22

2.5K 351 8
                                    

"Euungghhh..."

Wonwoo menggeliat dalam tidurnya, seketika cahaya matahari yang semakin meninggi menembus netranya, membuat sang pria manis tidak bisa kembali melanjutkan istirahatnya.

"Ehh? Mingyu?"

Pantas saja kalau sisi tangan kanannya tidak bisa terangkat, rupanya karena ada sosok Mingyu yang tengah memegangi tangannya dengan erat. Mingyu tertidur di sisi kanannya dengan posisi terduduk di kursi belajar Wonwoo dengan tubuh menunduk, untung saja tempat tidur Wonwoo cukup tinggi, setidaknya tubuh Mingyu tidak membungkuk terlalu rendah, kasihan kekasih tampannya pasti saat bangun nanti akan pegal-pegal.

Wonwoo membelai penuh kasih rambut cokelat terang milik kekasihnya, tampan. Satu kata yang sangat mewakilkan paras wajah Mingyu, kekasihnya memang benar-benar tampan, dan Wonwoo sangat bersyukur karena di antara sekian milyar manusia di muka bumi ini, dirinya lah yang menjadi kekasih seorang Kim Mingyu.

Karena merasakan usapan lembut Wonwoo pada rambutnya, Mingyu terbangun dari tidur singkatnya. Ia mengucak matanya sebentar sebelum mengecup pipi kanan Wonwoo singkat.

"Sudah bangun, hmm? Bolos kan jadinya, malah tidur lagi sampai siang gini" ucap Mingyu sembari mencolek-colek gemas kedua pipi tirus kekasihnya.

"Kan tadi di suruh istirahat, yaudah aku tidur, aku kirain kamu udah pulang dan ninggalin aku disini"

"Gak akan, aku kan udah janji sama kamu, aku akan selalu ada disini sama kamu"

Wonwoo tersenyum mendengar ucapan Mingyu, pria berkulit tan itu memang menjadi bersikap dan bertutur kata lebih manis pada Wonwoo semenjak kejadian Wonwoo masuk rumah sakit karena asap rokok yang di sebabkan oleh Mingyu.

"Gyu.."

"Hmm?"

"Kamu ngomong apa aja sama papa mama?"

Mingyu tersenyum kemudian mengusap perlahan rambut hitam legam milik kekasih manisnya.

"Gak ngomong apa-apa sayang, tapi kamu harus selalu yakin kalau keluarga kamu akan baik-baik aja ya?"

Wonwoo membenarkan posisinya menjadi terduduk kemudian ia langsung berhambur pada pelukan Mingyu yang sangat di sukainya, hangat dan nyaman.

"Makasih Gyu, kalau gak ada kamu, mungkin aku sekarang masih di luaran sana entah dimana, atau mungkin aku udah pergi jauh buat nenangin diri, tapi karena ada kamu, aku bisa berani buat hadapin semuanya, aku sayang kamu, Gyu-ie"

"Aku juga sayang kamu, Kim Wonwoo"

Wonwoo melepas pelukannya kemudian mencubit perlahan bisep milik Mingyu, membuat yang di cubit hanya terkekeh kecil.

"Aku masih Jeon ya, Tuan Muda Kim yang terhormat"

"Soon to be Kim"

"Kim tidak buruk juga"

Dan setelahnya hanya kekehan manis dari kedua anak adam yang terdengar dari arah kamar Wonwoo yang tertutup rapat. Sementara di luar pintu kamarnya, sang nenek tengah tersenyum lega karena untuk pertama kalinya setelah beberapa hari ini ia bisa mendengar cucunya kembali tertawa lepas.

"Mama? Sedang apa di depan pintu kamar Wonwoo?"

Yoojung memutar tubuhnya menghadap ke arah menantu satu-satunya, Dongho, yang tengah memandangnya penuh tanda tanya. Yoojung tersenyum sebelum akhirnya menepuk pundak Dongho perlahan.

"Jaga keluargamu, jangan sia-siakan kesempatan yang Minki berikan, sejauh yang mama tau, Minki adalah anak yang keras kepala, jika dia sudah berkata A maka tidak akan pernah berubah menjadi B. Tapi untuk kali ini dia mau mencoba memikirkan kembali semuanya, itu adalah suatu perubahan besar, yang berarti dia masih menaruh secercah harapan dan kepercayaan tentang rumah tangga kalian. Mama harap, kau tidak menyia-nyiakan hal ini, Dongho"

PUTIH ABU-ABU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang