"Biarkan fakta bersembunyi terlebih dahulu, percayalah, jika waktunya sudah tiba, kamu pun akan tahu dengan sendirinya."
🐇🐇🐇
"Woy, Kutub! bengong mulu lo!"
Alta terkejut ketika pundaknya ditepuk cukup kuat oleh Rido. Pemuda itu tengah duduk di taman sekolah, berniat mengasingkan diri dan berdiskusi dengan otaknya tentang jatuhnya Aluna semalam. Tapi sialnya, kedua temannya yang super berisik itu malah datang ke taman.
"Biarin aja si, Dor. Dia kesurupan kita nggak usah bantuin." Cetus Tama yang kini sudah duduk di samping Alta.
"Tadi gue liat Tania di kantin sama temennya, tumben nggak lo samperin? misi salad sayur setiap jam 9 udah nggak dilakuin lagi nih?" tanya Rido setengah menyidir.
"Udah, dianya nggak mau. Kayaknya lagi marah, nggak tahu kenapa." Alta mengendikkan bahunya.
Rido sontak menyentil kening Alta kala mendengar jawaban yang dilontarkan pemuda itu.
"Lo tuh norak memang ya, dasar Kutub tidak berperikutuban! kalau cewek marah tuh ditanya kenapa, salah lo apa, terus lo minta maaf kalau lo yang salah. Bukannya bengong di taman, Sirius Altair yang gantengnya blaem-blaem!"
Alta hanya bisa mengernyit mendengar cerocosan Rido, berbanding terbalik dengan Tama yang sudah ngakak di sampingnya.
"Wajarin aja sih, Dor. Baru kedua kalinya, pas sama Aluna kan masih cinta monyet." Bela Tama sambil berusaha menghentikan tawanya.
Saat nama Aluna disebut oleh Tama, pikiran Alta langsung kembali pada kejadian semalam, saat Aluna pingsan secara tiba-tiba. Inilah yang Alta pikirkan, bukan yang lain, bukan pula soal Tania yang mendadak mogok bicara dengannya.
"Lah bengong lagi? lo denger kan gue nyerocos apa tadi?" Rido kembali menepuk pundak Alta, kali ini lebih kuat hingga membuat Alta sedikit terkejut.
"Denger," Alta mengangguk.
"Lo mikirin apa sih?" tanya Tama yang sudah benar-benar berhasil mengendalikan tawanya. "Mikiran Tania? ya betul kata si Dora tadi, lo tanya kesalahan lo apa. Biar nggak bengong terus kayak gini, gue jadi ngeri sendiri."
"Gue mikiran Aluna,"
Pltak.
Dua jitakan sekaligus yang Alta dapat ketika ia mengakhiri kalimatnya. Bukannya merasa bersalah karena sudah menjitak Alta, Tama dan Rido malah menatap pemuda itu berapi-api.
"Niatnya gue pengin bantuin lo biar nggak diceramahin si Dora, tapi jawaban lo barusan buat gue sadar nggak ada gunanya bantuin Kutub kayak lo. Kagak jadi dah, udah hilang niat baik gue!" ucap Tama dramatis. Pemuda itu menggeser duduknya pindah ke samping Rido.
"Pacar ngambek, yang dipikiran malah mantan. Kan minta dibogem beneran!" ucap Rido berapi-api.
Alta mendesis, mengusap wajahnya frustasi. Niatnya ingin curhat, malah berakhir mendapat ceramah yang tidak bermanfaat. Salah sih kalau Alta mutusin buat curhat sama Rido dan Tama.
"Beneran, gue mikiran Aluna." Alta berusaha menjelaskan. Rido dan Tama memutuskan untuk diam, mendengarkan penjelasan Alta selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius Altair
Teen FictionEs itu sudah mulai mencair, tak lagi dingin dan keras. Perlahan, Titania Shaula mampu mengubah seorang Sirius Altair menjadi seperti yang dikenal oleh orang-orang terdekatnya dulu. Dengan segala sikap kekanakan dan keras kepalanya, Tania membawa Alt...