37. Siuman

1.7K 134 130
                                    

Happy reading

Pukul 22.20 malam.

Disaat semua orang terlelap di alam mimpi masing-masing. Suasana hening mendominasi ruang perawatan yang ditempati empat gadis itu, hanya diisi suara monitor mendeteksi detak jantung, aliran napas, dan tekanan tabung oksigen.

Tanpa ada yang mengetahui, salah satu dari gadis itu terlihat menegang sesaat. Detik berikutnya jari yang dipasangi pulse oximeter itu bergerak pelan.

"Engghh," erangan pelan dan serak terdengar dari mulut yang tertutup masker oksigen itu.

Kerutan samar terlihat muncul di dahinya dengan ekspresi tidak tenang. Mata yang masih setia tertutup itu tetap tidak menunjukkan tanda akan terbuka. Tidak lama tubuh itu kembali tenang dan napas mulai teratur seperti semula.

Pukul 00.30 dini hari.

Suasana ruang perawatan masih senyap seperti jam-jam sebelumnya. Hanya suara detak jarum jam dan mesin monitor tanda berfungsi yang terdengar hampir seirama.

Di salah satu ranjang pasien yang lain. Terlihat penghuninya bergerak gelisah sebelum kelopak mata itu bergetar pelan dan perlahan terbuka sedikit. Namun hanya sebentar sebelum menutup kembali, dan tak lama terbuka lagi dengan tatapan sayu.

"Enmmhh," lenguhnya lirih hampir tidak terdengar.

Pelan-pelan mata itu tertutup kembali dan pemilik tubuh kembali tak sadarkan diri tanpa ada yang mengetahui kesadarannya sebelumnya.

_____

Pukul 15.30 sore.

klek~

Pintu ruangan intensif terbuka. Vino, Nero, Diki dan Afka masuk dalam diam. Mereka mengedarkan padangan ke sepenjuru ruangan sebelum membelalak kaget.

"M-mereka. Mana mereka?!" Tanya Afka seketika panik.

Keempatnya mendekati ranjang rawat dan mengecek ke seluruh ruangan yang kosong melompong. Alat-alat medis sudah dimatikan dan semua kasur rapi.

Tidak mungkin kan keempat gadis itu diculik dalam keadaan koma begini? Ini bukan drama india dimana pemainnya bisa bebas mengeluar masukkan pasien ke rumah sakit.

"Suster! Suster!!" Panggil Vino keluar ruangan.

"Iya, Mas?" Sahut seorang suster yang kebetulan melewati lorong.

"Pasien pasien di ruangan ini mana?!" Tanya Afka menyusul dengan suara membentak membuat suster itu terperanjat.

"O-oh itu, mereka sudah dipindahkan ke ruang rawat inap," beritahu suster itu gelagapan.

"Ruang rawat? Dimana?" Tanya Nero menyerobot Vino yang sudah membuka mulut.

"Di ruang Daisy, lantai 3," jawab suster itu karna memang ia membantu kepindahan pasien pasien cantik itu beberapa jam yang lalu.

Tanpa ucapan terima kasih keempat laki-laki itu berlalu cepat meninggalkan suster yang kini menghela napas panjang berusaha sabar dengan setiap orang.

Biasanya Ibu Fia datang pukul tujuh pagi, setelah jam sarapan. Lalu setelah makan siang, dan makan malam. Jika tidak ada orderan jualan, wanita itu akan menginap menunggui sang anak.

Ruangan empat gadis itu dipindahkan? Kenapa Ibu Fia tidak memberitahu mereka? Bukankah kemarin sore mereka masih di ruangan itu dengan kondisi yang sama?

Memang selama ini mereka rutin menjenguk setiap pagi atau sore bergantian. Selain mereka. Anggota geng Burn Wings juga cukup sering berkunjung. Terutama Varo, Winda dan Risya.

Troublemaker Girl { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang