48. sebuah pengakuan

1.5K 47 3
                                    

Karena pada dasarnya manusia sering kecewa karena terlalu sering berharap kepada sesama manusia.

🌻🌻🌻

Ocha membaringkan tubuhnya, menerawang langit-langit kamar yang tampak putih polos, Ocha membuang nafas kasar lalu bangkit dari rebahannya dan berjalan keluar kamar.

Ocha memilih untuk pergi keluar, hanya sekedar menacari udara yang sejuk. sampai ditangga terakhir Ocha melihat Kevin yang sedang duduk sembari bermain ponselnya, Ocha nampak gusar antara menyapa atau tidak.
Gadis itu tak mau jika dibentak lagi, Ocha tau kalau Kevin sangat membencinya.

Ocha memilih diam, melangkahkan kakinya keluar rumah.

***

"Naufan jadian sama Alisha!" Pekik Alif kala melihat Naufan yang sedang cekikikan sembari bermain ponsel. Naufan menjitak kepala Alif sedikit keras membuat sang empu meringis, justru itu menjadi bahan candaan bagi semuanya.

"Sembarangan!" Kata Naufan.

"Chalya balik" kata Andrean tiba-tiba, mampu membuat Naufan diam membeku, sedangkan Adit berusaha bersikap Acuh.

"Y-yang bener?" Tanya Naufan tak percaya sedangkan Andrean hanya mengangguk.

"Gue harap kalian gak ada baku hantam lagi seperti dulu" kata Vero, Adit terkekeh "Yakali ver, gue sadar diri udah punya cewek" kata Adit dengan percaya dirinya.

"Tumben ngakuin, baru juga mau gue tikung" celetuk Dito sukses membuat Adit melayangkan tatapan tajam kepada Dito sedangkan yang ditatap hanya nyengir kuda.

"Hai" Sapa seorang gadis, siapa lagi kalau bukan si Chalya, Adit dan teman-teman lain tersenyum sedangkan Naufan hanya menampilkan ekspresi datarnya, ada apa sebenarnya?

"Hai, makin cantik aje lu chal" celetuk Alif.

"Ehkm, boleh duduk?" Tanya Chalya, dan diangguki oleh semuanya kecuali Adit dan Naufan.

Tiba-tiba hening tidak ada yang mulai untuk berbicara, bahkan keadaan kafe yang tidak terlalu ramai tiba-tiba menjadi hening.

"Ekhm, gue pamit pulang ya" kata Naufan lalu beranjak dari duduknya tanpa mendengar jawaban dari teman-temannya yang sedang menatapnya bingung.

"Gue juga deh" kata Vero.

"Gue juga dong" kata Dito.

"Ngapain lu ikut-ikut" kata Vero sinis.

"Pan gue nebeng elu njir" kata Dito
"Oiya ya" kata Vero sambil nyengir.

"Yaudah, kita balik dulu ye" pamit Vero dan juga Dito.

"Hati-hati" kata Chalya.

Kini hanya tinggal, Adit, Chalya, Alif dan juga Andrean.

"Gue juga balik deh, gak asik gak rame" kata Alif.

"Gue juga deh, males berasa jadi kambing congek" kata Andrean lalu mengambil kunci mobilnya dimeja.

"Hati-hati ada yang marah" bisik Alif sambil terkekeh geli.

"Kok pada pulang si" kata Chalya.

"Ya gatau, udah ah gue juga mau pulang" kata Adit lalu bangkit dari duduknya, tetapi lengannya lebih dulu dicekal oleh Chalya membuat Adit mengerang kesal.

"Ada apa lagi sih?!" Kata Adit nampak tidak suka.

"Kenapa lo berusaha ngehindar dari gue?" Kata Chalya.

"Stop Chalya, gue gak ngehindar dari lo" kata Adit.

"Gue pulang kesini cuma mau nemuin lo, sebelum gue pergi untuk selamanya" kata Chalya dengan air mata yang perlahan turun.

"Apa maksud lo?" Tanya Adit tak bisa disembunyikan bahwa raut wajahnya terlihat jelas bahwa dirinya khawatir.

"G-gue penyakitan!" Katanya dengan nada bergetar, Pertahannya roboh Chalya menangis sembari menunduk, membuat rasa bersalah pada diri Adit kembali muncul, cowok itu menautkan alisnya tanda tak mengerti.

"Sakit apa?" Tanya Adit. Chalya menggeleng lemah, dirinya masih menunduk.

"Jawab gue chalya!" Tegasnya, Chalya tetap diam.

"Astaga..." Adit mengusap wajahnya kasar, membuat perempuan menangis sepertinya adalah kebiasaan Adit, Cowok itu semakin merasa bersalah, hingga pada akhirnya Adit memberikan pelukan hangatnya kepada gadia yang sesegukan didepannya ini. Dan tanpa mereka sadari juga ada sepasang mata yang melihat adegan itu, adegan dimana Adit menarik Chalya dalam dekapannya.

"Lo belum jawab gue, lo sakit apa?" Tanya Adit kepada Chalya.

"sirosis" Ucap Chalya lirih, seakan bibirnya kelu untuk mengungkapkannya.

"Hah?! Yang bener aja, chal gak usah becanda!" Tegas Adit, Chalya menggeleng lemah didada bidang Adit.

Adit terdiam ditempat, kenyataan apalagi ini, setelah mendapat kabar bahwa Ocha divonis mengidap kanker Darah dan sekarang Chalya yang mengidap kerusakan hati. Adit tau bahwa kedua penyakit itu sangat berbahaya.

"Jangan nangis, lo pasti sembuh" kata Adit berusaha menenangkan.

"Maaf" ucapnya lagi, Chalya melepas pelukannya lalu mengusap air matanya dengan kasar.

"Gue harap lo tau apa alasan gue pergi, dan waktu itu kita ketemu gue habis kontrol" kata Chalya, Adit mengangguk kaku.

"Maaf" hanya kata itu yang bisa Adit ucapkan.

"Sekarang, kita pulang gue anterin ya" kata Adit dan hanya diangguki Oleh Chalya.

Pada saat mereka sampai dipintu, mereka berpapasan dengan Ocha yang sedang menatap keduanya dengan tatapan tak bisa diartikan, tentu saja hatinya sakit saat melihat kejadian tadi, bukan Ocha egois, tetapi rasanya dihianati itu lebih menyakitkan dari segalanya.

"Cha.." lirih Adit. Ocha membuang muka lalu melanjutkan langkahnya memasuki kafe yang sempat tertunda akibat drama tadi.
Dan Adit kembali melanjutkan langkahnya menuju parkiran.

***

Tbc!

Akhirnya update

Vote&komen!!!

Hurt Love (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang