Happy Reading
"Hiks... Hiks," isak tangis terdengar di lorong sepi menuju halaman belakang.
"G-gue... Gue gak nyangka, Hiks... Kerusakan hari ini bisa bikin K-kacau gini," kata Nenden tergagap di sela isak tangisnya pelan.
"Bukan gue, hiks... yang bikin mereka dateng kesini, hiks," lirih Nenden lagi.
Ia menekuk kakinya dan menenggelamkan wajah di tumpukan lengannya di atas lutut. Menangis sambil menggerutu sejak lima menit yang lalu.
Tidak jauh dari Nenden, lebih ke tengah halaman belakang, nampak Fia duduk menyender di sebuah dahan pohon rambutan. Lengan kiri ia jadikan bantalan kepala dan lengan kanan menutup mata. Sesekali isakan kecil lolos dari mulut kecilnya. Di sela tumpuan lengannya nampak cairan bening menganak sungai membentuk aliran menuju pipi lalu jatuh bebas ke tanah. Kedua tangannya terkepal menahan emosi yang bercampur aduk.
Sedangkan di tempat berbeda pula, atau lebih tepatnya gudang peralatan sekolah. Nampak seorang siswi duduk menyender di daun pintu yang tertutup dengan mata juga tertutup. Sherly duduk lesehan di lantai gudang dengan sesekali mengumpat emosi. Mengunci dirinya sendiri.
Ketiga gadis itu memilih menyendiri di tempat berbeda yang diliputi keheningan. Melampiaskan segala emosi di benak mereka dengan cara berbeda-beda.
_____
Dikarenakan aksi anarkis pagi tadi, akhirnya proses belajar mengajar benar-benar ditiadakan untuk hari ini. Berganti sesi khotbah yang diberikan kepala sekolah untuk seluruh murid di gedung aula.
Kepala sekolah memperingatkan untuk semua murid agar tidak ada yang membuka mulut tentang kejadian ini kepada wartawan yang mungkin akan meliput sekolah mereka mulai besok.
Jam kosong hanya untuk hari ini karna besok masih bisa melanjutkan kegiatan sekolah lagi. Kerusakan yang terjadi cukup ringan, kekacauan bisa langsung dibersihkan karna tidak banyak fasilitas yang dirusak.
Tentu hal itu karna mereka yang berani berkelahi di garis depan, hanya saja hampir tidak ada yang sadar akan hal itu.
_____
Bell istirahat kedua berbunyi nyaring ke sepenjuru tempat. Insiden pagi tadi dengan mudahnya dilupakan sebagian murid, meskipun sebagian lain memilih saling bertukar argumen gosib.
"Mina mana, ya?" Tanya Fia celingukan.
"Mungkin masih di suatu tempat. Nenangin diri," jawab Sherly kalem.
"Heem, entar juga nyusul ke kantin kalo laper," angguk setuju Nenden.
Mereka tengah berjalan menuju kantin dengan bersikap seperti biasanya, seperti tidak terjadi apapun sebelumnya. Wajah mereka pun sudah lebih baik karna sempat mandi di toilet khusus perempuan tentunya. Dan mengobati luka di uks. Sebisa mungkin meminimalisir kondisi psikis mereka yang sempat down beberapa jam lalu.
"Diki and the genk juga gak gue liat dari tadi pagi," kata Nenden, mereka sampai di ambang pintu kantin.
Terasa seluruh pasang mata penghuni kantin menyorot mereka tidak suka secara terang-terangan. Jika biasanya yang tidak menyukai mereka hanya akan mencibir mereka di belakang tapi kali ini mereka nampak tidak sungkan menunjukkan wajah asli di depan.
"Wah, masih berani ternyata princess kita ini nunjukin diri ke depan banyak orang," sindir seorang siswi yang sejak dulu memang tidak menyukai mereka.
Della Lestari, siswi pintar dan cantik yang memiliki tubuh seksi. Ia yang paling tidak menyukai empat gadis Troublemaker itu karna menurutnya mereka itu hanya sampah masyarakat. Tidak ada sisi baiknya untuk didekati. Pembawa sial yang patut disingkirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker Girl { Tamat }
Teen Fiction[ First Story ] [ Bab lengkap ] 🌹🌹🌹 "ITU MEREKA, PAI!!" Teriak Adam saat melihat empat kepala siswi itu baru keluar dari satu lorong. Ia menujuk ke satu arah menggunakan gagang pel lantai. Satu tangan menepuk-nepuk pundak Oppie agar menoleh. "Ah...