Happy Reading
Pagi-pagi sekali, orang-orang di lingkungan sekolah sudah sibuk hilir-mudik mempersiapkan segalanya untuk acara sekolah. Bukan jam kosong, tapi ada beberapa murid yang diijinkan keluar kelas untuk membantu mengangkat barang-barang untuk ditaruh di aula.
Di gedung aula yang besarnya bisa menampung ratusan orang, terlihat dua orang gadis tengah sibuk mengarahkan beberapa temannya ke sana sini mengangkat kardus-kardus besar. Panggung acara memang tidak di aula, melainkan di lapangan sekolah yang luasnya hampir setara setengah lapangan bola. Hanya saja barang-barang dan segala keperluan panggung serta dekorasi lainnya untuk sementara ditaruh di aula.
Nenden dan Fia nampak berjalan bersama mengelilingi aula untuk mengontrol semua yang dikerjakan teman-temannya padahal jelas sekali bukan mereka yang ditunjuk sebagai pengawas.
"Kalian ngapain?" Tanya seseorang dari arah belakang keduanya.
Kompak Fia dan Nenden menoleh, menatap cowok tinggi itu dengan santai.
"Bantu lah," jawab Fia kalem.
"Bantu? Kok dari tadi gue liat kalian cuma nunjuk-nunjuk kayak mandor proyek," cibir laki-laki itu yang tidak lain adalah Adam, di tangannya membawa sebuah kardus entah berisi apa.
"Cuma bantu ngarahin, mereka tuh rada gak semangat," balas Nenden mengelak.
"Itu tugas panitia, dan panitianya osis bukan kalian," kata Adam mendengkus, lalu berlalu pergi.
Kompak Nenden dan Fia menekuk wajah mereka. Mengikuti langkah Adam ke arah tumpukan kardus besar.
"Justru kalian harusnya berterima kasih karna udah dibantu. Ya kan Fi?" Kata Nenden meminta dukungan Fia, dan mendapat anggukan setuju.
"Gak butuh bantuan curut kayak kalian. Yang ada ancur jadinya kalo kalian yang ngarahin," balas Adam mengibaskan tangannya di depan wajah.
"Wah, mengeremehin," kata Fia berdecak sambil menggeleng.
"Sok kuasa, Padahal jadi osis doang," sindir Nenden berkacak pinggang menantang.
"Udah deh. Ke tempat lain aja sana," balas Adam mengusir masih mempertahankan sikap tenangnya.
"Nye nye nye," cibir Fia memiringkan kepala ke kiri kanan, kekanakan.
"Dibilang pergi juga. Lama-lama gue tendang nih." Adam berdecak jengah dengan kelakuan dua gadis itu yang menyulut kekesalannya.
"Bukannya sapi itu bisa bajak sawah aja, ya. Sekarang nambah profesi?" Tanya Nenden dengan pose berfikir tapi sebenarnya meledek.
"Apaan nih ribut-ribut?"
Adu debat yang sepertinya akan terjadi sebentar lagi itu terinterupsi oleh kedatangan seseorang bertanya.
Kompak ketiga murid itu menoleh dengan tatapan sinis seakan telah mengganggu perang suara mereka. Namun sedetik kemudian Nenden dan Fia membelalak terkejut melihat siapa si tersangka pengganggu.
"KAJUULLL!!" Seru Fia dan Nenden seketika berubah sumringah.
"Nyesel gue nyapa," gumam cowok itu seketika berwajah pias.
"Kajul, kapan masuknya? Kapan baliknya?" Tanya Nenden cepat, langsung menghadap cowok itu
"Lombanya gimana? Menang?" Tambah Fia, kini keduanya sepenuhnya mengabaikan Adam.
"Pasti menang lah ya,"
"Dapet apa Kajul?"
"Duit? Traktirannya boleh dong,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker Girl { Tamat }
Teen Fiction[ First Story ] [ Bab lengkap ] 🌹🌹🌹 "ITU MEREKA, PAI!!" Teriak Adam saat melihat empat kepala siswi itu baru keluar dari satu lorong. Ia menujuk ke satu arah menggunakan gagang pel lantai. Satu tangan menepuk-nepuk pundak Oppie agar menoleh. "Ah...