Bukankah tugas sahabat untuk saling mendukung? Tidak apa berbagaialah, sakitku biar urusanku.
Ocha sedang berada dicafe favorite nya 'starlight cafe' ia duduk dipinggir jendela Sendiri, Tidak bersama alisha ataupun dinda.
Ia menikmati makannya dalam diam, Ia hanya butuh waktu sendiri untuk sekarang.
'Ting'
Bunyi dentingan bel yang menandakan ada seseorang yang masuk, Ocha menoleh mendapati adit yang berjalan sendiri menuju tempat pemesanan.
Ia mengalihkan pandangannya, tak ingin melihat adit untuk saat ini.
"Ocha!" Panggil adit.
Mampus batin ocha
"E-h kak" sapanya canggung, adit duduk didepan ocha.
"Sama siapa kesini?" Tanya adit."Sendiri," jawab ocha seadanya, "oh iya kak gimana acara lo kemarin? Berhasil" tanya ocha, adit tiba-tiba menunduk dalam, Lalu ia menggeleng.
Ocha yang melihatnyapun merasa iba, sebagai teman yang baik rasa simpati harus ada.
"Aletta udah punya cowok, gue terlambat" ucap adit, ocha menangguk. "Dan, gue gabisa kehilangan dia" ucapnya lagi.
"Sabar kak" ucap ocha menenangkan. Adit mengangguk
"Nanti, pasti ada kok yang datang dan gaakan pergi ninggalin, Coba deh buka hati buat orang yang ada disekeliling kakak" ucap ocha menasehati, adit bungkam ada benarnya ia membuka hati untuk wanita lain, toh wanita bukan hanya aletta."Tyr again, but not for she again" ucap adit. Ocha tersenyum senang.
"Gitu dong!"
Adit tersenyum kepada ocha, Tidak bisa dipungkiri lagi senyuman itulah yang membuat ocha selalu rindu kepada adit. Manis bahkan sangat dimata ocha, ohh tunggu, bukan hanya ocha tetapi kaum wanita lainnya. Sebaik itukah aura adit?."Gue balik ya, lo mau bareng gak?" Tawar adit, ocha menggeleng "enggak kak, masih betah disini" ucap ocha, adit mengangguk "gue duluan ya!" Ucapnya lalu bergegas pergi dari cafe.
Ocha tersenyum pahit sepeninggalan adit,
"Gak sadar apa kalo gue disini juga nunggu lo peka sama perasaan gue" gumam ocha.
Ah, sudalah adit butuh wanita yang sehat dan tidak sakit-sakitan sepertinya. Ia sadar kalaupun adit akan mencintainya adit juga akan tersakiti olehnya.
Ocha bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari cafe, ia memberhentikan taksi dan segera masuk kedalamnya, Perasaannya kini campur aduk, ia butuh tempat sepi untuk menenangkan pikirannya.
Ocha tidak langsung pulang, ia melangkahkah kakinya dibukit yang penuh dengan tanaman ilalang liar, Ia duduk di gubuk yang ada, sepertinya tempat ini sepi cocok untuk ocha menenangkan pikiran. Mata cokelatnya memandang rumput ilalang yang bergerak terkena angin. Setetes air bening lolos dari kelopak matanya, Bagaimana bisa?
Ingat! Perlu kalian ingat! Ada kalanya orang yang terlihat sangat kuat bisa menangis, karena apa? Ia sudah lelah dengan kebohongan yang ia ciptakan, tidak selamanya Luka bisa tertutup dengan senyuman palsu.
Ocha segera menghapus air matanya, Ia menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskan secara perlahan.
Ocha bangkit dari duduknya, namun sebelumnya ada suara yang memanggilnya.
"Bintang..." Panggilnya, siapa lagi kalau bukan aldo
Ocha berbalik dilihatnya aldo yang tersenyum kepadanya. Ocha tersenyum lalu menghampiri aldo.
"Ngapain disini al?" Tanya ocha, aldo menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil cengengesan sendiri.
"Gak sengaja ngikutin tadi", ucapnya. Ocha menyentil dahi aldo dan terkekeh.
"Sukanya ngikutin mulu ih," ucap ocha, "gak ngajak sih makanya gue ikutin" jawab aldo.
"Yaudah yuk pulang, Ntar ada dedemit lagi udah mau gelap" ucap aldo bergidik ngeri,
"Udah deh jangan mulai, Merinding nih!" Ucap ocha, memang ocha orangnya suka parno dengan hal-hal yang berbau mistis, aldo terkekeh lalu menarik lengan ocha untuk pergi dari tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Love (selesai)
Teen FictionPeringkat cerita : Rank 1 in Menyerah Ditempat yang sepi, gadis itu menangis meluapkan segala pedih yang tersimpan. Menyakitkan jika harus mengingat betapa kejam dunia mempermainkannya seakan dunia tak memperbolehkannya untuk bahagia. Bintang Arisq...