Fajar telah tiba dan mentari sudah mulai menampakan sinarnya, membuat Wonwoo menggeliat dalam tidur nyamannya. Ia terbangun karena sinar matahari yang mengintip dari celah tirai jendela yang tersingkap sedikit.
Wonwoo mengerjapkan kedua matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke netranya. Ketika ia berhasil mendapatkan kesadaran diri sepenuhnya, ia cukup terkejut ketika ia terbangun dalam pelukan Mingyu.
Buru-buru Wonwoo merubah posisinya menjadi terduduk, ia mengecek seluruh kelengkapan baju yang ia kenakan, semua masih utuh, tidak ada bercak apapun pada tubuhnya, dan terlebih ia tidak merasa kesakitan sama sekali pada tubuh bagian bawahnya, berarti semua masih aman.
Pergerakan Wonwoo yang sedikit heboh membuat Mingyu mau tidak mau terbangun. Ia melirik ke arah Wonwoo dan menatap kekasihnya itu dengan tatapan penuh tanda tanya, kenapa Wonwoo pagi-pagi sudah heboh sendiri.
"Kenapa sih Won?" Tanya Mingyu dengan suara seraknya khas bangun tidur.
"Gyu— semalem kita gak ngapa-ngapain kan?"
Bukannya menjawab pertanyaan Wonwoo, Mingyu malah terbahak-bahak, baru kali ini ia kekasihnya bertanya pertanyaan sepolos itu saat dimana mantan-mantan kekasihnya dulu dengan senang hati melemparkan tubuh mereka pada Mingyu.
"Gyu! Kok malah ketawa? Aku nanya serius lohh ini"
"Eitss, sejak kapan jadi aku-kamu?"
"Ya gak apa-apa, daripada lo-gue terus, emang mau pacaran di sangka temenan doang? Oh gue tau nih, lo gak mau ngakuin gue ya? Jangan bilang lo cuma taruhan sama temen lo doang makanya lo ngebet ngajakin gue pacaran, iya kan? Jawab lo!"
Mingyu semakin terbahak di buatnya, ia sampai memegangi perutnya yang terbungkus bed cover karena tidak kuat menahan tawanya yang meledak, dan hal itu sukses membuat Wonwoo terheran-heran.
Sepengetahuan Wonwoo berdasarkan info dari teman-temannya, Kim Mingyu itu pelit senyum, ia hanya tersenyum pada targetnya, itupun hanya senyum palsu penuh seringai licik. Anak-anak Cassanova itu penuh dengan wajah-wajah manly yang tegas dan tidak terbantahkan, mereka tidak pernah tebar senyum bahkan tawa lepas seperti pemandangan Mingyu tertawa puas saat ini. Dan itu sukses membuat Wonwoo menyunggingkan senyumnya karena menurutnya Mingyu yang tertawa akan seratus kali lipat terlihat lebih tampan.
"Won, kamu kalau mau nuduh yang logis sedikit dong. Kalau aku cuma jadiin kamu bahan taruhan, aku udah putusin kamu dengan cara permaluin kamu di depan seluruh anak-anak di sekolah, inget kasus Vernon yang nyiram Irene pakai kuah soto di kantin dan setelah itu Vernon mutusin Irene, jangka waktunya pendek kan? Cuma satu minggu. Gak perlu lama-lama kayak kita sekarang ini, sayang" jelas Mingyu sembari mengusak gemas rambut hitam legam milik Wonwoo.
Sedangkan yang di panggil "sayang" hanya menunduk malu, mencoba menyembunyikan semburat merah yang muncul di kedua pipi tirusnya.
"Btw ini jam berapa ya?" Tanya Mingyu polos sembari mengucek matanya perlahan.
Wonwoo mengedarkan pandangannya ke seisi kamar Mingyu dan menemukan jam dinding yang persis tergantung di hadapannya.
"MINGYUU!!" Pekik Wonwoo panik.
"Kenapa?"
"Ini udah jam 10! Kita telat sekolah dong!"
"Oh? Yaudah santai, bilang aja sakit, kelar kan urusannya. Lagian bukannya kamu sendiri yang bilang gak mau sekolah lagi?"
"Ya t-tapi kan g-gak gini juga"
"Yang kemarin ngambek gak mau di anter pulang sama gak mau sekolah lagi siapa coba? Giliran kesiangan sehari aja paniknya setengah mati" cibir Mingyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTIH ABU-ABU
FanfictionBxb // Meanie // K.mg • J.ww Di tambah dengan konflik anak SEVENTEEN lainnya sebagai pelengkap :) Cerita ringan tentang percintaan anak SMA Note : Rasa Lokal