25. Pergi atau ...

909 56 18
                                    


Seorang pria berjalan cepat melewati lorong gelap dan sepi. Matanya berkilat merah , dengan rahang mengeras dan tangan terkepal kuat.

"Sial!"

Kata umpatan kembali keluar dari mulutnya, ia semakin mempercepat langkahnya.

Sampai akhirnya langkahnya terenti. Nafasnya memburu saat melihat seorang wanita terkulai lemah dengan wajah pucat dan tubuh penuh luka.

"Amour.."

Hatinya nyeri melihat kondisi mate-nya saat ini. Tangannya ia kepal sekuat mungkin hingga buku-buku jarinya memutih. Bibirnya bergetar, menyesal dengan apa yang ia lakukan dua bulan lalu.

Sebuah keputusan yang membuatnya menyesal sampai kapan pun. Sebuah keputusan yang membuat wanitanya pergi.

"Amour.."

Tangannya terulur menyentuh permukaan wajah wanita yang begitu ia cintai itu. Ia lemah, lemah melihat kondisi mate-nya saat ini.

"Maafkan aku.. Jangan pergi, jangan pergi. Aku begitu egois. Maafkan aku..

Air matanya luruh bersamaan dengan rasa sakit yang menjalar keseluruh tubuhnya. Tiba-tiba ia merasakan pergerakan dari Mate-nya itu.

" Amour"

Senyumnya mengembang, namun hatinya kembali terasa begitu nyeri begitu melihat reaksi yang wanita di hadapannya.

"Pergi! Pergi kau pembunuh ! Pergi!"

Kata-kata itu berulang kali di lontarkan wanita tersebut. Tubuhnya bergetar hebat, dengan suara isak tangis yang memilukan.

"Maafkan aku Amour.."
Pria tersebut berkata lirih dengan air mata yang mengalir membasahi wajahnya. Sakit melihat kondisi wanitanya. Tunggu , wanitanya? Masih pantas kah ia mengklaim wanita itu sebagai wanitanya ?.

"PERGI!!"

wanita itu berteriak frustasi, tangis nya semakin pecah. Ia menangis tergugu dengan tubuh bergetar hebat.

"Aku mohon pergi Adrian, aku membenci mu .. Tak ada lagi cinta untuk mu.. Tidak sedikit pun" dari mulutnya Gestia berkata demikian, tapi tidak hatinya.

"Jangan pernah pergi, aku membutuhkan mu.. Semuanya hati ini hanya milik mu, aku tahu itu bukan salah muBukan kau tapi.."
Hati Gestia berteriak pilu, memori tentang apa yang ia alami dua bulan lalu berputar di kepalanya.

"Gestia..." Adrian berkata lirih sembari menyentuh permukaan jeruji besi di depannya.

"Pergi atau...

Gestia menggantung perkataannya ,

" atau?"
Adrian menatap sendu ke arah Gestia.

"Atau kau akan melihat ku mati saat ini juga"
Suara Gestia bergetar, tangannya ia kepal kuat. Terlihat cahaya berwarna merah menyelimuti tubuh nya.

"Gestia, hentikan kumohon"
Namun Gestia tidak memperdulikan nya.

"Pergi at--"

"Baiklah aku akan pergi"
Adrian harus mengalah, ia tidak bisa egois saat ini. Jika ia tetap di sana kekuatan tersebut bisa membunuh Gestia.

Gestia punya kekuatan?
Tentu setelah Adrian menandai mate-nya itu.

Perlahan Adrian berbalik dengan langkah berat. Ia semakin jauh meninggalkan Gestia di sana.

Werewolf Story [Adrian Deandra]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang