Pelukan dari semesta "jangan menyerah"🌠🌠🌠
"Mau kemana?" Teriak adit pasalnya mereka sedang berada diperjalanan.
"Terserah kakak aja" jawab ocha tak kalah keras.
Adit tak menjawab melainkan menambah kecepatan motornya, Ocha pun semakin mengeratkan pegangannya pada jaket jeans adit.Tak butuh waktu yang lama, mereka telah sampai di hutan pinus, tempat pertama kali adit mengajak ocha pergi.
Ocha turun dari motor adit, disusul dengan adit yang sudah melepas helmnya. Ocha segeram melepas helm yang ia pakai dan menaruhnya di kaca spion motor besar adit."Yuk" ajak adit dan berjalan terlebih dahulu didepan ocha. Ocha berdecak kesal namun tetap gadis itu membuntuti adit dibelakang.
Adit dan ocha naik dirumah pohon yang dulu ia dan ocha ukir nama mereka dipohon ini.
"Status kita udah beda ya, dulu pertama kali gue ajak lo kesini kita masih temenan" ucap adit terkekeh geli,
"Hm. Iya kak" jawab ocha seadanya
"Gue minta sama lo, jangan terlalu berharap ya sama gue" ucap adit lagi. Ocha hanya diam, mencerna setiap kata yang adit ucapkan. Ia tersadar bahwa ia hanya mempunyai raga adit bukan hatinya.
"Kenapa?" Tanya ocha beralih menatap manik mata adit,
"Ya, jangan aja" ucap adit, Ocha terkekeh.
"Bukan kah berharap itu manusiawi? Berarti cepat atau lambat kakak akan meninggalkanku?" Ucap ocha kembali memangdang lurus kedepan."Bukan gitu, gue cuma gak mau kalo ada orang yang berharap lebih sama gue" ucap adit.
"Hm. Terserah deh" ucap ocha dan setelahnya hanya ada suara angin dan kicauan burung sore yang ada.
🌠🌠🌠
Adit memarkirkan motor besarnya disebuah rumah mewah nan besar ini. Inilah rumahnya, rumah yang tak pantas jika ia sebut rumah, rumah yang dulu ia anggap tempat persembunyian yang nyaman namun, dalam waktu beberapa detik sukses menjadi neraka baginya.
Adit berjalan santai menuju kamarnya yang berada dilantai dua, namun sebelumnya ia sempat melihat seorang wanita paruh baya yang tengah duduk disofa dengan pandangan kosong kedepan. Hatinya hancur ketika melihat malaikatnya sangat rapuh. Ia berjalan menghampiri Ibunya.
"Maah" lirihnya sambil berjongkok didepan ibunya. Diraihnya tangan Della -mamah adit- lalu adit menciumnya
"Jangan kayak gini terus" ucapnya lirih, nada bicaranya bergetar. Adit berusaha menahan tangisnya.
Katakanlah adit cengeng, Tak apa! Nyatanya menangis adalah hal manusiawi, Lelaki juga mempunyai perasaan yang bisa saja tergores.
"Cukup mah, Sampe kapan gini terus?" Tanya adit, kepalanya mendongak melihat wanita yang ia sayangi dengan keadaan yang tidak bisa ia artikan. Dilihatnya ibunya menangis, dengan cepat adit berdiri dan mengelap air mata yang mengalir bebas di pipi ibunya.
Dipeluknya Della dengan sangat erat oleh adit, jujur adit rindu pelukan hangat dari ibu dan ayahnya.
Setelahnya ia kembali pergi dan menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Love (selesai)
Teen FictionPeringkat cerita : Rank 1 in Menyerah Ditempat yang sepi, gadis itu menangis meluapkan segala pedih yang tersimpan. Menyakitkan jika harus mengingat betapa kejam dunia mempermainkannya seakan dunia tak memperbolehkannya untuk bahagia. Bintang Arisq...