CHAPTER 14

1.6K 178 1
                                    

Embun pagi menyelimuti kerajaan Joseon. Sinar sang mentari juga masih enggan untuk memperlihatkan sinarnya.

Tak terkecuali istana Changdeokgung yang menjadi tempat peristirahatan sekaligus tempat tinggal satu-satunya selir lelaki raja.

Meskipun istananya terletak di sebelah utara dan jaraknya lumayan jauh dari istana Gyeongbokgung yang menjadi lokasi peristirahatan raja, namun tidak menyulitkan raja JungKook untuk mendatanginya. Bahkan setiap malam raja Joseon tersebut selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi selir tercintanya.

“bagaimana kabarmu selir Park”

“hamba selalu baik-baik saja Yang Mulia, anda bisa melihatnya sendiri” senyum cerah tak pernah lepas dari bibirnya.

“haaahhhhh….ternyata sulit untuk berada jauh darimu Jimin”

“saya mengerti perasaan anda Yang Mulia” semu merah menjalar dipipi chubi Jimin.

“kalau begitu……” sepintas smirk tertarik diujung bibir JungKook. Ia sangat suka menggoda selir terkasihnya saat ini.

“a-apa yang anda lakukan Yang Mulia” Jimin tidak sempat menolak saat tiba-tiba JungKook merebahkan kepalanya pada pangkuan Jimin.

“rasanya sama”

“maksud anda Yang Mulia?”

“rasanya sama saat aku bersama mendiang ibu ku”

“bukankah anda bisa memintanya pada ibu suri Ji Hye?”

“tidak. rasanya berbeda karena……”

“karena?”

“karena beliau bukan ibu kandungku. Ibu adalah seorang ratu terdahulu sudah meninggal saat aku masih berusia 5 tahun. Dan ibu suri Ji Hye adalah selir dari ayahku. Namun begitu, begitu beliau sangat menyayangiku layaknya putranya. Begitu juga sebaliknya ”

“j-jadi pangeran NamJoon adalah…”

“dia adalah putra kandung ibu suri Ji Hye. Aku dan pangeran Namjoon adalah saudara beda ibu”

“apapun yang terjadi, anda adalah prioritas hamba saat ini Yang Mulia” tangannya setia mengelus kepala sang raja.

“hahaha aku tidak salah menjadikanmu sebagai pendampingku Jimin”

“terima kasih telah menerimaku sayang”

“suatu kehormatan bagi saya Yang Mulia untuk menerima pinangan anda” tiba-tiba JungKook lantas langsung menegakkan tubuhnya menghadap selirnya.

“ohh ya… apakah itu masih sakit?”

“Yang Muliaaaaa” namun pasti tangan kecilnya menutupi pipinya yang semula merah bertambah merah akibat godaan demi godaan yang dilontarkan suaminya.



--


“eomoniee”

“ne pangeran”

“ada yang ingin aku bicarakan pada eomonie tentang seseorang yang membuatku berbeda dengan biasanya kemarin”

“apa itu pangeran?” kerutan tercetak jelas di dahi Ji Hye.

“pasti eomoni akan marah jika mengetahui ini”

“eomonie tidak akan marah pada putra kesayangan eomonie”

“jinja?”

“ne pangeran, eomonie berjanji”

“tapi mohon eomonie tidak beri tahu pada siapa-siapa”

Divorced ConcubineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang