Happy reading
Seperti yang Risya katakan kemarin malam. Kini kamar rawat empat gadis itu hampir penuh oleh anggota BuWi yang datang berbondong-bondong seperti ingin mengajak tawuran. Dengan pakaian mereka yang rata-rata urakan tidak sopan membuat security rumah sakit hampir saja mengusir mereka jika tidak minta bantuan. Empat gadis itu juga tak kalah terkejut dengan kehadiran tamu mereka yang bisa sebanyak ini, tidak menyangka anggota BuWi sangat peduli pada mereka.
"Gue gak tau kalo punya fans sebanyak ini," kata Sherly menatap satu persatu anggota geng dengan lempeng.
"Fans ndasmu. Mereka pada khawatir tau," sungut Risya bersidekap, hari ini rambutnya digerai saja.
"Bawa apaan tuh?" Tanya Mina memicing pada bawaan beberapa orang dengan kresek.
"Oh ini, buat kalian," kata Varo mengangkat kresek bawaannya.
Dengan hebohnya Risya menyuruh puluhan orang itu menyerahkan bawaan mereka pada gadis-gadis di ranjang rawat.
"Moga cepet sembuh," ucap Aldi memberikan sebuket bunga pada Fia.
"Thanks," balas Fia menerima benda itu.
"Ini, sorry cuma ini yang bisa gue kasih," kata Doni menyerahkan keranjang buah pada Nenden yang langsung diterima dan diletakkan di atas meja nakas.
Bergilir satu persatu anggota BuWi menyerahkan bawaan mereka pada empat gadis di ranjang pasien itu dan diterima dengan senyum manis.
"Weisshh, banyak banget, makasih semuanya," ucap Mina yang paling sumringah menerima segala jenis buah, makanan ringan dari yang harga menengah hingga mahal.
"Oh ya, gimana perasaan kalian? Udah lebih baik?" Tanya Risya kemudian.
"Lo baru abis dari sini kemaren malem, Ris. Ya masih lemes lah," jawab Nenden sambil menghirup aroma salah satu buket bunga.
"Sebenernya gue gak nyangka kejadian malem itu. Gue yang liat aja ngeri tau gak," kata Risya mengingat insiden malam tiga bulan lebih yang lalu itu.
"Jangankan lo, gue yang di dalem mobil kejadian aja gak nyangka masih idup," sahut Sherly enteng.
"Terus lo maunya gimana? Gak idup?" Tanya ketus Vino dari tempatnya duduk di kursi samping ranjang.
Dari tadi ia hanya menyimak betapa humble dan suple nya gadis-gadis itu. Senyum ramah, nada bicara yang sangat friendly. Pantas saja mereka memiliki teman sebanyak ini, belum lagi yang di sekolah, lalu diluar geng. Pasti lebih banyak.
"Gue cuma ngerasa kita kayak main sinetron yang pemeran utamanya kecelakaan terus selamet," kekeh Sherly sambil bergedik ringan.
"Gue gak mikir gitu sih. Sebenernya malah heran sekarang apa alesan gue dibikin idup lagi sama tuhan," sahut Nenden yang sedetik kemudian mendapat toyoran pelan di bahunya.
"Bukannya bersyukur malah mikir alesan. Heran gue," gerutu Diki pelaku penoyoran.
"Gak ada pemeran utama sinetron orang gila kayak kalian. Lagian kalian tuh kebanyakan dosa, makanya malaikat maut ngalkulasiin dulu, butuh waktu," sahut Vino lagi dengan watadosnya.
"Orang lain mah yang ngikutin malaikat rokib atid, tapi kalian malah punya bodyguard malaikat maut," kekeh Varo yang duduk di sofa menimpali.
"Bener. Sampe kecelakaan ini aja gue gak nyangka kalian bisa tumbang. Tapi wajar sih, soalnya parah juga sampe masuk berita," kata Risya mengangguki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker Girl { Tamat }
Teen Fiction[ First Story ] [ Bab lengkap ] 🌹🌹🌹 "ITU MEREKA, PAI!!" Teriak Adam saat melihat empat kepala siswi itu baru keluar dari satu lorong. Ia menujuk ke satu arah menggunakan gagang pel lantai. Satu tangan menepuk-nepuk pundak Oppie agar menoleh. "Ah...