CHAPTER 3

2.4K 251 1
                                    

“tidak mungkin” ucap jimin dalam hati
“tidak mungkin ayah melakukan hal seperti itu, tetapi kenapa ayah dituduh seperti itu. Apa salah keluarga kita?”

Dan saat berkutat dalam pikirannya. Tanpa disadari algojo yang bertugas mengeksekusi ayah dan kakaknya telah bersiap memanahkan panahnya. Sontak pandangan Jimin langsung tertuju pada dua orang yang disayanginya.
“aniya”

Jleb

Jleb

Akhhhh…..

“Jimin a, ayah menyayangimu. Berbahagialah dengan pasanganmu kelak. Ayah berdoa untukmu selalu” tatapan mata Hae Jin tetap memandang iris kelam sang putra digerombolan rakyat yang melihatnya. Dan tak lama kemudian kedua mata renta tersebut tertutup selamanya.

“ternyata adik kecilku berada di sini rupanya” berbeda dengan sang ayah, Ji Hyun terlihat lebih kuat.
“hyung bahagia bisa mempunyai adik sepertimu, terima kasih sudah berkorban banyak demi hyungmu ini” disela tangisan, Ji Hyun selalu berharap bisa melihat kebahagiaan sang adik. Mencoba mengingat betapa bahagianya Jimin yang sedang belajar menulis yang ia ajari sepulang dari Sungkyunkwan.
“selamat tinggal adikku tersayang, hyung menyayangimu” tak lama iris serupa Jimin tersebut menyusul sang ayah berpulang.

Hikss…
Hikss…
Hikss…
Tangisan Jimin tidak bisa terbendung lagi. Bagaimana tidak, ayah dan hyungnya di eksekusi tepat dihadapannya. Jiwa lelaki 16 tahun tersebut hilang entah kemana.
Sampai penduduk lain sudah meninggalkan tempat, tidak bagi Jimin. Ia tetap bersimpuh. Berharap sang ayah dan hyung datang menjemputnya dan berkata bahwa ini semua adalah sebuah jebakan permainan.

Tapi tidak….

Jimin menyaksikan sendiri bagaimana algojo tersebut melesakkan panahnya tepat pada jantung ayah dan hyungnya. Bau anyir darah masih tercium pada indra penciumannya, dan itu merupakan pukulan telak bagi hidupnya.

Bagaimana ia hidup dengan sang ibu kedepannya?

Ia sadar, ia tidak boleh bersedih terus seperti ini. Ia tidak ingin pengorbanan ayah dan hyungnya tersia-sia. Dengan cepat menghapus air matanya, dan bertekad untuk melanjutkan kehidupannya bersama sang ibu, itu prinsipnya.

“benar, aku tidak seharusnya seperti ini terus menerus. Aku harus bahagia bersama ibu” ucapnya final dan berbalik meninggalkan lapangan eksekusi tersebut.

Baru beberapa langkah, Jimin berhenti dan berbalik memandang 2 tiang dimana ayah dan hyungnya berada tadi. Sekilas ia bisa melihat sosok ayah dan hyungnya tersenyum dan melambaikan tangan padanya.

“ayah, hyung. Aku berjanji akan berusaha mencari kebahagiaan bersama ibu. Terima kasih atas pengorbanan kalian. Aku menyayangi kalian” kemudian berbalik dan melanjutkan perjalanan menuju rumahnya. Sang ibu pasti sudah menunggunya.


1 tahun kemudian

Tidak terasa waktu cepat bergulir dengan cepat. Dan semakin hari kesehatan sang ibu masih tetap. Pernah suatu ketika Jimin harus melihat bagaimana sang ibu menangis histeris mendengar pengakuan bahwa suami dan putra sulungnya meninggal dieksekusi. Sejak saat itu sinar kehidupan sang ibu mulai meredup.

“ibu, bagaimana keadaan ibu sekarang. Apakah sudah lebih baik?” Tanya Jimin.
“ibu sudah baik-baik saja seperti yang Jimin lihat. Ini berkat ramuan putra ibu” jawab sang ibu dengan senyum cantiknya.
“kalau begitu, boleh Jimin tinggal sebentar mencari bahan makanan dan tanaman obat untuk ibu”
“iya sayang. Terima kasih”
“ehmmm, kalau begitu Jimin berangkat dulu ibu. Jaga diri ibu baik-baik” katanya sambil mengecup dahi sang ibu.

Di hutan

Pandangannya terus menyusuri tanaman obat yang berjejer. Iris matanya berbinar bagai menemukan emas. Membayangkan bagaimana sang ibu bisa kebali sehat seperti sedia kala.

“aku harus cepat-cepat mengambil ini untuk ibu” monolognya.

Disaat perjalanan pulang, mata Jimin tertuju pada sebuah pohon yang bunganya sedang bermekaran indah. Ia mengagumi bunga tersebut. Jimin ingat dulu sang hyung pernah membawa bunga tersebut untuknya.

Flashback

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback

“hyung, ini bunga apa. Indah sekali. Untukku ya”
“ne, ini adalah bunga Mugunghwa. Hyung memetkinya dari Sungkyunkwan . khusus untuk adik kecilku tersayang” jawabnya sambil mencubit pipi Jimin, dan sang empunya mengaduh kesakitan diselingi tawa.
“gomawo hyung”
“dan jangan lupa jika jika bunga ini merupakan lambang ketangguhan. Ingat itu Jimin”
“ehmmm baik hyung. Akan selalu Jimin ingat”

End of flashback

Tersenyum
Sambil membawa Mugunghwa ditangannya.

Itulah gambaran Jimin saat ini. Ingat dimasa kedamaian ia dan keluarganya.

Tanpa disadari sesosok pria lain sedang menatapnya tanpa berkedip.

Cantik….



tbc

Divorced ConcubineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang