13. Gestia Point Of View

1.1K 87 1
                                    

Satu minggu lamanya aku disini, di tempat gelap, lembab dan kotor ini. Jangan tanya apa yang ku alami selama aku disini, jangan tanya apa yang ku lakukan disini.

Kalian sudah pasti tahu jawabannya. Setiap hari aku mengalami penyiksaan, tubuh ku rasanya remuk. Lambat laun tubuh ku ini sudah terbiasa dengan rasa sakit ini, seakan sudah mati rasa aku tak lagi merasakan sakit di tubuh ku.

Zilina selalu mengobati ku saat malam tiba, saat pria jahat yang aku ketahui bernama Kyle serta antek-anteknya pergi dari penjara bawah tanah ini.

Bukannya mendapatkan pertolongan , nasib ku malah seperti ini. Aku lebih memilih di makan serigala besar itu dari pada di siksa dan di kurung di tempat seperti ini.

Aku tidak tahu kapan semuanya akan berakhir, penyiksaan ini. Hati ku rasanya sakit sekali saat mereka terus menerus mendesak ku agar aku mengakui kesalahan ku.

Apa salah ku? Apa itu pack? Aku bahkan tidak tahu apa maksud mereka. Aku hanya bisa menangis , kepala ku pusing terus menerus menangis seperti ini. Tubuh ku begitu kotor, baju yang aku kenakan penuh dengan noda darah akibat penyiksaan yang mereka lakukan.

Tubuhku semakin kurus saja setiap harinya. Bukannya mereka tidak memberi ku makan, setiap harinya saat pagi, siang dan malam akan ada seorang perempuan paruh baya yang mengantarkan makanan untuk aku.

Ia iba melihat kondisi ku yang semakin hari kian mengenaskan. Seperti hari ini ia datang lagi membawa makanan , segelas susu dan sebuah wadah berisi air dan kain.

"Selamat pagi Gestia"

Suaranya begitu merdu di telinga ku, senyum mengihiasi wajahnya yang kini sudah tak muda lagi. Aku tersenyum ke arahnya dan membalas sapaannya.

"Selamat pagi Bibi Lilian"

Ia duduk di samping ku, meletakkan nampan yang ia bawa. Tangan nya mengelus wajah ku, menyentuh luka-luka yang ada di tubuhku yang telah mengering.

"Mereka masih menyiksa mu Gestia?"
Ia bertanya dengan suara bergetar menahan tangis nya yang akan pecah karena melihat kondisi ku yang begitu mengenaskan.

Aku bisa melihat air mata menetes dan membasahi wajahnya. Tangan ku terulur untuk menghapus air matanya, aku juga ikut menangis melihatnya.

"Jangan menangis Bi"
Aku tak bisa menahan air mata ku lagi, aku memeluk tubuhnya menumpahkan seluruh air mata ku.

"Gestia lelah dengan semua ini Bi, kenapa Gestia di perlakukan seperti ini? Salah Gestia apa? Gestia tidak tahu apa maksud mereka.. Kenapa Gestia selalu di siksa dan di kurung di tempat seperti ini Bi"

Suara ku terdengar begitu memilukan , aku sungguh sudah tidak tahan dengan kondisi ini. Jika Kyle dan antek-antek nya datang lagi aku akan meminta mereka untuk membunuh ku saja. Sungguh aku sudah tidak tahan dengan keadaan ini.

"Aku ingin mati saja Bi"

Bibi lilian mengelus rambut ku dengan penuh kasih sayang. Layak nya seorang ibu yang menyayangi anaknya.

"Tetap lah bertahan Gestia,"
Suara itu, ya itu adalah suara Zilina.

"Tapi aku lelah Zilina, aku tidak kuat di perlakukan seperti ini"

"Sayang, ada kami di samping mu tetap lah bertahan"
Kali ini Bi Lilian yang berbicara dengan suara bergetar.

"Tidak lama lagi akan ada yang menyelamatkan mu Gestia"
Kata-kata Zilina sukses membuat ku menoleh ke arahnya dan memandangnya menuntut penjelasan.

"Kau akan tahu sebentar lagi sayang"
Tangan Zilina terulur dan mengelus wajah ku lembut.

Saat aku sudah sedikit tenang , Lilian mengambil wadah berisi air dan kain yang ia bawa tadi. Ia membersihkan tubuh ku dengan sangat hati-hati dan penuh kasih sayang. Seolah aku keramik yang begitu rapuh. Ia membersihkan noda darah di tubuh ku dengan hati-hati hingga akhirnya tubuh ku bersih. Ia mengikat rambut ku dan mengganti pakaian ku dengan pakaian baru.

Werewolf Story [Adrian Deandra]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang