CHAPTER 2

2.9K 266 4
                                    

Dengan tergesa-gesa, Jimin pulang dan membawa ibunya yang sakit pergi dari rumah kenangan keluarganya. Tidak ada waktu lagi bagi seorang Jimin untuk menceritakan semuanya kepada Nam Joo sang ibu. Jimin tidak ingin sang ibu terlalu banyak berpikir keras yang akan membuat kesehatan sang ibu memburuk.
“ibu, ayo kita harus pergi dari sini. Disini tidak aman bagi kita” jimin berkata sambil membantu sang ibu berdiri. Tetapi sang ibu menahan gerakan Jimin, sontak Jimin menghentikan pergerakannya.
“ada apa Jimin, kenapa kita harus pergi dari sini. Jika kita pergi dari sini lalu kemana kita harus pergi ?”
“ibu tidak usah khawatir, kita akan tetap hidup bersama tetapi tidak disini. Kita akan mencari tabib terhebat yang akan mengobati ibu dan kita akan hidup bahagia”
“apa putraku ini sedang bercanda, ada apa gerangan yang membuat putra kesayangan ibu ini menjadi sangat panik?”
“jangan lupa jika ibu adalah saksi kehidupanmu Jimin, katakan pada ibu segera”
“mianhae ibu” jawab Jimin tergugu. Bingung harus berbuat bagaimana agar ibu tersayangnya tidak berpikir berat yang akan tenggaggu kesehatannya.
“kenapa Jimin?”
“ayah dan hyung sekarang sedang mengadap biro kepolisian yang memanngilnya”
“apa!”
“ayah dan hyung berpesan jika dia akan meyusul kita dengan hyung”
“ada kesalahan apa sehingga ayahmu menghadap mereka, dan kenapa Jihyun juga ikut?”
Berbondong pertanyaan yang disampaikan Nam Joo pada Jimin. Tapi jimin tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanaya menjalankan apa yang diperintahkan Hae Jin agar tidak menceritakan apapun tentang persoalan ini.
“ibu, kita harus pergi sekarang agar mereka tidak menangkap kita. Ini perintah ayah ibu. Kumohon ibu, ayo kita pergi dari sini. Jangan sia-siakan pengorbanan ayah dan hyung demi kita”
Tanpa disadari tetesan air mata Jimin jatuh melewati pipi putihnya dan Nam Joo menyadari hal tersebut. Melihat sang putra kesayangannya menangis seperti ini membuat hati Nam Joo sakit seperti tertusuk ribuan jarum. Dan Nam Joo benci dengan hal itu.
“sssttttt uljima Chagiya. Baik ayo kita pergi dari ini dan memulai kehidupan baru” ucapnya seraya menghapus air mata Jimin
Senyu Jimin akhirnya merekah. Akhirnya sang ibu mau dibujuk untuk segera pergi ikut bersamanya.


Kaki kecilnya berjalan tak tentu arah. Melewati hutan, tebing, jurang-jurang. Dan beruntung pada akhirnya Jimin menemukan sebuah rumah kosong tak berpenghuni dimana rumah tersebut terletak tak jauh dari pemukiman warga. Sebuah keajaiban dari langit bagi seorang Jimin untuk bisa tidur malam ini meskipun hanya ditemani sang ibu.
Tidak terlalu besar ruangannya, hanya terdapat satu skat tempat tidur yang masih layak dihuni. Jimin beranggapan bahwa rumah ini baru saja ditinggal sang pemilik tanpa membawa barang-barang. Dan itu yang membuat lelaki cantik tersebut bersyukur.

Skip

Keesokan paginya, disaat semua orang masih bergelung selimut hangat, Jimin sudah bangun terlebih dahulu dan memulai membersihkan rumah tersebut. Dimulai dari halaman, ruang mandi, dikamar dan lain sebagainya.

Tak lama kemudian tiba-tiba terdengar suara perut Jimin. Jimin baru ingat jika hari ini ia dan sang ibu belum makan dari kemarin. Dengan inisiatif ia pergi untuk mencari bahan makanan di dalam hutan dan tanaman obat-obatan untuk sang ibu.
Disaat tengah mencari bahan makanan, Jimin tidak sengaja melihat gerombolan prajurit-prajurit yang lewat tidak jauh dari ia mencari.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, akhirnya lelaki cantik tersebut mengikuti kemana arah semua prajurit tersebut. Dan ternyata mereka berhenti ditengan lapangan. Salah satu prajurit tersebut ternyata membawa 2 orang tahanan. Dan disambut dengan mata terbelalak Jimin serta mencoba menahan isak tangis yang lolos.

“dengan ini kami prajurit akan mengeksekusi 2 orang penjahat istana, dimana sesuai dengan perintah raja saat ini”
“tidak… tidak mungkin” jimin berusaha mengelak bahwa 2 orang tersebut bukanlah ayah dan hyungnya. Tetapi saat iris matanya bertemu dengan mata sang ayah, dunia Jimin seakan runtuh pada pundaknya. Jimin berusaha membendung isak tangis dalamnya dengan membekap mulutnya agar tidak diketahui orang sekitarnya.

“ayah”
“hyung”

“Jimin putraku sayang, jangan berduka atas kepergian ayah. Maafkan ayah yang belum bisa menbahagiakan kalian. Uljimaa…. Jangan menangis sayang, semua akan baik-baik saja. Ayah selalu berdoa agar kau dan ibumu baik-baik saja. Mianhae…..ayah tidak bisa meenepati janji ayah waktu itu” ungkapan hati seorang Park Hae Jin pada Jimin melalui tatapan sendu.

“dengan sesuai dengan perintah raja, tersangka Park Hae Jin dan Park Ji Hyun telah terbukti bersalah mencuri barang-barang kerajaan. Demi menegakkan hukum dikerajaan Joseon, maka akan dilakukan eksekusi kedua tersangka pada hari ini” ungkap komandan prajurinya….

“ayah”
“hyung”




tbc

Divorced ConcubineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang