36. Tidur panjang

1.5K 126 38
                                    

Happy reading

Tap tap tap...

Langkah tenang menimbulkan suara senada yang berasal dari sepasang kaki jenjang laki-laki yang berjalan dengan wajah tak menampilkan ekspresi itu. Di tangannya menggenggam seikat cukup besar bunga matahari.

Tidak berapa lama setelah keluar dari lift di lantai yang ia tuju. Laki-laki itu menuju sebuah ruangan yang rutin ia kunjungi seminggu sekali itu dalam diam.

Klek

Pintu ruangan dibuka. Keheningan menyambutnya meski ruangan itu dihuni manusia. Ruangan yang didominasi cat dan furnitur serba putih dan perabot berbahan stainless tell itu serta aroma obat-obatan khas rumah sakit.

Laki-laki itu melangkah ke sebuah vas bunga di atas meja. Mengganti bunga yang sudah layu sebelumnya dengan bunga yang ia bawa. Bunga matahari dengan diameter sepuluh centi dan panjang tangkai sekitar setengah meter itu sukses mengganti bunga matahari yang sebelumnya sudah layu meninggalkan kelopaknya di atas meja.

Selesai dengan kegiatan kecilnya, ia berbalik menatap sederet ranjang pasien yang dihuni masing-masing gadis. Berharap kelopak  mata itu terbuka lagi untuk menunjukkan kehangatan membara seperti dulu.

Berdoa untuk empat gadis itu kembali bersinar seperti matahari, dan mekar layaknya bunga matahari yang ia identikkan dengan keceriaan mereka.

Menghela napas panjang, laki-laki itu melangkah menuju pintu keluar dan pergi tanpa mengucapkan apapun.

_____

Klek

Pintu ruang rawat intensif itu kembali dibuka tak lama kemudian. Kali ini masuk empat laki-laki sekaligus dengan wajah sama tanpa ekspresi.

"Dia dateng diem-diem lagi," kata Diki yang tatapannya tertuju pada bunga matahari di atas meja di sisi ruangan.

"Selalu bunga matahari ya," gumam Vino ikut menatap benda itu.

Kini keempatnya menoleh ke arah empat ranjang pasien yang hanya disekat tirai berwarna abu-abu. Di setiap ranjang masing-masing dihuni gadis yang yang masih betah menutup mata dengan ekspresi setenang permukaan air. Di samping ranjang, masih terdapat berbagai alat medis dengan selang dan kabel penghubung ke tubuh mereka untuk menunjang kehidupan.

Di setiap sisi kanan kepala ranjang terdapat monitor yang menampilkan garis-garis dan angka yang merujuk pada keadaan pasien. Di sisi kiri terdapat tiang infus yang terhubung ke tangan berkulit pucat itu.

"Kapan kalian bangun?" Tanya Afka dengan suara lirih di dekat ranjang Fia.

"Gak bosen apa tidur mulu," tambahnya, lalu menghela napas berat.

Ya, keempat gadis itu masih bertahan.
Sudah tiga bulan sejak operasi itu dilakukan. Pihak rumah sakit berhasil mengembalikan detak jantung dua dari ke empat gadis itu, tapi tidak pada jiwa mereka.

Kondisi mereka saat ini koma. Entah apa yang terjadi di alam bawah sadar mereka hingga keempatnya kompak tidak membuka mata sampai sekarang. Asupan nutrisi dan kebutuhan tubuh mereka hanya melalui selang infus. Meski begitu, tubuh keempatnya perlahan semakin kurus. Kulit putih bersih mereka kini berganti pucat dengan bekas-bekas luka yang mulai memudar.

_____

#another..

Fia terlihat celingukan bingung mengenali tempatnya berada sekarang. Sebuah taman yang terasa tidak asing di penglihatannya. Rumput hijau yang seperti karpet di bawah kaki. Ada air mancur di tengah taman ini dan dirinya tengah berdiri di bawah sebuah pohon bunga bougenville.

Troublemaker Girl { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang