Happy Reading
Tiga hari menjelang hari H acara, sekolah begitu disibukkan dengan berbagai dekor. Segala keperluan sudah disiapkan jauh-jauh hari hanya untuk memeriahkan acara ulang tahun sekolah kali ini. Murid-murid saling hilir mudir entah melakukan apa. Dari depan gerbang hingga halaman belakang sekolah bertebaran para murid yang tengah sibuk dengan kegiatan sendiri-sendiri.
Di sudut berbeda, atau lebih tepatnya ruangan osis. Terlihat beberapa orang sibuk dengan berkas-berkas di atas meja. Di salah satu meja, yaitu milik sang ketua osis terlihat laki-laki itu duduk dengan kening mengernyit. Menghembuskan napas panjang lalu menyenderkan punggungnya di sandaran kursi. Menutup matanya mencoba menghilangkan pening akibat kegiatan akhir-akhir ini yang memberondong.
Memang tidak ada yang kurang atau salah. Sejauh ini semuanya berjalan sesuai rencana yang disusun. Bahkan tidak ada keributan yang berarti selama beberapa hari ini. Dan justru karna hal itulah Zulvy merasa ada yang janggal. Harusnya ia bisa tenang, mengurus dan memastikan semuanya lancar, tidak ada perubahan rencana.
Tapi yang membuat Zulvy heran adalah empat gadis yang biasa membuat onar itu beberapa hari ini nampak tenang-tenang saja. Sepuluh hari terakhir ini Zulvy merasa sangat tenang karna tidak ada gangguan dalam bentuk apapun, tidak ada laporan yang biasa membuat kepala Zulvy berdenyut seakan ingin pecah. Zulvy jadi merasa curiga dengan ketenangan ini.
Sregk!!
Bangkit dari duduknya Zulvy berjalan ke arah pembangunan panggung. Masih baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan nampak normal.
Berbalik lalu berjalan dengan tenang di sepanjang lorong menuju gedung ekstra kurikuler yang kini dijadikan tempat latihan beberapa murid yang akan tampil. Langkahnya menuju sebuah ruangan yang ia yakini adalah tempat latihan untuk dance. Matanya memicing tajam menatap pintu yang tertutup itu seakan bisa menembus hingga melihat situasi di dalam ruangan.
Tangan Zulvy baru saja ingin memegang gagang pintu tapi dikagetkan saat daun pintu itu tiba-tiba terbuka dari dalam dan muncul Fia dengan kresek hitam ditangan.
"Eh!? KAJUUULLLL!! I Miss You So Much!!" Teriak Fia tanpa aba-aba lebih dulu, membuat Zulvy terperanjat dengan mata tertutup dan tangan menutup telinga.
"Buset! Itu mulut apa toa masjid?" Sungut Zulvy mengusap ngusap telinganya yang berdengung.
Sedangkan di dalam ruangan yang tengah berlangsung sesi latihan, Mina menghentikan nyanyiannya saat mendengar suara membahana Fia dari luar, Nenden cepat mematikan speaker dan latihan seketika berhenti.
"Ssstt! Inget, jangan ada yang ngasih tau apapun sama Panjul, ngerti?" Desis Sherly memperingati dengan telunjuk diletakkan di depan bibir.
Belasan anggota dance mereka mengangguk kompak. Meski tidak tau siapa yang dimaksud 'Panjul' oleh Sherly itu. Beberapa dari mereka memilih duduk kelelahan, memijit betis dan paha mereka yang pegal.
Mereka sudah latihan rutin dan serius dalam sepuluh hari ini, dan sepuluh hari itu pula bagai di neraka bagi anggota yang ikut. Bayangkan saja, mereka harus berlatih tanpa henti, dengan tenaga yang benar-benar dikuras hingga titik terakhir.
Dijam istirahat mereka hanya diberi waktu makan siang sepuluh menit dan kembali latihan hingga dua jam setelah bel pulang berbunyi. Sesi pelatihan yang sungguh kejam. Tidak ada yang protes karna memang empat gadis itu juga ikut berlatih keras, membuat mereka segan untuk memprotes.
Beruntung tadi Fia keluar untuk membuang plastik sampah bekas cemilan mereka yang dimakan dengan buru-buru saat ada waktu jeda saja. Terkadang mereka juga saling bercanda agar suasana tidak tegang dan kaku saat latihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker Girl { Tamat }
Teen Fiction[ First Story ] [ Bab lengkap ] 🌹🌹🌹 "ITU MEREKA, PAI!!" Teriak Adam saat melihat empat kepala siswi itu baru keluar dari satu lorong. Ia menujuk ke satu arah menggunakan gagang pel lantai. Satu tangan menepuk-nepuk pundak Oppie agar menoleh. "Ah...