CHAPTER 21

1.5K 197 12
                                    

Setiap pagi, siang , dan malam. Sosok cantik itu tetap tertidur. Tanpa menghiraukan bisikan-bisikan lembut yang diucapkan Jungkook. Kelopak matanya seperti enggan terbuka. Entah mungkin lebih baik seperti ini, daripada mengetahui kebenaran yang akan dihadapinya. Kebenaran tentang ia yang akan diasingkan, berpisah dengan sang putra yang masih belum ia ketahui bagaimana rupanya.

Srettt

Langkah kaki tegas seorang lelaki tinggi dengan jubah kebesarannya berlambang naga emas di dada bidangnya mencoba mendekat menuju si cantik yang terlelap.

“aku mengunjungimu lagi sayang” dengan tatapan yang menyendu dengan tangan yang terulur menggegam lembut tangan mungil Jimin.

“sampai kapan kau akan tertidur hmmm? Aku menamai putra kita Soobin. Nama itu diberi oleh cenayang terpecaya kerajaan. Karena nama itu memiliki arti seorang yang tangguh yang dilahirkan dari kasih sayang seorang yang istimewa ”

“nama itu benar-benar menggambarkan dirimu bukan. Seandainya kau tahu Jimin, putra kita sangat tampan. Maaf karena wajahnya lebih mirip denganku. Tapi, matanya sangat mirip denganmu”

“beberapa hari ini putra kita sangat rewel, mungkin dia menginginkan pelukan dari ibu kandungnya. Dayang Im, Sooyoung, bahkan aku sendiri tidak bisa menenangkannya. Jadi, bangunlah. Peluk dia dengan kata-kata penenangmu”

Jungkook tidak sanggup menahan kerinduannya. Mungkin ini adalah hukuman dari Langit telah menelantarkan Jimin, mulai saat mengandung Soobin dulu. Ia benar-benar menyesal saat mengingat perlakuannya pada Jimin. Mata hatinya tertutup sudah saat menampar Jimin hingga terhuyung jatuh, melupakan bayinya yang masih dalam kandungan Jimin. Hingga ia juga menutup mata hatinya saat Jimin dihukum cambuk di punggung maupun kakinya. Dan saat itu adalah penyebab Jimin belum sadar sampai saat ini. Yang hanya bisa Jungkook lakukan saat ini ialah hanya berdoa agar Jimin cepat tersadar.

--

Hari demi hari Namjoon habiskan dikediaman Kim tanpa melakukan apa-apa. Yang ia pikirkan saaat ini ialah bagaimana cara ia bisa keluar dari sini. Lalu ide sepintas muncul dipikirannya, ia menuju lemari yang jaraknya tak jauh dari pandangannya lalu mulai mengeluarkan beberapa lembar pakaian dan mengepakkan.

“aku harus keluar dari sini secepatnya” monolognya.

“anda akan pergi kemana ?” suara terdengar lembut berasal dari belakangnya yang tak lain adalah Seokjin.

“kemanapun asal aku bisa keluar dari sini”

“jika anda keluar dari sini, biarkan aku ikut” ucap Seokjin telak. Yang membuat Namjoon berbalik menghadap Seokjin.

“saya akan membantu anda meyakinkan abeoji dan juga eomma”

“S-Seokjin”

“tidak apa-apa. Kemanapun suamiku akan pergi. Bukankah kewajibanku juga akan mengikuti kemanapun suamiku akan pergi”

--

“abeoji, eomma… mohon ijinkan saya untuk hidup berdua dengan suami saya. Kami tidak mau merepotkaan abeoji dan juga eomma” Seokjin berlutut menghadap kedua orang tuanya.

“tapi sayang. Disana banyak orang yang bisa saja berbuat buruk padamu. Eomma tidak ingin sesuatu terjadi dengan satu-satunya putra eomma” khawatir nyonya Kim sambil menangis memegang pipi halus Seokjin.

“jangan khawatir Eomma, sudah sepatutnya saya sebagai suami akan melindunginya dengan segenap hidup saya” Namjoon mencoba menengahi interaksi ibu dan anak dihadapannya.

“t-tapi”

“sudahlah yeobo. Biarkan mereka memilih kehidupan mereka sendiri. mereka sudah menikah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Saya percayakan putraku padamu Pangeran Namjoon ” setelah mencoba meredam tangisan nyonya Kim, tuan Kim mulai menatap menantunya.

Divorced ConcubineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang