21. Marah

1.6K 107 4
                                    

"Ada masa di mana seseorang menangis bukan karena ingin mencari perhatian, melainkan karena ia tak lagi bisa berpura-pura kuat."

🐇🐇🐇

Jam dinding di ruang tamu sudah menujukkan pukul 7:15. Tania tak bisa tenang karena hari ini ia piket, dan jam pertama di kelasnya adalah Bu Rina--guru yang sangat galak.

Gadis itu mondar-mandir di halaman rumah, menunggu Alta yang katanya akan menjemputnya pagi-pagi sekali. Pukul 7 tepat tadi, Sekar dan Vega sudah berangkat dengan motor masing-masing. Keduanya bahkan sempat menawari Tania untuk ikut, tapi Tania menolak karena memikirkan perasaan Alta.

Pukul 7:30 nanti, gerbang sekolah akan ditutup. Tania sih tidak masalah kalau jam pertama hari ini bukan diisi oleh Bu Rina, tidak masalah juga jika hari ini bukanlah jawdal piketnya.

"Arghh!" Tania berteriak kesal, gadis itu duduk di teras rumah sambil sesekali menoleh ke arah jam dinding di ruang tamunya.

Mama Sekar yang baru keluar dari rumahnya untuk menyiram bunga langsung mengernyitkan kening kala melihat Tania belum berangkat ke sekolah.

"Tania? belum berangkat?"

Tania menoleh ke arah kanan--tepat di mana rumah Sekar berada--. Gadis itu menggeleng pelan, lalu menjawab. "Lagi nunggu jemputan, Tante."

"Jemputan siapa? Papa? semalem kan Vega nginep di sini, kok nggak berangkat bareng aja ke sekolahnya?" mama Sekar mengernyit heran.

"Jemputan pacarnya Tania dong, Tante." Jawab Tania sambil terkekeh. Mama Sekar membulatkan matanya, memasang eskpresi kaget.

"Oh ya? Tania udah punya pacar? udah nggak takut lagi?"

"Nggak dong, Tante." Tania menggelengkan kepala sambil tersenyum bangga.

Mama Sekar tersenyum tipis, lalu mulai menyirami tanamannya yang berada dekat dengan pagar pembatas rumahnya dan rumah Shaula.

"Mau Tante pesenin ojek aja? udah setengah delapan loh ini."

Mata Tania membulat. Gadis itu menoleh ke arah jam di ruang tamunya, terkejut bukan main kala melihat waktu yang tertera di sana.

Tidak. Tania sudah terlambat.

Tania menyalakan ponselnya. Puluhan pesannya tidak dibalas oleh Alta, Tania menghela napas.

"Gimana? mau Tante pesenin?" mama Sekar bertanya lagi.

Tania menggeleng pelan, "aku tunggu aja, Tante."

"Telat nggak apa-apa? tadi aja Sekar buru-buru banget. Katanya guru di jam pertama tuh galak."

"Memang galak, Tante. Tapi nggak apa-apa, Tania tunggu aja." Jawab Tania sembari tersenyum.

Mama Sekar mengangguk, lalu kembali fokus pada kegiatannya. Tania memandangi jalanan komplek dan ponselnya secara bergantian.

7:40.

Kenapa waktu berjalan cepat sekali?

Suara motor yang berhasil masuk ke indera pendengarannya membuat Tania langsung mendongakan kepala. Tak lama kemudian, motor besar Alta sudah terparkir di halaman rumahnya.

Sirius AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang