Setelah berjalan cukup jauh akhirnya ia menemukan sebuah rumah kecil pinggir desa. Rumah kecil yang sederhana yang terdapat beberapa ruang saja. Tapi bagi Namjoon itu cukup untuk ditempat tinggalinya dengan Seokjin.
Hari-harinya ia habiskan disini bersama Seokjin seorang. Uang yang ia punya bahkan hampir habis untuk kebutuhan sehari-hari.
“bagaimana bisa aku hidup kekurangan seperti ini. Ini bukan kehidupanku” arah pandangnya melihat seisi ruangan. Memang benar, ia melihat barang-barang disini yang sebagian besar ia beli bekas di pasar. Berbanding terbalik dengan kehidupnnya di istana yang serba berada.
Tanpa diketahui Namjoon sendiri, dibalik pintu terdapat Seokjin yang mendengar itu semua. Seokjin tahu diri bahwa ini semua karena dirinya. Menutup isak tangis dalamnya agar tak terdengar Namjoon.
“miahnae Namjoon, aku akan berusaha agar kehidupanmu lebih baik dari ini”
“aku harus mencari pekerjaan disini. Aku tidak boleh mengecewakan Namjoon” ia hapus air mata yang tersisa di manik indahnya. Lalu berjalan menuju sang suami duduk.
“N-Namjoon-a”
“….” Dan Namjoon tidak menyahutinya. Tapi ia yakin jika Namjoon mendengarkannya.
“a-aku. Izinkan aku berkerja. Untuk kebutuhan kita juga. Aku tidak bisa diam dirumah se- ”
“pergilah” pelan, datar dan terkesan cuek. Itulah satu kata yang terucap.
Dan benar sekarang Namjon berubah semenjak hari pernikahannya. Tetapi Seokjin berpikir sebaliknya. Justru kata itu berarti untuknya. Dengan kata itu secara tidak langsung suaminya mengizinkannya bekerja. Senyum manis dan lebar tanda permintaannya dikabulkan.“terima kasih Namjoon. Aku tidak akan mengecewakanmu. Terima kasih” dan Seokjin bergegas pergi mencari pekerjaan. Meninggalkan suasana hening menyelimutinya.
--
“Yang Mulia, mohon pertibangannya agar saya dapat mengambil alih putra mahkota secepatnya. Hamba takut jika putra mahkota terlalu lama diasuh selir Park, maka putra mahkota akan- ”
“putra mahkota akan baik-baik saja jika diasuh sementara waktu oleh ibunya sebelum ibunya diasingkan” sesungguhya Jungkook berat mengatakan hal ini. Namun hukuman pada Jimin tetap harus dilakukan mengingat tindakan kejamnya.
“lalu samapai kapan saya harus rela membiarkan putra mahkota terus berada disisi Jimin Yang Mulia?” Sooyoung meluapkan rasa amarahnya.
“seharusnya kau mengerti ratuku. Jimin adalah ibu kandung putra mahkota. JIMIN YANG MELAHIRKANNYA HINGGA HAMPIR MATI!!!” deru nafas Jungkook memburu.
“LALU BAGAIMANA DENGAN PERASAANKU MENGETAHUI BAYIKU YANG MENINGGAL hikss. Anda selalu melihat Jimin dan Jimin terus. Tidakkah anda melihatku hikss. Anda tidak pernah merasakan bagaimana rasanya kehilangan seorang anak yang sangat diinginkan hikss”
“ssttt jangan bersedih lagi ratuku. Aku akan selalu ada disampingmu dan putra kita” nada bicara Jungkook melunak. Ia iba terhadap ratunya yang menangis tersedu-sedu seperti ini. Perlahan dan pasti Jungkook mendekat kearah Sooyoung dan memeluk tubuh kecil Sooyoung.
“apa anda sungguh menepati janji anda Yang Mulia ?”
“hmm aku berjanji. Lantas apa yang ingin kau lakukan selanjutnya ratuku?”
“aku ingin menjadi satu-satunya ibu putra mahkota, dan saya ingin Jimin segera diasingkan. Sudah cukup dia bebas dengan putra mahkota”
“kapan kau ingin Jimin diberangkatkan menuju pengasingan?”
“besok Yang Mulia! Saya ingin Jimin besok diberangkatkan” ucapan Sooyoung cepat tanpa disadari Jungkook sendiri terdapat lengkungan disudut bibir sang ratu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Divorced Concubine
أدب تاريخيPerjalanan cinta selir lelaki raja kala itu. "mari ikut ke istana bersama denganku" -- "aku menunggu jawaban penolakan darimu" "jika Yang Mulia memberikan titah pada hamba, apa hamba sanggup menolak?" -- "hamba hanya seorang rakyat biasa dan akan k...