20. Berkelahi

1.8K 98 6
                                    

Happy reading

Seperti pagi yang lalu, aktifitas kembali dimulai sejak matahari mulai merangkak naik ke tahtanya. Di salah satu gang, nampak empat gadis berseragam olahraga sekolah berjalan dengan diselingi obrolan absurd ala mereka.

"Gue sih gak belajar juga lulus," kata Nenden berbangga. Ia mengenakan baju olahraga orange-putih dengan rambut diikat kuncir dan anak rambut dibiarkan di sisi kiri dan kanan wajahnya.

"Gue belajar, tapi di kelas," sahut Mina lalu tertawa. Ia mengenakan seragam olahraga yang sama, tapi dengan rambut setengah bagian atas dicepol dan sedikit poni tipis menutup dahinya.

"Gue dong, marathon baca lima buku barengan dalam satu jam," ujar Sherly ikut tertawa. Mengenakan seragam olahraga yang sama, rambut sebahu ia jepit longgar ke belakang.

"Masih musim belajar sebelum ulangan? Kayak gue dong, nyontek." Fia ikut berbangga. Seragam olahraga yang sama, rambut ia kuncir dengan poni menutup dahi.

Meskipun obrolan mereka terkesan mengatakan mereka bodoh. Tapi yang mengherankan, mereka tetap naik kelas setiap tahun. Keempatnya tengah berjalan kaki menuju sekolah. Mereka melewati gang ini untuk jalan pintas jika berangkat dan pergi dengan jalan kaki.

Baru beberapa langkah mereka keluar dari mulut gang, keempatnya berhenti saat melihat sebuah mobil dan dua motor berhenti di dekat mereka, lebih tepatnya menghalangi jalan.

Seakan dengan gerakan slow motion para pengendara motor dan penumpang mobil itu turun. Dua pengendara motor ninja membuka helm, nampak wajah angkuh menatap empat gadis di depan mereka. Yang satu dengan ikat kepala hijau lumut, dan yang satu dengan ikat kepala orange. Rambut memang tidak dicat tapi terlihat berantakan.

Lalu dari dalam mobil di bagian penumpang belakang dan depan terbuka berbarengan. Seorang gadis dengan rambut lurus yang diikat kuncir rapi, slayer biru di lengan kirinya dan jaket kulit warna hitam. Gadis satunya dengan rambut diombre silver, memakai slayer hijau tosca yang dijadikan bandana, dan jaket kulit hitam. Mereka sama-sama mengenakan jeans yang robek di bagian lutut dan paha.

"Apa cuma gue yang ngerasa familiar sama style mereka?" Tanya Sherly menggumam.

"Gue juga, tapi lupa," balas Mina mengangguk kecil.

"Jaket item item," gumam Nenden, keningnya berkerut dalam, tanda tengah berusaha keras menggali ingatannya.

"Kayak pernah denger gitu kuping gue," tambah Fia menyipitkan mata curiga.

Lalu pintu kemudi terbuka. Keluar seorang laki-laki berikat kepala biru dongker dan rambut dicat merah gelap, yang tidak lain adalah Zaki dengan senyum miring. Mina memicing dengan kerutan berlipat ganda di dahi. Ia benar-benar seperti pernah melihat wajah itu, tapi dimana. Mina lupa.

"Hay, Dasha. Inget gue?" Tanya Zaki menyapa, menyorot Mina sambil bersandar di kap mobil merahnya.

Mina berkerut dahi menatap Zaki yang memang seperti tidak asing, tapi ia juga tidak ingat siapa.

"Penting banget emang gue harus inget lo?" Tanya Mina cuek.

Zaki mendengkus samar.

"Oke lupakan. Sekarang biar gue tebak," Zaki menggantung kalimatnya.

"Kalian ... Villain Angels?" Tanya Zaki berubah serius.

Keempat gadis itu saling bertukar pandang sesaat, sebelum fokus kembali pada Zaki dengan tatapan serius. Selama ini, hanya orang-orang dalam lingkaran dunia malam yang tau sebutan lain mereka itu. Karna jika di sekolah atau di rumah, mereka tetap gadis biasa, bukan anak geng.

Troublemaker Girl { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang