21

2.7K 361 18
                                    

Mobil Mingyu sudah berhenti tepat di depan kediaman megah keluarga Jeon. Namun belum ada tanda-tanda Wonwoo hendak turun untuk memasuki pagar besar rumahnya ataupun sebaliknya meminta bantuan pada penjaga rumahnya untuk membukakan pagar.

"Sayang, ayo kita masuk"

Wonwoo menghela napasnya berat, jika tadi di parkiran sekolah ia merasa ini semua akan mudah, namun sekarang ia merasa ini bukan hal mudah. Ia tahu persis bagaimana watak kedua orang tuanya yang sama-sama keras kepala satu sama lain, keduanya mungkin tidak akan mendengarkan hal yang akan di sampaikan Wonwoo nantinya.

Namun lagi-lagi sebuah kecupan hangat penuh sayang mendarat di kening Wonwoo, pelakunya tentu saja Kim Mingyu, kekasihnya. Mingyu tahu persis jika pria manis-nya itu tengah di landa ketakutan, maka satu-satunya hal yang paling ampuh adalah dengan menyalurkan rasa sayang penenang untuk Wonwoo dengan cara memberikan kecupan di kening si manis.

"Aku yakin kamu pasti bisa, kalau kamu gak sanggup, ada aku yang siap buat bantu kamu. Jangan pernah nyerah sebelum kita nyoba, kita gak akan pernah tau hasilnya kayak apa" ucap Mingyu sembari membelai lembut pipi kanan Wonwoo.

Berkat dukungan Mingyu, Wonwoo pun kembali membulatkan tekatnya, ia turun dari mobil dan meminta penjaga rumahnya untuk membukakan pintu dan memarkirkan mobil milik Mingyu di depan garasinya, sementara ia dan Mingyu sudah lebih dulu menuju pintu utama rumah keluarga Jeon.

Mingyu menekan bell pintu tanpa ragu, ia berdiri tegak nan gagah di sebelah Wonwoo yang seperti menciut sembari menautkan erat jari-jari mereka di bawah sana saling menyalurkan kekuatan.

Perlahan pintu utama terbuka, menampilkan sosok kepala pelayan, bibi Jo, yang menyambut keduanya dengan hangat dan mempersilahkan keduanya untuk memasuki rumah.

Wonwoo meminta bibi Jo untuk memanggilkan kedua orang tuanya beserta sang nenek yang kemungkinan masih menginap di rumah besar ini. Dan benar saja, tidak lama kemudian sosok ketiganya datang dengan tergesa ke arah ruang tamu.

Yoojung yang melihat kepulangan Wonwoo pun langsung memeluk erat cucu kesayangannya, ia bahkan tidak bisa makan dengan benar selama dua hari ini karena pikirannya selalu terarah pada cucunya yang menghilang dari rumah selama dua hari tanpa kabar. Sementara Minki dan Dongho menahan diri mereka untuk tidak menumpahkan tangis bahagia karena pada akhirnya buah hati mereka kembali pulang, bersama dengan Kim Mingyu di sebelahnya.

"Kamu dari mana aja sayang? Omah sangat merindukanmu"

"Aku gak kemana-mana omah, aku masih di sekitar sini, aku cuma sedikit menjauh. Tapi aku juga sangat merindukan omah"

Yoojung tersenyum tulus dan mengusap penuh sayang rambut hitam pekat sang cucu yang mulai memanjang.

"Nak, akhirnya kamu pulang" ucap Dongho, nadanya penuh dengan kelegaan.

"Pa, ma, ada hal yang ingin Wonu bicarakan"

"Iya sayang, nanti kita bicara ya. Sekarang kamu pasti lelah, ayo istirahat dulu di kamar" ucap Minki.

"Tidak! Aku ingin bicara sekarang, atau tidak sama sekali" tolak Wonwoo dengan tegas.

Minki baru saja akan membujuk Wonwoo lagi sampai suara Dongho menginterupsinya.

"Baiklah, kita bicara sekarang saja"

Kelimanya duduk dengan tegang, tidak terkecuali dengan Yoojung karena sepertinya ia paham akan kemana pembicaraan ini terarah.

"Aku tidak bisa kalau kalian bercerai, aku menolak perceraian kalian. Aku tidak bisa tinggal dengan memilih salah satu di antara kalian, atau pun pindah dengan omah di Bandung, aku tidak akan pernah meninggalkan kota ini jika bukan karena kehendak ku.

PUTIH ABU-ABU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang