"Ada hal yang membuatku membenci hujan; kamu, dan segala alibi yang coba kamu berikan."
🐇🐇🐇
Sepertinya cuaca sedang tidak berpihak untuk liburan Alta, Tania, Aluna dan juga Dara. Matahari yang tadinya sedang terik dan benar-benar menyengat, tergantikan oleh hadirnya kumpulan awan hitam yang langsung menjatuhkan airnya tanpa aba-aba.
Nggak masalah sih karena tubuh mereka juga sudah basah tersiram ombak. Tapi masalahnya, bagi Tania pantai terasa jauh lebih menyeramkan ketika hujan.
"Nggak mau neduh?" tanya Alta sambil menoleh ke arah Tania yang masih duduk di bibir pantai.
"Kak Alta aneh ih, orang kita semua udah terlanjur basah. Ngapain neduh segala?" tentunya bukan Tania yang mengeluarkan suara tersebut, melainkan Dara yang kini berdiri di samping Aluna.
"Dara aja tau lo aneh," sindir Tania sambil tertawa. Alta mendengus sebal, niat manisnya malah berakhir hinaan dari adiknya yang begitu menyebalkan.
"Lo nggak apa-apa kena hujan?" tanya Alta kepada Aluna.
"Tuh kan Kak Alta tambah aneh. Hujan sama pantai kan sama-sama air. Kalau Kak Aluna boleh main di pantai, kenapa nggak boleh kena hujan?"
Dan untuk kedua kalinya, Dara berhasil membungkam Alta. Tania dan Aluna tertawa puas melihat wajah kesal Alta, jarang sekali mereka menemui pemandangan seperti ini.
"Gue mau di pondok aja deh," ucap Tania lalu bangkit dari posisi duduknya.
"Udah terlanjur basah, ngapain coba ke pondok?" tanya Dara ketus.
"Suka-suka gue dong," jawab Tania tak kalah ketus. Gadis itu berjalan menuju pondok tanpa memedulikan ocehan Dara.
Sebenarnya, Tania cukup tahu diri untuk tidak terus berada di tengah-tengah Alta dan Aluna, mengingat jika hari ini adalah hari spesial Aluna. Rasanya sangat tidak pantas jika Aluna terus bermain bersama Dara, padahal ia sangat mengharapkan Alta.
Itulah alasan kenapa Tania memilih untuk duduk di pondok bahkan setelah hujan mengguyur tubuhnya sampai basah kuyub. Dan ya, alasan yang kedua karena Tania tidak terlalu menyukai hujan.
Dari pondok, Tania tersenyum sinis melihat Dara yang masih tampak nyaman berada di antara Aluna dan Alta. Memang ya, anak kecil seperti Dara belum pernah tahu rasaya dipanggil "nyamuk."
"Dara! sini!" Tania memutuskan untuk memanggil anak itu. Dara menoleh ke arahnya, dengan wajah terkekuk dan hati tak ikhlas anak itu pun melangkah menemui Tania.
"Lo duduk aja di sini," ucap Tania lalu menaikan Dara ke atas pondok.
"Ih nggak mau! Dara mau di sana sama Kak Aluna!"
"Lo mau jadi nyamuk?" pertanyaan Tania sontak membuat Dara terdiam. Menjadi nyamuk? maksudnya jika Dara tetap pergi Tania akan menyihirnya menjadi nyamuk, begitu?
"Nyamuk?"
"Gimana ya jelasinnya," Tania meletakkan jarinya di dagu, kemudian tersenyum tipis ketika Dara mulai duduk dengan nyaman. "Nyamuk itu sama kayak pengganggu, perusak suasana gitu. Aluna sama Sirius lagi berduaan di sana, terus lo ada di sana, sama aja lo kayak nyamuk. Suka ganggu orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius Altair
Teen FictionEs itu sudah mulai mencair, tak lagi dingin dan keras. Perlahan, Titania Shaula mampu mengubah seorang Sirius Altair menjadi seperti yang dikenal oleh orang-orang terdekatnya dulu. Dengan segala sikap kekanakan dan keras kepalanya, Tania membawa Alt...