24. Berubah?

1.6K 108 6
                                    

Happy reading

Melongo.

Itu reaksi orang-orang yang berlalu lalang di area depan sekolah hingga koridor. Tatapan mereka seluruhnya tertuju pada satu-satunya objek yang membuat mereka bergumam tidak percaya berkali-kali.

Bagaimana tidak, saat ini, detik ini mereka melihat dengan mata kepala sendiri, empat siswi berjalan tenang melewati gerbang. Dua poin utama yang membuat mereka menjadi sorotan tidak biasa adalah, datang disaat waktu menunjukkan sepuluh menit lagi bell masuk berbunyi dan... Dengan seragam rapi serta lengkap.

Sungguh pemandangan yang sangat langka bagi seluruh penghuni sekolah. Bahkan satpam yang berjaga pun menatap tidak percaya.

Rambut yang biasanya selalu terlihat acak-acakan kini nampak berkilau dan tersisir rapi digerai. Baju seragam yang biasanya dikancing sembarang kini rapi dengan dimasukkan ke dalam rok di atas lutut. Dasi yang biasanya diikat di leher kini terpasang rapi di kerah baju. Almamater membalut tubuh ramping mereka dan menyandang sebuah tas yang entah berisi apa. Sepatu sekolah putih seperti yang lainnya. Dan yang paling membuat terperangah adalah aura bersahabat dan senyum ramah yang mereka tunjukkan tak pelak membuat siswa siswi yang mereka lewati membuka tutup mulut mereka ingin berkata tapi tak jadi.

Satu yang pasti ada dibenak mereka adalah... Yakin itu empat troublemaker yang biasa?

Berjalan dikoridor dengan sesekali mengobrol ringan seolah bukan mereka yang menjadi sorotan publik.

"Ngerasa gak sih, kalo kita sekarang ditatap aneh?" Tanya Mina berbisik, merasa risih sendiri.

"Iya, itu mata minta colok kali ya," balas Fia gemas.

"Bukannya kita udah sering jadi tontonan menarik?" Tanya Nenden cuek.

"Tapi itu beda konteks, beb," balas Sherly yang juga risih pada tatapan semua murid.

Sampai di kelas, keempatnya menyunggingkan senyum manis sambil menyapa.

"Hay," kata Mina ramah.

"Gutten morgen, guys," kata Sherly tak kalah ramah.

Hening.

Seisi kelas kini menatap mereka dengan mulut sedikit terbuka, lebay memang. Tapi bagi mereka ini adalah hari yang langka, pemandangan yang sangat wahh untuk diabaikan. Jika biasanya mereka setiap pagi selalu dikagetkan oleh suara-suara gaduh saat kedatangan siswi-siswi ini, hari ini mereka malah melihat hal yang sangat patut dicurigai.

Bayangkan saja, empat Troublemaker yang biasanya selalu datang terlambat, kini datang disaat belum bell. Mereka yang biasanya datang dengan berlari dan langsung mendobrak pintu, kini malah berjalan santai lengkap dengan senyum manis. Sapaan yang biasanya berupa teriakan melengking perusak gendang telinga, hari ini berubah menjadi sapaan lembut bagai melodi surga.

Lebay.

Keempat siswi itu berjalan menuju kursi mereka masing-masing. Masih dengan belasan pasang mata yang memperhatikan gerakan mereka seakan tengah berjalan di karpet merah.

"Woi! Kesambet apa lu pada? Sakit? Apa jangan-jangan mau mati?" Afka memberondong pertanyaan sedetik setelah bokong Fia menyentuh kursi.

Alis Fia terangkat menatap Afka yang kini berdiri di sisi mejanya.

"Apaan dah, pergi sonoh," usir Fia acuh.

"Merinding gue, anjay," kata Diki yang duduk di kursi depan Nenden.

Troublemaker Girl { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang