Happy reading
Zulvy terperangah menatap empat gadis yang kini berdiri di depan gerbang bagian luar sekolah. Bel masuk sudah berbunyi tiga puluh menit lalu, tapi gadis-gadis itu baru datang. Bukan itu saja yang membuatnya tidak habis pikir, tapi juga karna wajah mereka yang banyak lebam di sana-sini.
"Kalian ikut gue!" Perintah Zulvy dingin setelah gerbang dibuka oleh satpam.
Keempatnya mengikuti Zulvy dalam diam, mereka sangat tau kemana akan digiring. Ke sebuah ruangan yang bagi sebagian murid adalah ruang sidang bagi yang melakukan kesalahan. Langkah mereka terdengar menggema di lorong yang sepi itu karna seluruh murid sudah berada di dalam kelas mengikuti pelajaran.
Zulvy menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu bercat biru putih yang sudah bosan gadis-gadis itu lihat dan masuki. Setelah mengetuk pintu dan mendapat ijin masuk, Zulvy membuka perlahan pintu itu dan masuk menggiring.
"Pelanggaran apa lagi yang mereka lakukan, Zulvy?" Tanya guru BP wanita berwajah judes itu.
Zulvy mengisyaratkan untuk empat gadis itu duduk di kursi yang hanya tersedia dua buah saja. Nenden dan Fia yang memilih duduk sedangkan Mina dan Sherly berdiri di belakang mereka.
"Telat datang lagi," kata Zulvy yang berdiri di sisi meja.
"Terus itu muka kenapa? Tawuran kalian?" Tanya tajam guru wanita itu.
"Iya, Bu. Kok ibu tau sih?" Fia menyahut sambil manggut-manggut berlagak takjub.
"Ibu gak lagi becanda!" Bentak tajam wanita berlipstik merah itu.
"Loh, saya juga gak lagi ngelawak," balas Fia menggedikkan bahunya ringan.
"Sekarang jawab yang bener, itu muka kalian kenapa?" Ulang tajam guru bp itu lagi.
"Ini? Tenang aja Bu ini gak ada hubungannya sama sekolah kok," jawab Nenden mengambil alih dengan nada suara tak kalah acuh dari Fia.
"Oke, ganti pertanyaan. Sekarang kenapa kalian telat?" Tanya Bu Wiwin setelah menghembuskan napas berat.
"Kesiangan Bu," jawab Nenden lagi. Ketiga gadis lainnya memilih diam.
Mata Bu Wiwin memicing tajam, menyorot penuh sangsi ke arah satu persatu siswi di depannya yang tidak ada jeranya itu.
"Gak mungkin kalian kesiangan bareng, jangan boong," tuding Bu Wiwin jelas tidak percaya.
Nenden mendongak menatap Mina yang berdiri di belakangnya. Yang dipandangi langsung mengerti dan mengambil alih pertanyaan.
"Si ibu kagak percaya. Gini ya Bu, kita bertiga ini sering tidur bareng kok, ibu jangan mikir yang jorok ya bu, maksud saya tidur bareng itu ya tidur satu ruangan, satu ranjang, kita gak ngapa-ngapain kok bu tenang aja, kita masih normal. Nah dan tadi malem kita tidur bareng, jadi kesiangannya bareng. Gitu bu," terang Mina panjang lebar beserta gerakan tangan ke sana-kemari memvisualisasikan.
Bu Wiwin nampak meragukan itu. Zulvy yang mendengarnya memutar bola mata bosan.
"Lagian bu, ini nih lebam di muka kita nih gegara nyelametin perampokan di angkot kemaren. Kasian loh bu, jadi kita tolongin. Nah karna kecapean kita tidur sampe lupa waktu, kita kan anak baik bu," imbuh Nenden menambahi.
Zulvy memutar bola matanya lagi mendengar itu. Ia bersidekap di dada masih memperhatikan dan mendengarkan tanpa berniat menyela. Sudah jelas ia tau itu semua kebohongan belaka.
"Apa iya seperti itu? Tapi ibu masih gak yakin," gumam Bu Wiwin menyelidik.
'Emang gak bisa dipercayain, penipu stadium akut gitu,' batin Zulvy bersungut-sungut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker Girl { Tamat }
Teen Fiction[ First Story ] [ Bab lengkap ] 🌹🌹🌹 "ITU MEREKA, PAI!!" Teriak Adam saat melihat empat kepala siswi itu baru keluar dari satu lorong. Ia menujuk ke satu arah menggunakan gagang pel lantai. Satu tangan menepuk-nepuk pundak Oppie agar menoleh. "Ah...