Happy reading
Suster dan Dokter keluar dari ruangan mereka begitu mendengar keributan di loby rumah sakit bersama derap langkah kaki banyak orang yang nampak panik.
"Ke ruang UGD, siapkan alat-alatnya!" Perintah Dokter yang ikut mendorong bangsal memasuki sebuah ruangan.
"Maaf, Mas. Tolong tunggu di sini saja."
Dua orang suster menahan langkah Vino, Nero, Diki dan Afka di depan pintu ruangan UGD. Padahal mereka baru ingin melewati pintu masuk ruangan itu.
"Tapi Sus, saya mau liat," kata Vino ingin memaksa masuk meski terus didorong menjauhi pintu itu.
"Apa kalian keluarga pasien? Kalau iya silahkan urus administrasinya dulu di depan," kata salah satu suster itu sopan.
Keempat remaja laki-laki itu terdiam saling bertukar pandang.
"Biar gue yang urus," kata Nero akhirnya mengalah, menjauhi pintu ruang UGD menuju meja resepsionis.
Sepeninggal Nero, dua suster tadi masuk ke dalam ruangan menyisakan Afka, Vino dan Diki di depan pintu. Ketiganya berdiri gelisah, cemas, khawatir, dan panik, hanya bisa mondar mandir sesekali mengacak rambut mereka sembari menunggu.
"Ada yang punya kontak ortu mereka?" Tanya Diki memecah keheningan yang sempat tercipta.
Afka dan Vino saling bertukar pandang sebelum menggeleng.
"Tapi gue punya kontak Varo," kata Vino saat ingat dirinya punya salah satu nomer teman Sherly.
"Mungkin dia punya kontak ortu mereka," lanjut Vino lalu merogoh saku jeansnya.
Beberapa saat kembali hening, Vino menempelkan handphone ke telinga kanannya dengan gigi bergemeletuk tidak sabaran.
"Halo,Vin?"
"Lo di mana, Ro?" Tanya Vino langsung, tidak ada waktu berbasa-basi sekarang.
"Kebetulan, gue sama yang lain ini lagi di jalan mau nyusul VA ke-"
"Gak perlu. Sekarang kalian ke rumah sakit aja," potong Vino cepat seenak jidat, ekspresi seriusnya mendominasi penuh.
"Apa?! Kenapa? Siapa yang masuk rumah sakit?" Tanya Varo beruntun, firasatnya mendadak tidak enak.
"Pokoknya ke sini aja, gue gak bisa jelasin di telpon. Gue shareloc sekarang," balas Vino lalu menutup panggilan sebelum Varo kembali bertanya-tanya.
Vino memasukkan kembali handphone ke dalam saku celananya dan duduk di kursi tunggu di samping Diki. Sedangkan Afka bersandar di tembok di samping pintu kaca tebal.
Lama diselimuti keheningan hingga derap langkah terdengar dari ujung lorong membuat Diki, Vino dan Afka menoleh.
Nero kembali dari meja resepsionis, setelah mengisi data administrasi, bersama Varo dan dua gadis yang belum pernah mereka temui sebelumnya.
"Gue denger dari Nero, Sherly sama yang lain di dalem. Kok bisa?" Tanya Varo tanpa basa-basi begitu sudah berdiri di depan tiga laki-laki sebayanya itu.
Vino mengangguk saja, kondisi mereka nampak berantakan. Antara sehabis berkelahi dan frustasi. Sangat memprihatinkan.
Varo, Risya dan Winda memilih duduk dulu di kursi tunggu depan ruang UGD. Menenangkan diri sebelum meminta diceritakan kronologis kejadian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker Girl { Tamat }
Teen Fiction[ First Story ] [ Bab lengkap ] 🌹🌹🌹 "ITU MEREKA, PAI!!" Teriak Adam saat melihat empat kepala siswi itu baru keluar dari satu lorong. Ia menujuk ke satu arah menggunakan gagang pel lantai. Satu tangan menepuk-nepuk pundak Oppie agar menoleh. "Ah...