Ficção AdolescenteEs itu sudah mulai mencair, tak lagi dingin dan keras. Perlahan, Titania Shaula mampu mengubah seorang Sirius Altair menjadi seperti yang dikenal oleh orang-orang terdekatnya dulu. Dengan segala sikap kekanakan dan keras kepalanya, Tania membawa Alt...