Hari ini berganti hari, minggu terus beganti minggu. Suasana masih tetap sunyi tanpa ada percakapan, itulah yang dialami raja Muda Joseon saat ini. Dihadapannya saat ini ialah sosok wanita cantik sang ratu.
“jadi apa yang membuat anda gelisah Jeonha ”
“tidak”
“tapi sikap anda memperlihatkan sebaliknya Jeonha” Sooyoung tidak mudah percaya begitu saja.
“ratuku,…”
“hamba disini Jeonha”
“apa kau mendengar omongan orang lain tentang putra mahkota”
Deg
Ini benar-benar pukulan terberat bagi ratu Joseon saat ini.
“i-itu”
“hamba rasa, Jeonha tidak perlu memikirkannya. Lagipula Jeonha masih terlalu muda untuk mendapatkan putra mahkota”
“para menteri mendesak mengadakan sayembara untuk mencari selir” dan tamparan keras dihati Sooyoung, ini adalah suatu hal yang ditakutkannya. Takut jika Jungkooknya berpaling darinya.
“lantas, apa anda sudah mendapatkan kandidatnya Jeonha” sungguh sesungguhnya Sooyoung tidak ingin mengungkit hal ini. Disamping ia juga ingin memberi putra mahkota dari rahimnya. Tetapi Langit masih enggan memberikannya.
“aku tidak yakin” jawab JungKook lesu.
“anda juga harus mempertimbangkan usulan para menteri Jeonha” hatinya sunggh teriris ketika bibir tipisnya berucap hal yang seharusnya ia hindari.
“aku tidak mau menyakitimu ratuku”
“nan gwencana Jeonha” satu kata keluar pertanda kelegaan teramat kentara.
--
Terik matahari tepat diatas kepalanya. Namun tidak menyurutkan niatnya untuk membantu bibi Hong mencari bahan-bahan yang akan ia jual di pasar.
“hoi Jimin, jika kau sudah merasa lelah, istirahatlah di bawah pohon itu”
“saya tidak apa-apa bibi Hong”
“begitu kah”
“anda bisa mempercayai saya bibi”
“baiklah, jika kau merasa lelah. Istirahatlah dulu. Lihatlah tubuhmu sekarang”
“memang ada apa dengan tubuhku bibi? Aku sungguh baik-baik saya”
“tidak. Kau hari ini lebih kurus dari yang terakhir ku lihat beberapa minggu lalu. Makanlah yang banyak. Aku yakin ibumu pasti akan sedih melihat putranya saat ini.”
“emm baik bibi. Terima kasih atas nasehat anda”
--
Hari beranjak sore dan Jimin harus segera pulang setelah membantu menjual sayuran bibi Hong. Ia bersyukur hari ini ia mendapat uang lebih dari ia membantu bibi Hong membereskan kedainya. Namun, saat pertengahan jalan ia tiba-tiba dihadang tiga orang lelaki tambun yang kira-kira berumur 35 tahun.
“hai manis, lama tidak bertemu” Jimin dibuat takut dengan godaan salah satu lelaki tersebut. Instingnya mengatakan hal ini tidak baik.
“maaf, saya tidak kenal siapa anda. Permisi saya harus segera pulang” saat hendak melewati tiga lelaki tersebut, tiba-tiba tangannya di cekal dan mulutnya dibekap salah satu lelaki itu. Jimin berusaha berontak, namun tenaganya tidak sebanding dengan tiga laki-laki tersebut.
Dan disinilah dia, ditengah hutan tak ada seorangpun yang lewat. Ia sungguh takut hari ini.
“tolong lepaskan aku”
“melepasmu, hahahaha. Tidak semudah itu sayang” lelaki tersebut duduk menghadap Jimin langsung. Tangannya mencoba menyentuh permukaan halus itu. Ia tidak menyangka jika putra bungsu Park Hae Jin sungguh cantik.
“lepaskan aku, kau siapa. Apa aku punya masalah denganmu”
“kau seharusnya ikut mati bersama dengan ayah dan kakak sialanmu itu”
Deg
“apa kau bilang”
“ya, aku adalah orang yang memasukkan ayahmu ke penjara. Dan aku adalah orang yang membayar algojo itu untuk membunuhnya”
“a-apa kau bilang” air mata mulai menumpuk dimata itu. Tatapan ketakutan itu berubah menjadi tatapan tajam menusuk.
“iya aku. Aku lah dalang itu semua. Bagaimana? aku hebatkan”
Bugh
Lelaki tambun itu tersungkur sambil memegangi pipinya.
“KAU KEPARAT. KAU GILA. Hiksss. KENAPA KAU LAKUKAN ITU. Hiksss. KAU TIDAK TAU BAGAIMANA KEHIDUPANKU SETELAH ITU. Hiksss. KAU BAJINGAN”
entah dari mana kekuatannya, Jimin berhasil melepaskan diri dari cekalan dua pria tersebut. Tatapan nyalangnya tetap teruju pada lelaki tambun dihadapannya.
“AKU AKAN MEMBUNUHMU SEKARANG Hiksss, AKU AKAN MEMBUNUH SIAPAPUN YANG MENGGANGGU KELUARGAKU Hiksss KAU PANTAS MATI Hiksss”
Jimin memukul dengan kalap pada pria dihadapannya. Berusaha melawan sekuat tenaganya.
“KAU BAJINGAN GILA Hiksss KAU YANG SEHARUSNYA MATI Hiksss, HWAAAAAAA”
PLAK
Tamparan keras telak membuat Jimin tersungkur ditanah. Darah mengalir dari sudut bibirnya.
“kau kira kau siapa haaa! HEI KALIAN BERDUA KENAPA DIAM. CEPAT PEGANG DIA”
“b-baik”
“hikssss hiksss hikssss ayah, hyung, eomaaa” kepalanya terasa berat, namun kesadarannya masih tetap ada. Sungguh tamparan lelaki tambun itu telak membuat kepalanya pusing. Belum sempat Jimin berusaha menggerakkan tangannya, tubuhnya terpaksa berbalik terlentang.
“a-apa yang akan kau lakukan” ketakutannya sudah kembali. Kini ia merasakannya, merasakan deru nafas lelaki tambun tersebut berada di perpotongan lehernya.
“ti-tidak ini salah. TOLONGGG. Hiksss kumohon lepaskan aku. TOLONGGGG” Jimin benar-benar kalut. Tangan lelaki itu mulai membuka paksa hanbok lusuhnya.
“kau lumayan cantik untuk seukuran lelaki. Sebelum aku membunuhmu, mari kita bersenang-senang cantik”
“TIDAK Hikssss lepaskan aku hiksss kumohon ini tidak benar” si mungil masih tetap memberontak melepaskan cengkraman tiga lelaki di atasnya.
“hikssss hikssss hikssss TOLONGGGG”
JLEB
Jimin merasakan jika lelaki diatasnya tiba-tiba berhenti gerakannya. Ia mencoba melihat sekelilingnya. Terdapat banyak prajurit yang berkumpul. Ia berusaha menyingkiirkan baju dan tubuh lelaki tsb.ia mencoba menerka-nerka siapa yang sudah menyelamatkan hidupnya.
Deg
Tepat dihadapannya sekarang ialah sosok yang ia rindukan
“Jimin-a”
“t-tuan”
“Jeonha apa anda tidak apa-apa” kasim Heoseok tiba-tiba muncul menimbulkan kernyitan didahi Jimin.
“se-sebenarnya anda siapa tuan” Ia bingung kenapa ada banyak prajurit kerajaan disini.
“maaf anak muda, seharusnya anda lebih sopan pada raja kami” Heoseok menasehati
“r-raja”
“benar anak muda, Raja Jeon Jungkook. Raja Joseon saat ini”
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Divorced Concubine
Historical FictionPerjalanan cinta selir lelaki raja kala itu. "mari ikut ke istana bersama denganku" -- "aku menunggu jawaban penolakan darimu" "jika Yang Mulia memberikan titah pada hamba, apa hamba sanggup menolak?" -- "hamba hanya seorang rakyat biasa dan akan k...