"Rahasia yang terungkap dengan sendirinya bisa jadi karena Tuhan tak ingin kamu menyimpan semuanya sendirian. Ia amat baik bukan?"
🐇🐇🐇
"Tuh kan Kak, cuma diperban doang. Kayak gini mah bisa di rumah, ngabisin uang aja." Dara tak henti-hentinya mengamati sekitar, barangkali Aluna atau mamanya akan melewati mereka.
"Lo mau gue aduin Mama gara-gara ngomong kayak tadi?" tanya Alta yang kini sudah menatap Dara sepenuhnya.
"Jangan deh," Dara menunduk sedih. "Ya udah, ayok kita pulang, Kak!"
"Iya," Alta buru-buru menyampirkan lengan Tania di pundaknya, menuntun gadis itu berjalan pelan-pelan.
Karena jalan Tania yang begitu lambat, Dara semakin dibuat tidak tenang.
"Buruan dong, Kak." Dara memukul pelan tangan Alta hingga pemuda itu menoleh.
"Ya udah lo ke mobil duluan sana," kata Alta kesal.
"Yang aku suruh buru-buru itu Kak Alta sama Kak Tania!"
"Ribet banget si," cibir Tania kesal. Dara melirik Tania sinis, lalu kembali mendorong-dorong tubuh Alta hingga Tania hampir saja terjatuh.
"Lo kenapa sih?" Alta menghentikan langkahnya, lalu menghadap ke arah Dara yang kini hanya bisa menunduk.."Gue suruh duluan ke mobil lo nggak mau!"
"Kalau aku udah di mobil dan Kakak jalannya lama, percuma!" Dara balas membentak.
Alta memutar bola matanya jengah, "lo mau gue naikin ojek?"
"Sirius," Tania menyentuh lengan pemuda itu ketika mendengar perkataan Alta. Oke, itu mungkin sebuah tawaran. Tapi pasti Dara akan sakit hati mendengarnya.
"Kakak mau aku naik ojek? mama aja nggak ngebolehin aku! tuh kan Kakak semenjak pacaran sama Kak Tania jadi suka marah-marah!" teriak Dara dengan mata berair. Anak itu berlari menjauhi Alta, namun sialnya, ia malah menabrak seseorang.
Dara mungkin tak akan terkejut jika yang ditabraknya seorang perawat ataupun dokter, tapi saat ia mendongak untuk menatap seseorang yang ia tabrak, saat itulah matanya bertatapan dengan mata sayu Aluna.
Aluna langsung memegang pundak Dara seakan melindungi anak itu, matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata Alta.
Tidak, tidak mungkin.
Alta perlahan menurunkan tangan Tania dari pundaknya, matanya fokus menatap Aluna yang menggunakan baju pasien, sandal jepit, juga penutup kepala. Ditambah, wajah gadis itu yang semakin pucat, tubuhnya yang semakin kurus padahal belum ada tiga hari Aluna meninggalkan rumah.
Tangis Dara pecah, membuat Aluna yang tadinya hendak berlari langsung membatalkan niatnya dan membawa Dara ke dalam pelukan.
Alta berjalan mendekat dengan ragu, meninggalkan Tania yang berdiri seperti orang bodoh.
"Aluna?" Alta tahu itu Aluna, hanya saja, hatinya tak ingin mengakui jika gadis kurus dan pucat di hadapannya sekarang adalah Aluna yang sejak kecil selalu baik-baik saja.
"Dara duduk di sana dulu ya," Ucap Aluna sambil mengusap puncak kepala Dara. Dara kemudian berjalan ke arah bangku panjang yang Aluna tunjuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius Altair
Fiksi RemajaEs itu sudah mulai mencair, tak lagi dingin dan keras. Perlahan, Titania Shaula mampu mengubah seorang Sirius Altair menjadi seperti yang dikenal oleh orang-orang terdekatnya dulu. Dengan segala sikap kekanakan dan keras kepalanya, Tania membawa Alt...