Happy reading
Satu tahun kemudian ...
Di bawah terik matahari siang menjelang sore ini, terlihat puluhan manusia berdiri rapi di kelompok masing-masing yang sudah ditentukan.
Seragam mengenakan kemeja putih dan rok sepan hitam selutut, untuk perempuan, dan kemeja putih serta celana hitam untuk laki-laki. Tak lupa aksesoris tambahan seperti topi kerucut dari kertas karton di atas kepala, rambut dikepang dengan pita berbagai warna, papan nama tersangkut di dada dari kardus, kaus kaki berbeda warna dan panjang sebelah, serta sepatu berbeda jenis.
Saat pagi hari penampilan mereka akan terlihat lucu, tapi sekarang kesan itu menghilang menjadi pemandangan mengerikan karna tidak ada lagi wajah yang berseri-seri.
Di salah satu kelompok, terlihat seorang gadis menggerutu pelan. Satu tangan menyeka kucuran keringat dan satu tangan di paha, kelelahan berdiri.
"Gila, ini senior niat amat mau nyiksa," kata gadis bersurai violet dikepang kecil-kecil seperti serabut kusut itu.
Bukan hanya sekedar berdiri. Tadi bahkan mereka disuruh jalan jongkok keliling lapangan, lalu sebelumnya juga mereka disuruh melakukan hal-hal tidak masuk akal lain yang menguras tenaga dan emosi.
"Jangan keras-keras ngomongnya, entar kedengeran," bisik gadis di depan yang baru dikenal beberapa hari ini.
Fia, gadis yang menggerutu itu, mendengkus. Menatap tajam punggung ketua kelompok mereka yang dengan entengnya bersantai.
Sedangkan di kelompok lain, gadis dengan rambut pirang dikepang dua juga menggerutu sepenuh hati.
"Gue sih bodo amat kalo dia denger. Mending baku hantam aja udah," kata Nenden bersungut-sungut emosi.
Calon mahasiswa baru yang berjongkok di belakangnya terkekeh mendengar itu.
"Sabar," balasnya ringan.
Di kelompok lain pula, gadis dengan rambut tosca sama kesalnya pada kegiatan ospek ini. Kedua tangan di atas kepala seakan melindungi dari terik matahari, walaupun tidak berefek banyak.
"Keram kaki gue," keluh Mina, luar biasa jengkel dengan panitia yang mengatur kegiatan tidak berguna --menurutnya-- ini.
Jika bisa, ingin rasanya protes, sayang protesannya tidak akan digubris.
Lalu di kelompok lain lagi, gadis berkaca mata memicing menatap punggung beberapa panitia yang mengobrol di tempat teduh seperti buruh yang mengawasi ternak.
"Ah! Gue gebok juga tuh muka senior songong," sinis Sherly kesal, bagaimana bisa mereka enak-enakan bernaung dan mengobrol sambil nyemil di saat para calon mahasiswa baru disuruh berbaris rapi di bawah panas matahari.
Keempat gadis Villain Angels itu sudah empat hari menjalani ospek yang wajib diikuti oleh para calon mahasiswa baru kampus yang mereka masuki. Ini hari ke lima mereka disiksa senior sepanjang hari. Mulai dari hal remeh seperti memungut sampah, sampai hal menyebalkan dan menyusahkan seperti mengumpulkan kertas warna yang sudah tersebar di seluruh penjuru kampus sebanyak mungkin. Game-game membosankan. Benar-benar kegiatan tidak berguna.
Tidak sedikit dari mereka ada yang terang-terangan mengerang dan mengeluh, lalu akan dihukum jika keluhan itu terdengar di telinga para senior.
Suara tepukan tangan mengambil kefokusan mereka lagi.
"KARNA INI HARI TERAKHIR KITA OSPEK, ITU ARTINYA MULAI SENIN DEPAN KALIAN UDAH BISA JADI MAHASISWA DI SINI."
Suara berat dan tinggi milik ketua BEM yang seorang laki-laki itu terdengar ke sepenjuru lapangan seluas dua kali lapangan futsal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker Girl { Tamat }
Teen Fiction[ First Story ] [ Bab lengkap ] 🌹🌹🌹 "ITU MEREKA, PAI!!" Teriak Adam saat melihat empat kepala siswi itu baru keluar dari satu lorong. Ia menujuk ke satu arah menggunakan gagang pel lantai. Satu tangan menepuk-nepuk pundak Oppie agar menoleh. "Ah...