40. Kelas baru

1.2K 35 0
                                    

Jika tidak ada bahu untuk menopang masih ada tangan untuk saling menggenggam.

🌻🌻🌻


Ocha berjalan menyusuri koridor kelasnya, ia tersenyum menengembang hari ini ia akan memulai pelajaran baru dikelas yang baru dan juga ia akan bertemu Adit setelah Kemarin lusa cowok itu masih sibuk di Bali.

Ocha memasuki ruang kelasnya ia terkejut tetapi sedetik kemudian ia berlari menghampiri kedua sahabatnya yang ternyata satu kelas dengannya.

"Asik kita sekelas lagi" pekik Dinda lalu merentangkan tangannya gaya ingin memeluk sontak Alisha dan Ocha saling tatap tetapi sedetik kemudian mereka ikut berhambur pada tubuh Dinda.

"Dasar cewek gampang banget bahagianya" celetuk Aldo yang tiba-tiba datang.

"Heh! Lo kelas ini juga?" tanya Ocha, lantas Aldo mengangguk lalu dengan santainya duduk dibelakang bangku Ocha.

"Kalian kok gampang banget bahagia tuh gimana sih?" tanya Aldo sontak ketiganya menoleh kebelakang menatap Aldo dengan tatapan bingung.

"Sekelas aja udah seneng gak ketulungan" ucapnya membuat ketiganya terkekeh.

"Gimana lagi, Al. Cewek tuh gampang bahagia meskipun hal sederhana tapi juga gampang sakit hati walaupun hanya karena sepenggal kata" jelas Ocha membuat Alisha dan Dinda tersenyum lebar.

"Baru temen gue, bijak!" ucap Alisha sedangkan Dinda mengangguk menyetujui.

Dan Aldo hanya mengangguk sebagai jawaban.

***

Bel tanda istirahat sudah berbunyi dipenjuru sekolah dan para murid dengan senang hati melangkahkan kakinya menuju kantin untuk sekedar mengisi perut yang kosong juga sekedar mengobrol.

Dan disinilah Ocha bersama dengan Adit di rooftop sekolah.

"Kak?" panggil Ocha karena ia melihat Adit sedari tadi hanya diam dan banyak melamun.

"Kak Adit?" panggilnya lagi dan kali ini Adit menoleh.

"Kenapa?" tanya Adit, Ocha menghela nafas pelan "kakak yang kenapa, kok ngelamun mulu?" tanya Ocha, Adit menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Eh, gak papa kok" ucapnya.

"Yakin? Gak ada masalah kan waktu diBali?" tanya Ocha  berusaha meyakinkan.

"Yakin, Ocha" ucapnya lalu tersenyum pada Ocha.

"Balik aja yuk, udah mulai panas" lanjut Adit, Ocha hanya mengangguk menyetujui.

Bel pulang telah berbunyi.

Ocha menunggu Adit dihalte depan sekolah, gadis itu bersenandung kecil ditemani dengan awan mendung yang siap untuk menumpahkan air hujan.

Sudah beberapa menit yang lalu ia menunggu Adit tetapi cowok itu belum juga kelihatan, Ocha menghela nafas pelan lalu kembali menatap langit.

"Kak Adit kok belum kesini, udah mau hujan lagi" gumamnya.

Ia masih setia menunggu Adit, dan perlahan langit menumpahkan buliran air tetapi lama-kelamaan hujan semakin deras membuat Ocha semakin khawatir dengan Adit.

Dimana cowok itu? Apakah masih disekolah tau tidak pikir Ocha. ia juga takut jika Adit meninggalkannya tapi ia merasa bahwa itu tidak mungkin, mungkin saja Adit masih ada urusan disekolah pikirnya.

gadis itu mengeratkan tangannya memeluk dirinya sendiri, hawa dingin menjalar begitu cepat.

Tak lama setelah itu Adit datang dengan mobil hitamnya,senyum manis terbit dari bibir Ocha.

"Maaf, pasti lama nunggu ya?" ucap Adit, Ocha menggeleng pelan "gak papa, enggak lama banget kok" ucapnya lalu dengan segera Adit menuntun Ocha untuk masuk kedalam mobilnya.

"Katanya mau ke China, kapan?" tanya Adit saat mereka sudah berada dimobil.

"Gak tau kapan" jawab Ocha.

Kini suasana kembali hening tidak ada yang bersuara, mereka sama-sama bergelayut dalam pikirannya sampai-sampai tak sadar bahwa mereka telah sampai ditempat tujuannya yaitu rumah Ocha.

"Gue masuk, lo mau mampir?" tanya Ocha, Adit menggeleng "enggak, salam buat tante Sarah dan om Herman" ucapnya dan diangguki oleh Ocha, lalu gadis itu keluar dari mobil Adit. Melambaikan tangan kala mobil itu melesat pergi meskipun ia tahu Adit tak akan melihatnya.

Ocha masuk kedalam rumah dan dilihatnya Kevin yang sedang duduk disofa ruang tamu, Kevin memandangnya dengan tatapan dinginya yang menyeramkan membuat Ocha menghentikan langkahnya.

"Jam segini baru pulang?! Darimana kamu?!" ucap Kevin dengan nada tinggi membuat Ocha kaget.

"Hujan kak jadi aku berghenti berteduh dulu" ucapnya tetapi Kevin justru terkekeh "hujan bukan masih air" ucapnya.

Ocha diam memperhatikan kakaknya yang tak berubah dari sejak kejadian itu.

"Ocha permisi kak" pamitnya yang tanpa sekalipun diperdulikan oleh Kevin.

Ocha menghempaskan tubuhnya pada kasur yang empuk, gadis itu menangis pedih rasanya kala melihat Kevin dengan sikap acuhnya.

Tidak ada lagi mata yang menenangkan,
Tidak ada lagi tatapan hangat Kevin yang ada hanyalah sekelebat gambaran hitam dan rasa kekecewaan.

Kevin memang dari dulu tak begitu suka dengan Adik perempuan yang katanya manja dan penakut.
Kevin menganggap Ocha juga begitu. Ocha sebagi anak perempuan satu-satunya memang membuat Herman dan Sarah lengkap menjadi keluarga. Tetapi kasih sayang mereka dibagi rata dengan Kevin ataupun Levin hanya saja terkadang Kevin salah mengartikan perhatian Sarah kepada Ocha.
Dan jadilah semenjak kejadian yang membuat Kevin hancur sehancur-hancurnya ia langsung menyalahkan Ocha yang menjadi penyebabnya.

Ocha memegangi kepalanya yang terasa bedenyut, lalu gadis itu bangkit dan menuju nakas untuk mengambil beberapa obat dan segelas air putih. Diminumlah obat itu lalu Ocha membaringkan tubuhnya lalu perlahan terlelap tidur dengan seragam yang masih melekat pada tubuhnya.

***

Tbc

Vote&comment jangan lupa
Jangan siders please :)

Hurt Love (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang