25. Retaknya kepercayaan

1.6K 110 13
                                    

Happy reading

Satu hari.

Dua hari. Hari pertama ujian

Tiga hari. Hari kedua ujian

Empat hari. Hari ketiga ujian

Lima hari. Hari keempat ujian

Semuanya lancar, sekolah berjalan seperti kebanyakan sekolah lainnya yang tenang dan tentram. Ini hari kelima ujian semester dan hari keenam empat siswi yang mendadak tobat itu bersikap baik. Untuk kesekian kalinya pagi ini seisi sekolah menyaksikan senyum hangat dan sapaan bersahabat dari empat siswi yang selama ini selalu menjadi sorotan mereka.

"Gak kerasa, dua hari lagi," desah Nenden begitu mereka memasuki kelas.

"Iya, kangen berantakin sekolah deh gue," angguk setuju Sherly memangku dagu di atas meja.

"Kangen lari-larian," tambah Fia dengan tatapan menerawang.

"Bentar lagi," gumam Mina senyum-senyum sendiri.

Keempatnya melamun dengan pikiran berlarian ke sana-kemari dan tertawa.

Drap drap drap!

Suara derap langkah kaki di lorong koridor membuyarkan lamunan mereka. Disusul suara ribut-ribut dari berbagai arah. Keempatnya kompak saling bertukar pandang bertanya ada apa, tapi sama-sama tidak tau apa yang terjadi di luar.

Tanpa banyak kata mereka langsung bangkit berdiri, ke luar kelas untuk melihat apa yang membuat keributan terjadi.

"Apa ada biang onar baru?" Tanya Fia sedeng.

"Kalo iya, gue ajak sparring," balas Sherly makin ngaco.

Nenden menjitak kepala dua sahabatnya itu sebal. Mina geleng-geleng kepala saja sambil mengikuti berjalan cepat ke arah tembok pembatas koridor lantai 2.

"Ada apa itu ribut-ribut?" Tanya Mina pada salah satu siswi yang berlari hampir melewati mereka.

"G-gak tau, katanya ada aksi anarkis geng motor," jawab siswi itu gugup.

Deg.

Keempat gadis yang masih berdiri di koridor kelas itu sontak mematung.

"Geng motor?" Beo Nenden kosong.

Siswi itu mengangguk ragu. Lalu tiba-tiba seorang siswi lain datang dari arah yang awalnya dituju.

"Lo ngapain masih disini, ayo di depan rame!" Kata si siswi yang baru datang lalu menarik siswi temannya.

Sesaat sebelum benar-benar pergi, kedua siswi itu melirik empat siswi yang masih berdiri di dekat mereka.

"Anarkis?" Tanya Mina entah pada siapa.

Tanpa diperintah pun kaki mereka refleks berlari mencari tangga untuk melihat ke lantai bawah. Banyak murid berlarian dengan satu tujuan yaitu lapangan depan.

Sherly berlari lebih dulu, baru diikuti Fia, Nenden dan Mina paling belakang. Menuruni tangga tanpa mengurangi kecepatan, bahkan mereka melewati dua anak tangga setiap sekali menapak.

Menyingkirkan siapa saja yang menghalangi langkah mereka tak mempedulikan gerutuan dari orang-orang yang berbenturan. Semakin cepat langkah mereka berlari, semakin cepat pula degup jantung mereka merasakan perasaan was-was tanpa sebab.

Troublemaker Girl { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang