Jika hadirku tak kau inginkan, maka aku akan mencoba untuk pergi secara perlahan.***
Ocha sedang menunggu adit yang katanya akan menjemputnya, Ia sesekali mengayunkan kakinya dan bersenandung kecil. Ocha sedang duduk diteras rumahnya.
Tinn... Tinn (anggap aja klakson motor)
Adit telah sampai, ocha tersenyum senang begitupun adit ia juga tersenyum melihat ocha.
"Udah lama nunggu ya? Maaf ya tadi sedikit ada kendala" ucap adit, ocha menggeleng.
"Enggak kok, gue juga baru keluar kak" ucap ocha.
"Yaudah yuk naik" titah adit. Ocha pun menurut. Sebenarnya ocha tidak tahu adit akan membawanya kemana, yang pasti ia yakin adit akan membuatnya senang hari ini. Iya.
Motor adit sudah melenggang pergi dari rumah ocha dan berbaur dengan pengendara lainnya.
Beberapa saat, mereka telah sampai ditempat favorite mereka.
Ya! Di hutan pinus.Mata ocha berbinar, meskipun beberapa hari yang lalu ia kesini bersama adit, namun ia tetap senang. Bagaimana tidak? Pemandangan yang indah juga udara yang segar.
Ocha menghirup udara lalu menghembuskan dengan pelan.
"Gimana? Mau naik ke Rumah pohon gak?" Ucap adit. Ocha mengangguk antusias. "Ayo!" Ucap ocha semangat.
Ocha mulai menaiki tangga sebagai pelantaran untuk bisa naik ke atas, dan begitupun disusul dengan adit dibelakangnya.Disini memang ramai pengunjung, tetapi tidak berisik.
"Gak bosen kalo liat ginian" ucap ocha, matanya masih setia memandang arah depan. Kerlap kerlip lampu kota disore hari serta dengan langit yang sudah mulai gelap ditambah lagi Matahari yang sudah berwarna jingga.
"Iya, Gue kalo banyak masalah pasti kesini" ucap adit.
"Emang tempatnya cocok" ucap ocha.
Hening.
Mereka sama-sama menikmati karunia tuhan pada hari ini.
"Kak! Gimana kalo kita bikin challenge, mau nggak? Harus mau tapi" ucap ocha nyengir.
"Boleh apatuh?" Jawab adit antusias.
"Nanti kita ukir nama kita, tapi kakak ukir nama aku dan aku ukir nama kakak, yang paling bagus nanti traktir makan. Mau?" Terang ocha.
"Boleh! Tapi pake apa?"
Ocha nampak berfikir sebentar, lalu ia mencari benda yang bisa ia pakai didalam slig bag nya.
"Pake ini" ucap ocha memperlihatkan sebuah pemotong kuku.
"Siapa dulu nih?" Tanya adit
"Kakak aja dulu, kita ukir di pohon ini" ucap ocha.
Adit mengangguk, lalu mengambil pemotong kuku dan mulai membuat sebuah ukiran nama dipohon itu, ocha tersenyum senang.
"Udah!" Ucapnya.
"Lumayanlah" jawab ocha terkekeh.
"Ini mah bagus! Udah sekarang giliran lo" ucap adit, ocha mengambil alih pemotong kuku dan mulai mengukir sebuah nama dipohon itu, Sebuah nama yang selalu singgah dihatinya, sebuah nama yang akhir-akhir ini selalu muncul dalam bayangannya.
Ocha menuliskan nama adit dibawah karya adit yang menuliskan namanya.
Ia harap meskipun nanti ia sudah jarang ke tempat ini, ukiran ini akan tetap ada. Selamanya.
Adit memperhatikan ocha yang sedang serius mengukir namanya itu. Ia juga tersenyum.
"Udah!" Pekik ocha, adit buru-buru mengalihkan pandanganya.
"Mana coba liat? Pasti bagusan punya gue deh" ucap adit dengan tingkat kepeecayaan dirinya yang tinggi.
"Dih, Bagusan juga punya gue kak" ucap ocha tak mau kalah.
Memang benar, nyatanya ukiran ocha lebih rapi dan bagus daripada ukiran adit.
"Yaudah deh iya, Mau apa?" Tanya adit akhirnya mengalah.
"Mau ditraktir makan" ucap ocha, nyengir kuda.
"Oke" jawab adit.
🍃🍃🍃Ocha dan adit telah sampai disebuah mall berada dipusat kota.
Akhirnya, mereka telah sampai disalah satu cafe disana.
"Mau pesan apa?" Tanya adit.
"Mm,Cheese cake sama Ice dark Cokelat ajadeh" ucap ocha.
"Nanti gak kenyang, Gue pesenin nasi goreng juga ya?" Tanya adit, Ocha mengangguk "boleh" jawabnya.
Adit mengangguk dan memesan kepada weiter.
Tak lama, makanan mereka pun datang, tidak ada suara lagi selain suara dentingan cendok dan piring yang beradu menjadi satu serta ramainya pengunjung lainnya.
Ocha maupun adit sudah menyelesaikan makan malamnya, dan segera meninggalkan cafe tersebut.
"Gak mau ada yang dibeli lagi?" Tanya adit sambil berjalan dan juga ocha yang berada disampingnya, ocha mendongak dan menggeleng.
"Pulang aja yuk" ajak ocha, adit hanya mengangguk.
15 menit lebih, akhirnya mereka telah sampai didepan rumah ocha. Ocha turun dari motor adit dan segera melepas helm nya.
"Makasih ya", ucapnya dengan menyodorkan helm nya kepada adit.
"Oke,lo kenapa cha?" Tanya adit. Ocha menggeleng sekilas lalu tersenyum.
"Gapapa kok, emangnya ada apa?" Tanya ocha.
"Muka lo pucet, Mending masuk istirahat gih sana" suruh adit, ocha hanya menangguk lalu membuka gerbangya dan masuk kedalam rumah.
Sebelum ocha masuk kedalam rumahnya, tiba-tiba kepalanya berdenyut. Ocha meringis memejamkan matanya mencoba menetralisir rasa pusingnya, namun bukan nya mereda tetapi justru semakin menjadi.
"M-mamah" ucapnya pelan, dan setelahnya Semua menjadi gelap.
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Love (selesai)
Teen FictionPeringkat cerita : Rank 1 in Menyerah Ditempat yang sepi, gadis itu menangis meluapkan segala pedih yang tersimpan. Menyakitkan jika harus mengingat betapa kejam dunia mempermainkannya seakan dunia tak memperbolehkannya untuk bahagia. Bintang Arisq...